tirto.id - Sebanyak 15 dapur milik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang beroperasi di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), belum ada satu pun yang mengantongi sertifikat Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS).
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palangka Raya, Riduan, mengatakan total dapur SPPG ada 17, dengan 15 di antaranya sudah beroperasi. Namun, seluruh dapur tersebut masih dalam proses pengurusan SLHS.
“Ini lagi berproses semua, bukan berarti belum punya SLHS, ini semuanya sedang berproses,” ujarnya ujarnya dalam keterangannya yang diterima Tirto, Kamis malam, 2 Oktober 2025.
Riduan menjelaskan, penerbitan sertifikat SLHS tidak bisa dilakukan instan karena ada prosedur yang harus dipenuhi.
“Untuk pemberian sertifikat SLHS ini Dinas Kesehatan melakukan infeksi, turun ke lapangan, mendatangi SPPG itu, sesuai dengan SPO yang ada lah, kami ini bekerja sesuai SPO yang telah ditetapkan. Mudah-mudahan prosesnya ini dapat kami selesaikan (dalam waktu dekat),” katanya.
Menurutnya, sesuai SPO, waktu yang dibutuhkan untuk menerbitkan SLHS adalah 14 hari kerja.
“Sebab kami itu tadi, perlu turun ke lapangan untuk pemeriksaan, belum lagi pemeriksaan laboratorium, itu perlu waktu,” tambahnya.
Riduan juga menyebut, pada hari yang sama Dinkes telah melakukan pemeriksaan lapangan.
“Tadi dinas kesehatan melakukan pemeriksaan, waktunya itu sesuai dengan sosialisasi hari ini, ini tadi baru selesai sosialisasi secara online,” jelasnya.
Sebelumnya, kasus keamanan pangan SPPG mendapat sorotan setelah 27 siswa SD di Palangka Raya mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi makanan bergizi gratis (MBG).
Insiden itu terjadi pada 4 September 2025 lalu di SDN 3 Bukit Tunggal, Kecamatan Jekan Raya. Para siswa mengalami mual, sakit perut, hingga muntah-muntah setelah menyantap menu burger MBG yang menggunakan saus kedaluwarsa.
Badan Gizi Nasional (BGN) mengakui adanya kelalaian dalam kasus ini. Koordinator Wilayah BGN Palangka Raya, Nur Izzah Dinillah, mengatakan hasil penelusuran internal menemukan sejumlah saset saus kedaluwarsa terselip di antara produk yang masih layak konsumsi.
“Setelah penelusuran internal, ditemukan adanya kelalaian petugas. Beberapa saset saus yang kedaluwarsa terselip di antara produk yang layak konsumsi. Tidak semua saus yang digunakan hari itu kadaluarsa; insiden ini terjadi pada sebagian kecil produk,” ujarnya kepada Tirto, Senin malam, 29 September 2025.
Meski begitu, Nur Izzah menekankan insiden tersebut belum dapat secara resmi disebut sebagai keracunan karena tidak ada uji laboratorium.
“Kami tidak bisa menyatakan insiden ini sebagai keracunan. Penetapan status keracunan memerlukan uji medis dan laboratorium resmi, yang tidak dilakukan dalam kasus ini,” katanya.
Ia menambahkan, seluruh siswa yang terdampak telah ditangani, tidak ada yang memerlukan rawat inap, dan kini sudah kembali beraktivitas normal.
“Tidak ada dampak trauma dari kejadian ini. Semua siswa telah kembali mengikuti program makanan bergizi,” tegasnya.
BGN mengaku telah menawarkan rujukan medis ke fasilitas kesehatan, tetapi pihak sekolah memilih memberikan pertolongan pertama. Nur Izzah memastikan kejadian ini menjadi bahan evaluasi serius.
“Kami menyampaikan permohonan maaf yang tulus atas kelalaian yang terjadi. Ke depan, kami akan terus meningkatkan kualitas dan keamanan program ini demi kebaikan penerima manfaat,” pungkasnya.
Penulis: Muhammad Sya'ban
Editor: Siti Fatimah
Masuk tirto.id


































