Menuju konten utama

TikTok & Universitas Airlangga Kolaborasi Tangkal Hoaks Pilkada

Pilkada punya tantangan yang lebih besar ketimbang Pilpres karena hoaks yang bersifat lebih menyebar dan lokal.

TikTok & Universitas Airlangga Kolaborasi Tangkal Hoaks Pilkada
TikTok Goes to Campus di Kota Surabaya, diadakan di Kampus Fisip Universitas Airlangga. (Tirto.id/Nuran Wibisono)

tirto.id - Setelah diadakan di Jakarta, Bandung, dan Semarang, hari ini (15/10) TikTok Goes to Campus hadir di Kota Surabaya, Jawa Timur, bertempat di Aula Soetandyo, FISIP Universitas Airlangga.

Di acara ini, TikTok berkolaborasi dengan Tirto, didukung oleh Departemen Komunikasi Universitas Airlangga, Badan Pengawas Pemilu Jawa Timur, serta Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Timur.

Sama seperti TikTok Goes to Campus di tiga kota sebelumnya, acara di Surabaya yang dihadiri oleh kurang lebih 145 peserta ini terdiri dari dua agenda utama, yakni diskusi bertema Melawan Disinformasi di Pilkada 2024 dan workshop cara menemukan dan menentukan isu hoaks di media sosial yang diselingi dengan game interaktif.

Menurut Faris Mufid, Public Policy & Government Relations TikTok, acara ini merupakan usaha TikTok untuk berkolaborasi dengan para stakeholder dalam menangkal hoaks, terutama di momen Pemilihan Kepala Daerah.

“Kami tidak bisa bekerja sendirian dalam menangkal disinformasi dan hoaks. Karenanya kami berkolaborasi dengan Tirto dan juga kampus-kampus,” kata Faris.

Menurutnya, Pilkada punya tantangan yang lebih besar ketimbang Pilpres karena hoaks yang bersifat lebih menyebar dan tak menjadi isu nasional. Karenanya, diperlukan lebih banyak lagi pihak yang tahu bagaimana caranya memeriksa fakta untuk menangkal hoaks di daerah masing-masing.

“Jadi kami berharap bisa mendistribusikan pengetahuan memeriksa hoaks ini di berbagai kota. Sekarang empat dulu, harapannya kami bisa bikin di lebih banyak kota,” tutur Faris.

Sherlita Ratna Dwi Agustin, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Timur turut bicara hal serupa. Menurutnya, tindakan pencegahan hoaks Pilkada amat penting untuk dilakukan. Apalagi mengingat, berdasar data dari Bawaslu RI, Jawa Timur menjadi satu dari lima provinsi dengan kategori kerawanan tinggi. Dari laporan Bawaslu itu, hoaks menjadi salah satu isu strategis yang berpotensi menghasilkan konflik.

Hal ini, tambah Sherlita, juga diperparah oleh rendahnya kemampuan mengenali hoaks. Dari data Survey Indeks Literasi Digital Kementerian Kominfo, Sherlita menyebut 23% masyarakat Indonesia tidak yakin dapat mengenali informasi hoaks, dan 45% ragu-ragu apakah dapat mengenali informasi hoaks atau tidak.

“Hanya 32% masyarakat Indonesia yang yakin dapat mengenali informasi hoaks,” kata Sherlita.

Sedangkan Dwi Endah Prasetyowati sebagai Koordinator Divisi Humas, Data, dan Informasi Bawaslu Jawa Timur mengatakan upaya-upaya untuk mencegah hoaks harus terus menerus dilakukan. Endah menyebutkan Bawaslu punya posko pengaduan hoaks yang ada di setiap kantor Bawaslu di kabupaten atau kota.

“Jadi di Bawaslu kami punya posko pengaduan, yang ada di setiap kantor kabupaten/ kota,” kata Endah.

Kolaborasi TikTok dan berbagai stakeholder ini mendapat apresiasi dari Sulikah Asmorowati, Ph.D, selaku Wakil Dekan II FISIP Unair. Sebagai perwakilan dari kampus, Sulikah merasa senang ada inisiatif pelatihan periksa fakta yang menyasar mahasiswa, termasuk di Unair.

“Kami selaku tuan rumah mendukung upaya-upaya dalam penangkalan disinformasi seperti ini,” ujar Sulikah. []

Baca juga artikel terkait TIKTOK atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Politik
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Dwi Ayuningtyas