Menuju konten utama

WHO Sebut Penularan Corona Lewat Udara Tak Boleh Dikesampingkan

Penularan Coronavirus lewat udara di restoran, tempat kebugaran, dan ruang tertutup lainnya tidak boleh dikesampingkan menurut WHO.

WHO Sebut Penularan Corona Lewat Udara Tak Boleh Dikesampingkan
Ilustrasi Virus Corona. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan pedoman baru pada Kamis (9/10/2020) yang menyebutkan virus corona dapat ditularkan melalui partikel udara di ruang tertutup dalam ruangan, termasuk di pusat kebugaran serta restoran, dan hal itu tidak boleh dikesampingkan.

Sebelumnya, WHO mengakui bahwa virus Corona dapat menyebar di lingkungan tertentu, seperti selama prosedur medis yang menghasilkan aerosol.

Namun, pada pedoman baru mengakui beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa virus Corona kemungkinan dapat menyebar melalui partikel di udara di ruang ramai dalam ruangan. Contohnya saat latihan paduan suara, di restoran atau di kelas kebugaran sebagai area yang memungkinkan transmisi udara.

“Dalam peristiwa ini, transmisi aerosol jarak pendek, khususnya di lokasi dalam ruangan tertentu, seperti ruang yang padat dan tidak berventilasi selama jangka waktu yang lama dengan orang yang terinfeksi tidak dapat dikesampingkan,” kata pedoman baru badan kesehatan PBB seperti dikutip dari CNBC, Jumat (10/7/2020).

Dalam panduannya WHO mengatakan, sementara bukti awal menunjukkan kemungkinan penularan melalui udara di lingkungan seperti itu, penyebaran oleh tetesan dan permukaan juga dapat menjelaskan penularan dalam kasus tersebut.

“Namun, penyelidikan terperinci dari kluster-kluster ini menunjukkan bahwa penularan tetesan dan fomite juga dapat menjelaskan penularan dari manusia ke manusia di dalam kluster ini,” jelas pedoman itu.

WHO menambahkan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk menyelidiki lebih lanjut temuan awal, dan mode utama penularan masih diyakini melalui tetesan pernapasan.

Penularan coronavirus melalui udara, kata WHO, dapat terjadi jika tetesan pembawa virus menghasilkan aerosol mikroskopis dengan cara menguap atau jika pernapasan normal dan hasil pembicaraan dalam aerosol yang dihembuskan.

Secara teori, seseorang dapat menghirup aerosol dan terinfeksi. Tetapi itu masih belum diketahui. WHO mengatakan, jika aerosol seperti itu benar-benar membawa cukup virus yang layak untuk menyebabkan infeksi.

“Sampai saat ini, transmisi SARS-CoV-2 dengan jenis rute aerosol ini belum ditunjukkan, jauh lebih banyak penelitian diperlukan mengingat implikasi yang mungkin dari rute penularan seperti itu," lanjut WHO.

Saat ini, WHO sedang meneliti lebih lanjut peran berbagai mode penyebaran, termasuk melalui udara, serta berapa banyak virus yang diperlukan untuk berpotensi menginfeksi seseorang dan lingkungan seperti apa yang membuat risiko penyebaran lebih besar.

Jika penularan melalui udara terbukti menjadi faktor utama dalam penyebaran virus, itu bisa memiliki konsekuensi kebijakan yang luas.

Ada kemungkinan masker terbukti berperan penting dalam mengurangi infeksi, terutama di lingkungan dalam ruangan dan di lokasi di mana jarak fisik dimungkinkan.

Masker khusus yang dirancang untuk memblokir partikel mikroskopis mungkin menjadi lebih penting. Unit ventilasi khusus yang dirancang untuk membunuh virus di udara yang bersirkulasi terbukti penting dalam mencegah penyebaran di dalam ruangan.

Pedoman baru WHO tersebut diterbitkan setelah 239 ilmuwan dari 32 negara yang berbeda menerbitkan surat terbuka awal pekan ini, serta menyerukan WHO dan otoritas kesehatan lainnya untuk memperbarui informasi mereka tentang virus corona.

Dalam sebuah artikel berjudul "Sudah Saatnya Menangani Penularan COVID-19 di Udara," kelompok ilmuwan berpendapat bahwa WHO perlu memberi bobot lebih pada peran penyebaran udara Covid-19.

Pada Selasa (7/7/2020), para pejabat tinggi WHO mengatakan, pihaknya sedang meninjau bukti terbaru dan bekerja sama dengan komunitas ilmiah yang lebih luas untuk mengeluarkan panduan baru tentang apa yang saat ini diketahui tentang seberapa mudah virus menyebar melalui udara.

"Tubuh bukti terus tumbuh dan kami beradaptasi. Kami menganggap ini sangat serius. Kami tentu saja fokus pada bimbingan kesehatan masyarakat," ujar Dr. Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan WHO,

Beberapa ilmuwan bahkan mengkritik WHO karena lamban mengeluarkan panduan tentang penelitian terbaru tentang coronavirus, yang muncul di Wuhan, Cina, sekitar enam bulan lalu.

Meski begitu, WHO menepis kritikan dengan menyebutkan, mengenai proses peninjauannya dan menerapkan skeptisisme yang sehat untuk penelitian yang belum ditinjau oleh sejawat, semuanya selalu transparan

Swaminathan menambahkan, selama beberapa hari WHO melakukan peninjauan hingga 1.000 publikasi di mana dalam satu hari para peneliti WHO bisa menyisir sekitar 500 studi baru pada topik mulai dari bagaimana virus menyebar ke obat untuk mengobati COVID-19.

Baca juga artikel terkait CORONA AIRBORNE atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH