tirto.id - Pembangunan hotel dan apartemen di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), khususnya di wilayah Kota Jogja dan Kabupaten Sleman, kian menjamur dan cenderung tidak terkendali. Hal ini membuat Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Yogyakarta merasa cemas akan dampak yang bisa ditimbulkan.
Salah satu efek maraknya pembangunan hotel dan apartemen yang dicemaskan Walhi adalah persoalan air bersih dan limbah. Yogyakarta, Sleman, dan daerah-daerah sekitarnya terancam terkena krisis air bersih, dan juga berpotensi tercemar limbah dari hotel-hotel dan apartemen tersebut.
"Krisis air tidak hanya akan dirasakan warga yang tinggal di sekitar lingkungan hotel, tapi juga pengguna jasa perusahaan daerah air minum (PDAM) secara umum," papar Direktur Eksekutif Walhi Yogyakarta, Halik Sandera, Senin (22/2/2016).
"Di beberapa wilayah di Yogyakarta beberapa sumur masyarakat sudah mengalamai penurunan debit, sehingga masyarakat harus menggali sumur lebih dalam lagi untuk mendapatkan air," lanjutnya.
"Apalagi persoalan limbah domestik saja belum bisa diselesaikan oleh pemerintah," imbuh Halik Sandera.
Ditambahkan, penggunaan air bersih yang berlebihan karena banyaknya hotel dan apartemen berpotensi menimbulkan sengketa dengan masyarakat lokal, dan hal tersebut sebenarnya sudah mulai terlihat saat ini.
"Ancaman krisis ini diperparah dengan penurunan air tanah dalam sebesar 20 hingga 30 centimeter setiap tahun. Ditambah lagi adanya risiko pencemaran limbah hotel, terlebih jika lokasi berada di dekat sungai," papar Halik Sandera.
"Justru akan timbul semacam kompetisi antara warga dengan investor. Ujung-ujungnya, masyarakat yang dirugikan karena pasokan air lebih banyak tersedot untuk kebutuhan hotel," tutupnya.