tirto.id - Perwakilan warga pegunungan Kendeng yang sedang melakukan aksi dipasung semen mendatangi rumah Megawati Soekarnoputri Putri, di jalan Teuku Umar, Sabtu (18/3/2017). Perwakilan warga yang berjumlah sembilan orang perempuan itu dipimpin oleh Gunarti, tokoh sedulur sikep.
Mereka datang ke Teuku Umar dari kantor LBH Indonesia sekitar pukul 16.00 WIB. Sayang sesampainya di sana, perwakilan warga gagal bertemu dengan Presiden Indonesia ke-5 itu. “Tadi di sana tidak bisa bertemu, hanya ditemui petugas keamanan. Kata petugas keamanan, kami diminta untuk datang ke kantor PDIP saja," kata Gunarti pada Tirto di LBH Jakarta.
Niatan mendatangi Megawati itu lantaran warga masih percaya bahwa Megawati bisa menjadi harapan bagi warga di pegunungan Kendeng. Mereka berharap Megawati sebagai tokoh PDI Perjuangan, anak pertama Presiden Soekarno, mendengar suara warga dan memperingatkan Presiden Jokowi serta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terkait pembangunan pabrik semen.
“Kami itu masih menganggap Ibu Megawati ini adalah ibu bagi bangsa ini. Kami percaya, meski berada dalam satu wadah partai, beliau tidak atau belum tentu sama seperti Ganjar. Apalagi dia seorang ibu, sama seperti ibu bumi yang selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya," tutur Gunarti.
Upaya untuk menemui Megawati itu sudah dilakukan jauh sebelumnya. Pada 14 Februari 2017, perwakilan warga mengirimkan surat ke rumah Megawati yang isinya meminta waktu untuk "sowan". Namun setelah seminggu tak ada jawaban, Gunarti pun berangkat ke Jakarta dan memberikan surat untuk kedua kalinya. Surat itu pun ditolak oleh petugas keamanan, alasannya surat itu lebih tepat dikirim ke kantor DPP PDIP.
Gunarti juga menanyakan apakah Megawati bersedia menemui perwakilan warga. Namun pertanyaan itu tidak pernah mendapat jawaban. Gunarti justru diminta mendatangi kantor DPP PDIP lalu menemui Hasto Kristianto, Sekjen PDIP.
"Saya belum tahu apakah Senin mau ke sana atau tidak. Kami melihat bagaimana besok, karena harus dibicarakan dengan teman-teman lainnya," ungkap Gunarti.
Aksi dipasung semen jilid 2 yang dilakukan warga pegunungan Kendeng itu sudah berlangsung sejak Senin lalu. Sampai saat ini sudah ada 51 orang yang dipasung semen. Rencananya aksi itu tidak akan berhenti sampai presiden Jokowi menemui warga.
"Kami belum tahu sampai kapan, yang jelas kami ingin bertemu presiden langsung, untuk menyampaikan masalah ini," kata Joko Prin salah seorang warga pegunungan Kendeng yang menjadi penggerak warga.
Prin mengatakan perkara pembangunan pabrik semen di Rembang seharusnya menjadi perhatian serius presiden, sebab pada pertemuan dengan presiden tahun lalu, presiden pernah menyampaikan soal izin lingkungan Semen Indonesia harus menunggu Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). KLHS itu ditargetkan selesai pada bulan April 2017.
"Ganjar sudah mengeluarkan izin baru, padahal KLHS belum ada. Perintah presiden jelas kok. Ini kabarnya presiden mau diminta meresmikan bulan depan. Kan kacau semua ini," ujarnya.
Penulis: Mawa Kresna
Editor: Abdul Aziz