Menuju konten utama

UNHCR: Perbatasan Harus Dibuka Untuk Pencari Suaka

Pertempuran kembali meletus di Juba, ibu kota Sudan Selatan. UNHCR menyerukan agar pencari suaka diberi jalan aman untuk melewati perbatasan dan menyelamatkan diri.

UNHCR: Perbatasan Harus Dibuka Untuk Pencari Suaka
kamp pengungsi di Juba, Sudan Selatan. foto/reuters

tirto.id - Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR), Selasa (12/7) waktu setempat, menyerukan pada semua pihak bersenjata di Sudan Selatan agar menjamin jalan aman buat orang yang menyelamatkan diri dari pertempuran selama satu pekan belakangan di Juba.

"UNHCR menyerukan, semua pihak bersenjata agar menjamin jalan aman buat orang yang menyelamatkan diri dari pertempuran yang meletus pada akhir pekan lalu di Juba (ibu kota Sudan Selatan) dan kami mendesak semua negara tetangga agar terus membuka perbatasan buat orang yang mencari suaka," kata pernyataan itu.

UNHCR menyatakan sebagian perbatasan telah terpengaruh seperti pos penyeberangan Sudan Selatan-Uganda, tempat keamanan diperketat di wilayah Sudan Selatan.

"Ini telah mengakibatkan penurunan besar jumlah orang yang baru tiba di Uganda selama akhir pekan," kata pernyataan tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua.

Sebanyak 95 orang menyeberangi perbatasan pada Sabtu (9/7), namun turun jadi 36 orang pada Minggu (10/7). Dibandingkan dengan rata-rata setiap hari, lebih dari 200 orang menyeberang pada Juli.

UNHCR menyatakan badan PBB tersebut memperkirakan lebih banyak orang akan tiba segera setelah perbatasan dibuka kembali.

"Mereka yang berhasil menyeberang telah melaporkan serangan membabi-buta terhadap warga sipil. Bus dari Juba ke perbatasan Uganda dihentikan dan dirampok," kata pernyataan itu.

Di Wilayah Gambella, Ethiopia Barat, UNHCR telah meningkatkan pengawasan perbatasan bersama komisi pengungsi Ethiopia. Persiapan darurat sedang dilakukan di Kenya, Sudan, dan negara lain tetangga guna menghadapi kemungkinan terjadinya lonjakan arus pengungsi.

Badan PBB tersebut menyatakan tak ada arus besar pengungsi di perbatasan Sudan Selatan–Kenya, kendati pada akhir pekan lalu UNHCR menerima 36 orang dari Negara Bagian Equatoria Timur.

UNHCR seperti juga Dewan Keamanan PBB mengutuk kerusuhan di Juba tapi menyambut baik upaya kedua pihak untuk menerapkan gencatan senjata dan berharap itu akan berjalan.

"Kantor kami di Juba melaporkan suasana tenang tapi tegang pada malam hari tanpa ada laporan mengenai tambahan orang yang kehilangan tempat tinggal," kata pernyataan tersebut.

Pertempuran itu membuat sebanyak 36.000 orang kehilangan tempat tinggal, berdasarkan laporan dari Kantor PBB bagian Koordinasi Urusan Kemanusiaan.

Di dalam Sudan Selatan, sebanyak 7.000 orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka telah mencari perlindungan di pangkalan PBB di Juba.

"Memberi mereka makanan, tempat berteduh, air, fasilitas kesehatan serta kebersihan akan tetap menjadi tantangan besar selama situasi keamanan tetap buruk," kata UNHCR.

UNHCR juga khawatir mengenai kondisi sebanyak 9.000 pengungsi kota, yang telah memberitahu badan dunia tersebut tentang keprihatinan keamanan mereka serta kesulitan dalam memperoleh air dan makanan.

Badan pengungsi itu menyatakan lokasi lain penampungan pengungsi di seluruh Sudan Selatan dilaporkan tenang.

Presiden Kiir dan Wakil Presiden Machar pada Senin malam memerintahkan gencatan senjata setelah berhari-hari pertempuran sengit antara pasukan mereka di Ibu Kota Sudan Selatan, Juba.

Baca juga artikel terkait POLITIK

tirto.id - Politik
Sumber: Antara
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari