tirto.id - Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 02, Sandiaga Uno menyatakan "kepanjangan lain" dari TPS, yatu bukan Tempat Pemungutan Suara, tetapi Tusuk Prabowo Sandi.
"Bagi kami saatnya tentukan pilihan terbaik buat masa depan kita, masa depan anak-anak cucu kita. Kami bertekad menghadirkan pemerintahan yang kuat. Saatnya kita ajak kerabat-kerabat sahabat ke TPS karena TPS singkatannya adalah Tusuk Prabowo-Sandi," kata Sandi dalam pernyataan penutup debat pilpres kelima yang digelar pada Sabtu (13/4/2019) di Hotel Sultan, Jakarta.
Tidak hanya itu, Sandiaga Uno juga menggunakan kepanjangan TPS versinya itu untuk menjanjikan perbaikan keadaan rakyat. Tercatat ada 11 ilustrasi "masa depan lebih baik" yang dijanjikan oleh Sandi melalui jargon "Tusuk Prabowo-Sandi".
Ilustrasi itu dimulai dari kemudahan mencari pekerjaan, hingga janji bahwa BUMN akan menjadi benteng ekonomi Indonesia.
"Mau cari kerja gampang, tusuk Prabowo-Sandi. Mau pemerintahan bersih, tusuk Prabowo-Sandi. Mau harga harga beras bahan pokok murah terjangkau ke TPS, tusuk Prabowo-Sandi. Mau harga listrik turun ke TPS Tusuk Prabowo-Sandi. Mau tenaga medis pasien ingin BPJS diperbaiki, tusuk Prabowo-Sandi," kata Sandi.
"Guru honorer mau kesejahteraan dan status lebih baik, tusuk Prabowo Sandi. Anak muda mau mendapatkan lapangan kerja, tusuk Prabowo Sandi. Mau PKH kita tingkatkan jadi PKH+, tusuk Prabowo-Sandi. Petani ingin mendapatkan pupuk lebih baik, tusuk Prabowo-Sandi. Stop impor saat panen, tusuk Prabowo-Sandi. BUMN kuat sebagai benteng ekonomi, tusuk Prabowo Sandi," tambahnya.
"Rabu, 17 April Mari kita ke TPS untuk tusuk Prabowo-Sandi," papar sang cawapres sambil memeragakan cara menusuk surat suara.
Debat pilpres kelima yang digelar pada Sabtu (13/4/2019) adalah debat terakhir yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pertanyaan demi pertanyaan dalam debat ini disusun oleh 10 panelis yang sudah ditunjuk KPU.
Mereka adalah Herman Karamoy (Dekan FEB Universitas Sam Ratulangi) dan I Nyoman Mahaendra Yasa (Dekan FEB Universitas Udayana), Dermawan Wibisono (Guru Besar SBM ITB), dan Tukiman Tarunasayoga (Dosen Community Development Unika Soegijapranoto, Undip, dan UNS).
Selain itu, panelis lain adalah Rachmi Hertanti (Direktur Eksekutif Indonesia For Global Justice), Mohammad Nasih (rektor Universitas Airlangga), Arief Mufriani (Dosen FIB UIN Syarif Hidayatullah), Eddy Suratman (Guru Besar FEB Universitas Tanjungpura), Hanif Amali Rivai (Dekan FE Universitas Andalas), juga Suharnomo (Dekan FEB Universitas Diponegoro).
Editor: Fitra Firdaus