tirto.id - Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah memandang lesbian, gay, bisexual, dan transgender (LGBT) sebagai suatu penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan dan faktor ekonomi.
Untuk menanganinya, ia melakukan operasi penelusuran, menangkapi, dan melibatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk membina para LGBT tersebut.
"Kami melakukan pembinaannya bersama dengan TNI. Itu anak-anak itu, dari operasi-operasi yang ada, kami bina dan kami latih, kemudian kami tanamkan nasionalismenya, kami tanamkan jati dirinya," kata Mahyeldi saat ditemui di Jakarta Pusat, Selasa (22/1/2019).
Berdasarkan informasi yang Mahyeldi dapat, LGBT juga dapat disebabkan oleh keberadaan jin atau setan dalam diri seseorang.
"Kami juga melibatkan para ulama, karena memang dalam informasi yang kami dapatkan, adanya LGBT atau lesbi itu karena memang ada pengaruh jin, setan, jadi kami adakah ruqyah untuk menyiapkan dirinya untuk meninggalkan itu," kata Mahyeldi.
Selain itu, Mahyeldi juga mengambil sejumlah langkah untuk meminimalisir lahirnya LGBT. Salah satunya adalah melalui pendidikan yang menegaskan perbedaan aktivitas untuk laki-laki dan aktivitas untuk perempuan.
"Selama ini, kita kan ada aktivitas-aktivitas pendidikan yang salah dalam keluarga. Dia anak laki-laki, tapi dikasih mainan perempuan, dikasih pakaian perempuan, atau sebaliknya," kata Mahyeldi.
Lebih jauh lagi, pemisahan aktivitas dilakukan sampai olahraga yang dilakukan. Menurut Mahyeldi, pria seharusnya tidak boleh menari dengan gemulai, kecuali tarian yang ia pilih adalah tarian yang tegas, seperti silat.
"Pemilihan yang menyamakan laki dan perempuan, contoh yang terindikasi itu ada Uda dan Uni, nah, itu juga ada indikasi ke arah itu," kata Mahyeldi.
Untuk saat ini, Mahyeldi tidak menerapkan sanksi kepada LBGT di sana. Pasalnya, dalam Peraturan Daerah Kota Padang tentang Ketertiban Umum, memang tidak diatur mengenai sanksi, sehingga yang dilakukan adalah operasi dan pembinaan. Namun, Mahyeldi tetap menegaskan bahwa Kota Padang menolak keberadaan LGBT.
Meningkatnya Tren Persekusi kepada LGBT
Direktur LBH Masyarakat Ricky Gunawan menyebut tren persekusi pada LGTB di Indonesia memang meningkat.
“Di 2017/2018 itu menjelma menjadi praktik-praktik riil pengusiran, persekusi, dan diskriminasi, dan wujud diskriminasinya itu juga sekarang mewujud pada pola-pola seperti misalnya peraturan-peraturan di daerah beberapa bulan terakhir,” ungkap Ricky kepada Tirto beberapa waktu lalu.
Ricky memprediksi diskriminasi itu akan semakin terasa pada 2019 karena faktor pemilu. Bukan tak mungkin, menguatnya isu LGBT belakangan ini akan menjadi barang dagangan bagi para calon presiden dan calon legislatif.
“Kami khawatir kalau nanti masa kampanye terbuka, narasi-narasi sentimen negatif yang cenderung menyudutkan dan menstigma teman-teman kelompok LGBT atau minoritas lainnya semakin marak, karena bukan tidak mungkin itu sesuatu yang sangat menjual,” kata Ricky.
Pernyataan Mahyeldi yang menyebut LGBT itu dipengaruhi jin dan setan sehingga harus di-ruqyah juga membenarkan peringatan yang diberikan Ricky. Direktur LBH Masyarakat itu memang mencemaskan stigma negatif LGBT tersebut akan dibungkus dengan ketakutan-ketakutan yang tak masuk akal.
“Misalnya dikaitkan dengan fenomena bencana alam, sehingga kita harus banyak berdoa, dan itu dijual, dan itu laku. Ya sama seperti hukum ekonomi,” tuturnya.
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Dhita Koesno