tirto.id - Sebanyak 35 orang dilaporkan terinfeksi virus Langya atau Langya henipavirus (LayV) di Shandong dan Henan, Cina. Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menyebut virus zoonosis itu ditularkan dari hewan ke manusia.
“[Penularannya] disebut dengan spillover dari hewan ke manusia,” kata Dicky saat dihubungi reporter Tirto, Rabu (10/8/2022).
Dicky menuturkan reservoir virus itu tampaknya bukan dari hewan sekeluarga seperti tikus (rodent). Selain itu, belum ada bukti bahwa ada penularan dari manusia ke manusia.
“Tentu ini bisa berpotensi berbahaya sebagaimana penyakit zoonotis sebelumnya seperti misalnya COVID-19. Walaupun ini sekali lagi, belum ada tapi bicara prevention (pencegahan) ini menjadi sangat penting,” kata dia.
Dicky menjelaskan virus ini masuk ke keluarga yang sama dengan virus Nipah yang berpotensi fatal bagi manusia saat tertular. Pemerintah Cina perlu memperkuat surveilans guna mencegah penularan virus Langya.
“Bukan hanya pada manusia, tapi pada hewan,” ujarnya.
Dicky menjelaskan virus Langya bukan pertama kali terdeteksi di dunia. Virus tersebut pertama terdeteksi pada manusia pada 2018. Potensi kerusakan dari virus ini pada manusia adalah kerusakan di ginjal.
“Namun kekhawatiran saya adalah hewan domestik [di Shandong dan Henan] terinfeksi seperti anjing, kambing. Ini terinfeksi di antara dua sampai lima persen dari populasi hewan domestik di dua lokasi temuan itu,” ucap Dicky.
Menurut Dicky, karantina hewan penting dilakukan saat ada temuan kasus Langya. Hal itu untuk mencegah penularan virus lebih luas dari hewan ke manusia.
“Meskipun sampai saat ini tidak ada kasus yang artinya memerlukan perawatan ICU atau bahkan kematian, tapi sekali lagi, prinsip dalam memitigasi satu potensi wabah itu harus sangat hati-hati dan skenario terburuk harus dihindari,” kata dia.
Dicky menyarankan Kementerian Pertanian (Kementan), dinas peternakan, serta para peternak agar meningkatkan kesadaran menggunakan masker, sarung tangan, mandi, membersihkan diri sebelum kembali ke rumah. Hal itu guna mencegah penularan virus di Indonesia.
“Artinya potensi [terkena virus] itu sama, kita ini sama. Perilaku kita dengan Cina sebetulnya tidak jauh-jauh beda juga,” ujarnya.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Gilang Ramadhan