tirto.id - Teori konflik menurut Lewis A. Coser cukup unik. Ia memandang konflik adalah hal penting dalam mempertahankan keutuhan sebuah kelompok. Seperti apa bentuk konflik menurut Lewis A. Coser?
Teori konflik yang berkembang, umumnya membahas bahwa keberadaan konflik sebagai pemicu perubahan sosial. Di sisi lain, Lewis Alfred Coser justru memberikan perhatian pada berbagai fungsi-fungsi saat memandang kehadiran konflik sosial. Hal itu dituangkan dalam bukunya yang terkenal, The Function of Social Conflict (1956).
Ia mengintegrasikan teori konflik dengan teori fungsional struktural sekaligus. Pemikirannya dipengaruhi tokoh sosiologi lainnya seperti George Simmel, Karl Marx, Max Weber, Emile Durkheim, dan sebagainya.
Pengertian Teori Konflik Menurut Lewis A. Coser
Konflik berasal dari bahasa Latin, “conflictus”, yang artinya pertentangan. Definisi konflik menurut para ahli sangat bervariasi. Pengertian konflik secara umum adalah benturan kepentingan antara dua pihak atau lebih.
Dalam buku Strategi Politik (2003), Peter Schroder menyebutkan istilah “conflict” memiliki makna “suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak”. Makna tersebut lantas berkembang mengartikan istilah konflik tak hanya merujuk konfrontasi fisik, tetapi juga aspek psikologis.
Dengan demikian, konflik diartikan sebagai persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived of interest). Konflik dapat pula dimaknai suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan (bersamaan).
Adapun pengertian konflik menurut Lewis A. Coser adalah perjuangan atas nilai-nilai atau tuntutan terhadap status, kekuasaan, dan sumber daya yang langka. Tujuan perjuangan atau tuntutan itu agar menetralkan lawan hingga meniadakan adanya pesaing.
Jenis-Jenis Konflik Menurut Lewis A. Coser
Macam-macam konflik menurut Lewis A. Coser dibedakan atas konflik realistis dan konflik non-realistis. Penjelasan bentuk konflik menurut Lewis A Coser tersebut yaitu:
1. Konflik realistis
Konflik realistis menurut Lewis A. Coser yaitu konflik yang bermula dari kekecewaan individu atau kelompok masyarakat pada sistem dan berbagai tuntutan yang terdapat dalam hubungan sosial.Contoh konflik realistis mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya yaitu mahasiswa melakukan demonstrasi kepada pemerintah atas kenaikan harga BBM, hingga demo menolak kenaikan uang kuliah sebagai bentuk kekecewaan terhadap manajemen kampus.
2. Konflik non-realistis
Konflik non-realistis menurut Lewis A. Coser adalah konflik yang tidak bermula dari tujuan persaingan dengan pihak yang berlawanan. Konflik ini muncul dari kebutuhan pihak tertentu untuk meredakan ketegangan.Contoh konflik non-realistis seperti mencari "kambing hitam" atas permasalahan yang terjadi. Tujuannya yaitu agar para pihak yang berkonflik dapat menurunkan ketegangan di antara mereka. Hanya saja, penyelesaian konflik non-realistis akan menjadikan pihak ketiga sebagai penyebab munculnya masalah.
