Menuju konten utama

Teknologi 5G Diluncurkan, Benarkah Radiasi Sinyalnya Berbahaya?

Kabar ratusan burung mati karena radiasi sinyal 5G itu hoaks. Namun, bukan berarti radiasi tak berbahaya.

Teknologi 5G Diluncurkan, Benarkah Radiasi Sinyalnya Berbahaya?
Pengetesan jaringan 5G melalui Perangkat OPPO R15 yang dikustomisasi. FOTO/Dok. OPPO

tirto.id - “Kini, masyarakat mendengarkan musik dengan cara streaming. Tidak ada lagi proses men-download hari ini. Bahkan ketika jangkauan sinyal lemah, teknologi hari ini cukup untuk menyajikan kualitas baik untuk men-streaming musik. Nah, 5G akan akan melakukan hal itu bagi konten video,” kata Cristiano Amon, Presiden Qualcomm, produsen chip bagi gawai mobile terbesar di dunia.

Teknologi 5G merupakan penerus 4G, 3G, dan berbagai G yang telah muncul sebelumnya dalam kehidupan digital dan komunikasi manusia kini. Teknologi 5G, secara sederhana, artinya adalah generasi 5 dari teknologi telepon seluler.

Dalam paper “Comparative Study on Wireless Mobile Technology: 1G, 2G, 3G, 4G and 5G” yang terbit di International Journal of Recent Trends in Engineering & Research, K. Pandya mengungkapkan 5G mampu menghadirkan kecepatan koneksi data lebih dari ratusan gigabyte per detik (Gbps).

Laporan The Verge, perusahaan teknologi Qualcomm akan memperagakan sinyal super cepat 5G dalam gelaran Snapdragon Technology Summit di Maui, Hawaii, Amerika Serikat, pekan ini. Qualcomm akan meluncurkan chip bernama “Snapdragon 1000,” chip yang diklaim dirancang untuk bisa menggunakan teknologi 5G dalam ponsel. Pada akhir tahun 2018, AT&T, provider telepon seluler yang cikal bakalnya didirikan Alexander Graham Bell, akan meluncurkan teknologi 5G di 12 kota di Amerika Serikat.

Peluncuran layanan 5G untuk 12 kota ini bakal menjadi penutup proses panjang dari serangkaian ujicoba teknologi terbaru penyajian akses internet tanpa kabel di seluruh dunia. Di Indonesia, dalam ajang Asian Games yang digelar di Jakarta-Palembang pada Agustus-September 2018, Telkomsel, provider telekomunikasi Indonesia, melakukan ujicoba 5G bertajuk “Telkomsel 5G Experience Center” yang berada di kawasan Gelora Bung Karno (GBK).

Sayangnya, kehadiran jaringan 5G terasa hambar. Di pasaran, belum banyak ditemukan ponsel yang bisa mendukung 5G secara praktis. Apple belum akan merilis iPhone yang mendukung teknologi 5G hingga 2020. Namun, Cristiano Amon menyatakan industri ponsel kini tengah bergerak menuju ponsel yang mendukung 5G.

“Kami sedang bekerja menciptakan itu, paling tidak lihatlah di awal kuartal kedua tahun 2019. Anda akan melihat smartphone berbasis 5G yang akan diluncurkan di AS, Eropa, Korea Selatan, hingga Australia.”

Teknologi 5G merupakan teknologi wireless supercepat dengan latensi yang rendah. Teknologi ini cocok digunakan, misalnya, pada mobil swakemudi, yang mengusung beragam sensor dan lidar dan terhubung ke server pusat guna kebutuhan navigasi.

Infografik Tunggal Mengenal Teknologi 5G

Infografik Tunggal Mengenal Teknologi 5G

Sinyal Seluler dan Masalah Kesehatan

Selain kurangnya ponsel 5G di pasaran dan pemakaiannya belum mendesak bagi kebutuhan pengguna ponsel, 5G dianggap menyebabkan masalah serius, khususnya bagi makhluk hidup. Pada 5 November, sebuah blog bernama “Health Nut News” menurunkan konten tentang matinya sekitar 337 burung jalak dan 2 merpati akibat ujicoba 5G yang dilakukan di Den Haag, Belanda.

Dalam tulisan itu, disebutkan burung-burung yang sedang terbang, mati akibat paparan sinyal 5G dan informasi soal kematian burung-burung tersebut ditutupi pemerintah.

Setelah diusut, kabar dari blog tersebut hanya berita palsu alias hoaks semata. Dalam laman resmi pemerintah Den Haag, kematian ratusan burung dipastikan terjadi karena keracunan yang disebarkan virus dari anjing. Ujicoba 5G tak berdampak apapun bagi burung-burung yang mati tersebut.

Meskipun 337 burung jalak dan 2 merpati tidak mati karena radiasi, Girish Kumar, dalam “Cell Tower Radiation,” menyebut secara tersirat bahwa 5G, 4G, atau G lainnya bisa “membunuh” burung-burung secara tak langsung. Pancaran beragam G itu memancarkan radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik tersebut memiliki kemungkinan untuk mengganggu kerja burung, khususnya pada sistem navigasi yang membuat mereka terbang tak tentu arah atau disorientasi.

Ini bisa menyebabkan burung-burung yang terbang menabrak gedung atau menara yang berseberangan dengan lintasan terbang mereka. Adapun, soal kematian burung, terjadi lantaran burung-burung yang terbang menabrak tiang ketika bermigrasi.

Baca juga artikel terkait RADIASI atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra