tirto.id - Reksadana menjadi salah satu jenis investasi yang populer di kalangan anak muda. Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada akhir semester I tahun ini, jumlah investor reksadana berjumlah 8,4 juta investor.
KSEI mencatat demografi investor didominasi oleh investor berusia di bawah 40 tahun, yaitu gen z dan milenial sebesar 81,64 persen dengan nilai aset mencapai Rp144,07 triliun.
Begitu pula jumlah investor pasar modal pada periode yang sama tahun sebelumnya yang didominasi gen z dan millennial, yakni 80 persen. Nilai aset kedua kelompok tersebut pada Juni 2021 menyentuh Rp108,37 triliun.
Instrumen ini dirancang untuk investasi dalam jangka waktu yang panjang. Secara sederhana, reksadana merupakan tempat mengumpulkan uang atau dana investasi dari masyarakat yang selanjutnya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam berbagai instrumen investasi, dalam hal ini instrumen yang dimaksud adalah saham.
Nantinya, manajer investasi akan mengelola dan menginvestasikan dana secara profesional dalam reksadana. Manajer investasi didukung oleh tenaga ahli lainnya yang terdiri dari komite investasi dan pengelola investasi. Reksadana menjadi salah satu investasi yang tergolong aman karena dikelola oleh bank-bank besar yang menjanjikan keamanan dalam berinvestasi.
Jumlah investor reksadana menunjukkan tren pertumbuhan selama masa pandemi yaitu sepanjang 2019-Juni 2022. Adapun jumlah investor reksadana Juni tahun ini sebanyak 8.426.776, naik 23,19 persen ketimbang tahun sebelumnya, yakni 6.840.234 investor. Sementara jumlah investor pada 2020 yakni sebanyak 3.175.429.
Co-Founder Ternak Uang Felicia Putri Tjiasaka berbagi tips untuk berinvestasi reksadana saham, khususnya bagi para pemula.
Tepat Memilih Manajer Investasi
Felicia berpesan agar investor pemula tidak salah dalam memilih manajer investasi. Untuk mengakalinya, ia memberikan panduan.
"Untuk pemula, mereka bisa memilihnya dari 20 manajer investasi terbaik berdasarkan dana kelolaan. Untuk mengetahui daftarnya bisa di cek di website IDX dan beberapa agen penjual reksadana. Alternatif lainnya, pilih manajer investasi yang kamu kenal secara personal dan bisa dipercaya. Kalau nggak kenal, lebih baik skip saja," katanya, Selasa (19/7).
Langkah selanjutnya perlu memilih jenis reksadana yang sesuai dengan tujuan keuangan dan profil risiko. Untuk mengetahui ciri reksadana yang menguntungkan, Felicia menganalisanya dari beberapa karakteristik.
"Idealnya, pilihlah reksadana yang punya dana kelolaan yang tidak terlalu kecil ataupun tidak terlalu besar. Kalau terlalu besar nanti kurang lincah sehingga tidak fleksibel. Tapi kalau terlalu kecil itu sulit untuk dipercaya, rentan bermasalah ke depannya. Idealnya, dana kelolaannya di kisaran Rp100 miliar hingga Rp1 triliun," ungkap Felicia.
Jeli Melihat Rekam Jejak Reksadana
Selain itu, Felicia mengimbau agar investor lebih jeli dalam melihat rekam jejak reksadana yang akan dipilih. Paling aman, bisa dilihat dari laporan bulanan reksadana tersebut beserta prospektusnya.
"Cek return-nya. Apakah bagus dan konsisten dalam jangka panjang atau tidak. Lalu, cari reksadana yang drawdown (kerugian) paling rendah. Terakhir, pilih reksadana yang expense ratio dan biaya manajer investasinya rendah," tambahnya.
Meski demikian, lanjut Felicia, seorang investor tetap memerlukan strategi saat berinvestasi reksadana saham.
Pada umumnya, ada lima trik yang dijadikan strategi para investor pemula, yakni lump sum (beli sekaligus dalam satu waktu), dolar cost averaging (beli dalam waktu yang berbeda-beda), market timing (membeli dan menjual di waktu yang tepat), average up serta buy and hold.
Hanya saja, Felicia merekomendasikan investor untuk menerapkan strategi dolar cost averaging. Karena pergerakan reksadana saham sangat fluktuatif, lebih cocok untuk investasi secara rutin saja, agar menghindari beli di harga pucuk/tertinggi.
"Kemudian jangan pakai buy and hold, itu tidak cocok karena reksadana saham yang dikelola oleh manajer investasi yang bisa melakukan salah atau pindah perusahaan. Idealnya, selalu melakukan evaluasi setiap enam bulan atau setahun sekali," katanya.
Sementara itu, menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Juni 2022, jenis reksa dana yang paling digemari adalah Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) atau fixed income fund diikuti dengan reksadana saham.
RDPT juga diketahui paling banyak digemari pada Juni tahun lalu. Sementara itu, dana kelolaan paling banyak yakni dalam RDPT yang menunjukkan angka 144,5 triliun pada Juni 2022.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Anggun P Situmorang