Lewis A. Coser juga mengemukakan kaitan teori konflik tersebut dengan membahas tentang permusuhan dalam hubungan-hubungan sosial yang intim, fungsionalitas konflik, dan kondisi-kondisi yang mempengaruhi konflik dengan kelompok luar dan struktur kelompok sosial. Kaitan ketiganya dengan konflik realistis dan non-realistis seperti berikut:
1. Permusuhan dengan kelompok sosial yang intim
Jika konflik berkembang pada hal yang berkaitan dengan hubungan-hubungan sosial intim, pemisahan antarkonflik realistis dan non realistis sukar dipertahankan. Kedekatan hubungan akan memperbesar kasih sayang yang sudah tertanam. Oleh sebab itu, konflik yang muncul juga cenderung ditekan daripada mengungkapkan rasa permusuhan.2. Fungsionalitas konflik
Dalam menentukan suatu konflik bersifat fungsional atau tidak, menurut Coser, dilihat dari tipe isu yang menjadi subjek konflik itu. Konflik dinyatakan fungsional positif apabila tidak mempertanyakan dasar-dasar hubungan. Konflik dinyatakan fungsional negatif jika menyerang sebuah nilai inti.3. Kondisi-kondisi yang mempengaruhi konflik dengan kelompok luar dan struktur kelompok
Menurut Coser, konflik dengan kelompok luar membantu memantapkan batas-batas struktural. Di samping itu, konflik yang melibatkan kelompok luar bisa pula meningkatkan integrasi dalam sebuah kelompok.Fungsi Konflik Menurut Lewis A Coser
Konflik sosial menurut Lewis A. Coser menghadirkan beberapa fungsi di dalamnya. Mengutip Jurnal Yaqzhan Vol. 08, No. 2 (2022), manfaat konflik menurut Coser antara lain:
- Konflik bisa digunakan untuk melepas ketegangan di antara pihak yang saling bertentangan atas suatu hal.
- Konflik bisa digunakan sebagai nilai ukur hubungan sosial dalam rangka revitalisasi persatuan dan keseimbangan pada kelompok.
- Stabilitas hubungan pada suatu kelompok dapat disebut stabil jika ditemukan ekspresi permusuhan pertentangan pada masyarakat itu. Saat banyak ditemukan konflik di masyarakat, maka ikatan internal di antara mereka juga akan menguat.
- Konflik sosial dapat membangkitkan peran lembaga sosial, hingga agama lebih aktif karena akan terlibat dalam penyelesaian konflik. Selain itu, individu yang sebelumnya terisolasi juga akan lebih aktif memberikan kontribusi pada kelompoknya yang terlibat konflik.
- Konflik dapat membentuk dan memelihara identitas kelompok. Hal ini bisa menguatkan identitas dan otonomi dengan tetap terbalut nuansa kesatuan.
Sisi Positif Teori Konflik Menurut Lewis A Coser
Bagi Lewis A. Coser, konflik yang terjadi di dalam masyarakat tidak semata-mata menunjukkan fungsi negatifnya saja. Konflik juga bisa menimbulkan dampak positif.
Menurut Coser, yang dikutip I.B. Wirawan dalam Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma (2013), konflik menjadi bentuk interaksi yang tidak perlu diingkari kehadirannya. Konflik yang muncul antarkelompok atau intrakelompok selalu ada di tempat orang-orang yang hidup bersama.
Fungsi positif dari konflik menurut Lewis A. Coser menjadi cara atau alat mempertahankan, mempersatukan, hingga mempertegas sistem sosial yang ada. Pendapat yang dikemukakan Lewis A. Coser adalah:
- Kekuatan solidaritas internal dan integrasi dalam kelompok (in group) menjadi tinggi jika tingkat permusuhan atau konflik melawan kelompok luar bertambah besar.
- Peningkatan integritas pada kelompok yang terlibat dalam konflik akan membantu menguatkan batas antarkelompok itu dengan kelompok lain pada lingkungan tersebut. Batas ini mencolok khususnya dengan kelompok yang bermusuhan atau memiliki potensi menyebabkan permusuhan.
- Di sisi lain, kelompok tersebut kemungkinan juga berkurangnya toleransinya terhadap perpecahan atau pengkotakan. Tekanan pada konsensus dan konformitas menjadi semakin tinggi.
- Para penyimpang yang muncul dalam kelompok tidak akan ditoleransi, kecuali jika dapat dibujuk mengikuti jalan yang benar. Para penyimpang kemungkinan diusir atau dimasukkan sebagai pihak yang diawasi secara ketat.
- Di sisi lain, jika suatu kelompok tidak sedang terancam konflik dengan kelompok luar yang bermusuhan, kemungkinan terjadi penurunan pada tekanan terhadap kekompakan, konformitas, dan komitmen dalam kelompok. Ketidaksepakatan yang muncul di internal masih bisa dibicarakan. Para penyimpang mungkin lebih ditoleransi dan umumnya individu bisa mendapatkan ruang gerak lebih besar untuk mengejar kepentingan pribadinya.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Penyelaras: Ilham Choirul Anwar