tirto.id - Teori-teori konspirasi bermunculan menyusul pembunuhan duta besar Rusia untuk Turki Andrei Karlov di tangan seorang pria bersenjata yang berteriak "Ingat Suriah! Ingat Aleppo! "selama serangan itu terjadi pada Senin (19/12/2016) waktu setempat.
Insiden ini secara luas dinilai sebagai upaya kelompok tertentu untuk mengeruhkan hubungan antara kedua negara menjelang pembicaraan antara Moskow, Ankara dan Teheran tentang masa depan Suriah, sehari setelahnya.
Sementara Presiden Turki Recep Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin secara terang menekankan bahwa mereka lebih bertekad untuk "menindak terorisme" bersama-sama daripada mengingat insiden itu. Putin juga mengatakan ingin menyelidiki siapa "pembimbing” penembak itu.
Sehari setelah insiden, teori konspirasi anti-Barat menyebar luas untuk mengungkap motif di balik pemberitaan itu.
Koran pro-pemerintah di Turki dengan cepat menuding Central Intelligence Agency (CIA) AS dan Fethullah Gulen bekerjasama di balik aksi itu menyusul pemberontakan gagal pada Juli silam.
"Great Sabotase," demikian halaman depan koran Yeni Safak menulis.
Gulen membantah tuduhan itu.
Sementara banyak orang Turki di media sosial mengajukan teorinya sendiri-sendiri, termasuk berteori bahwa Presiden AS Barack Obama memerintahkan pembunuhan itu sebagai “pembalasan" atas campur tangan Rusia dalam pemilu AS. Ada juga teori bahwa pembunuhan itu sebagai upaya untuk mencegah NATO agar tidak terlalu dekat dengan Rusia.
Sebaliknya, beberapa politisi Rusia, juga telah berspekulasi tentang insiden itu, mengklaim pembunuhan didalangi negara-negara NATO.
Frantz Klintsevich, wakil ketua majelis tinggi komite pertahanan dan keamanan parlemen Rusia, kepada wartawan, Senin pekan ini menyampaikan "Hal ini sangat mungkin -.bahwa wakil-wakil dari NATO menggunakan jasa asing di balik aksi itu"
"Apa yang telah terjadi adalah provokasi. Ini merupakan tantangan bagi Rusia ", tambahnya.
Teori konspirasi lain juga tersebar di internet, salah satunya menyebutkan duta besar Rusia itu tidak benar-benar tewas.
"Bagaimana bisa seseorang ditembak 8 kali dan ada tidak ada darah di salah satu foto?" salah satu komentator bertanya-tanya di Twitter.
Pada sisi anti-Turki, beberapa orang berpendapat bahwa Erdogan 'merencanakan semuanya' dalam rangka untuk mempercepat pencairan hubungan Rusia-Turki.
Klaim serupa dibuat oleh para kritikus Erdogan tentang kudeta bulan Juli setelah presiden menggunakan insiden untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya dan tindakan keras terhadap pengritik atas nama keamanan, demikian Independent.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH