tirto.id - Wushu atau yang dikenal dengan kungfu merupakan seni bela diri tradisional asal Tiongkok. Kata wushu dalam istilah Tionghoa terdiri atas dua suku kata: wu, yang berarti pertempuran atau bela diri; dan shu, artinya seni.
Bela diri wushu mengintegrasikan konsep dan bentuk dari berbagai seni bela diri Tiongkok baik tradisional dan modern, termasuk Kungfu Shaolin, tai chi, dan wudangquan. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam kompetisi olahraga resmi, wushu terbagi menjadi dua kategori utama: Taolu, yakni kompetisi yang digelar rutin; dan Sanda, kompetisi bertarung bebas.
Bela diri wushu saat ini berada di bawah naungan Federasi Wushu Internasional (IWUF). Organisasi ini secara berkala menggelar Kejuaraan Wushu Dunia setiap dua tahun.
Sampai sekarang, olahraga wushu telah dilombakan di berbagai kompetisi resmi seperti Asian Games, East Asian Youth Games, SEA Games, World Combat Games, serta sejumlah acara multi-olahraga lainnya.
Meski popularitasnya kian meningkat, olahraga wushu belum menjadi bagian dari program Olimpiade musim panas. IWUF telah beberapa kali mengusulkan agar wushu ditambahkan dalam program Olimpiade, tetapi hingga kini usulan tersebut masih belum terealisasi.
Sejarah Perkembangan Wushu
Bela diri wushu berasal dari Tiongkok. Dilansir situs web resmi IWUF, sejarah wushu dapat dilacak sejak era manusia purba, yakni ketika bela diri digunakan untuk bertahan hidup di alam liar pada Zaman Perunggu (3.000-1.200 SM) atau bahkan sebelumnya. Teknik dasar wushu kala itu disesuaikan dengan fungsinya untuk melindungi diri dari ancaman binatang liar juga manusia.
Selama periode Dinasti Shang (sekitar 1556-1046 SM) hingga Zaman Negara-negara Perang (481-221 SM), wushu terus berkembang, baik dengan metode pertarungan bersenjata maupun tanpa senjata. Selama periode ini, senjata canggih untuk peperangan pun mulai muncul.
Selain digunakan dalam militer, wushu menjadi populer di kalangan masyarakat umum sebagai sarana bela diri, peningkatan kesehatan, dan hiburan. Hal ini mencerminkan filosofi Tiongkok kuno yang terkenal dengan budaya sastra dan seni bela diri.
Beralih ke tahun 495 Masehi, biksu Batuo mendirikan kuil Shaolin di Gunung Song Shan, yang telah lama menjadi pusat beberapa jenis wushu. Generasi biksu selanjutnya menggabungkan chan 'Zen' dan quan 'seni bela diri' yang kemudian dikenal dengan shaolin quan 'wushu shaolin'.
Selama akhir Dinasti Qing (1644-1911 Masehi), penggunaan senjata tradisional dalam militer berkurang karena penggunaan senjata api semakin meningkat di kalangan tentara. Dominasi olahraga wushu pun mulai beralih ke kalangan umum.
Selain sebagai seni bela diri, teknik bela diri dan latihan mulai digabungkan dengan gagasan-gagasan teoritis dan filosofis yang populer di kalangan masyarakat biasa. Setelahnya, muncul beragam gaya seperti xingyi quan, bagua zhang, dan taiji quan. Meskipun memiliki dasar dalam aplikasi bela diri, gaya-gaya ini menekankan aspek kesehatan dan prinsip-prinsip moral.
Setelah sekian lama, akhirnya pada awal abad ke-20, organisasi Shanghai Jing Wu Physical Culture Society membuka jalan bagi wushu untuk berkembang menjadi olahraga populer. Pertunjukan publik, pelatihan, dan kompetisi, mulai diadakan secara rutin sehingga wushu kian populer.
Olimpiade Nasional Wushu Tiongkok pertama diadakan pada 1923 di Shanghai. Tidak lama setelah itu, pada 1936, delegasi wushu Tiongkok melakukan pertandingan ekshibisi di Olimpiade XI, Berlin.
Olahraga wushu terus berkembang selama Era Republik dan setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok. Format dan peraturan kompetisi wushu pun mulai ditetapkan, begitu juga dengan standardisasi materi-materi pengajarannya.
Pada 1985, Turnamen Wushu Internasional pertama diadakan di Xi’an, Tiongkok. Berkat gelaran itu terbentuklah komite persiapan federasi internasional. Lima tahun setelahnya, tepatnya pada 3 Oktober 1990, IWUF resmi berdiri.
Pemerintah Tiongkok kemudian membuat kelompok tugas khusus untuk pengajaran dan praktik wushu pada 1979. Bahkan, pada 1986, mereka mendirikan Institut Penelitian Nasional Tiongkok sebagai otoritas sentral untuk penelitian dan administrasi aktivitas wushu di Tiongkok.
Sejak saat itu, wushu cukup banyak mendapat perhatian dari pemerintah. Pengelolaan olahraga wushu pun terus dilakukan. Di sisi lain, IWUF secara konsisten mengembangkan olahraga wushu, dengan mempromosikannya, baik dengan gaya tradisional maupun modern.
Perbedaan Wushu Sanda dan Taolu
Wushu dalam kompetisi olahraga resmi terbagi menjadi dua kategori utama yaitu Wushu Taolu dan Wushu Sanda. Kedua kategori ini memiliki perbedaan yang sangat mencolok dalam pendekatan, aturan, dan tujuan kompetisi.
Wushu Sanda merupakan bagian dari bela diri wushu yang fokus pada pertarungan bebas antara dua atlet. Atlet Sanda menerapkan teknik dasar wushu ke dalam pertarungan satu lawan satu, mencakup pukulan, tendangan, dan lemparan.
Dalam Wushu Sanda, atlet harus memakai perlengkapan pelindung seperti pelindung kepala, dada, tangan, mulut, serta alat kelamin. Pertandingan Sanda biasanya terdiri atas tiga ronde, masing-masing berlangsung selama dua menit. Jeda istirahat antar-ronde selama satu menit.
Aturan dalam kompetisi Sanda memungkinkan atlet untuk menggunakan teknik dasar wushu dari semua gaya. Mereka boleh mengarahkan pukulan serta tendangan ke area tubuh tertentu dari lawannya, seperti kepala, dada, perut, pinggang, dan kaki. Wasit dan juri memberikan poin berdasarkan teknik-teknik yang berhasil dilakukan oleh atlet.
Atlet yang memenangkan dua dari tiga ronde atau mengalahkan lawannya dianggap sebagai pemenang. Kompetisi Sanda juga dibagi menjadi beberapa kategori berat badan untuk pria dan wanita.
Sementara itu, Wushu Taolu merupakan bentuk kompetisi rutin dalam bela diri wushu. Aturan dalam Taolu tidak memperbolehkan atlet terlibat dalam pertarungan fisik. Dalam kompetisi Taolu, atlet memperagakan gerakan-gerakan koreografi yang telah ditentukan sebelumnya, mengikuti aturan yang telah dipelajari dengan cermat.
Pertandingan Taolu dinilai oleh juri berdasarkan teknik, keindahan gerakan, dan tingkat kesulitan gerakan yang ditampilkan oleh atlet. Atlet Taolu tidak menggunakan perlengkapan pelindung, karena mereka tidak terlibat dalam pertarungan fisik. Cedera fisik pun cenderung minim. Selain itu, dalam pertandingan Taolu tidak ada pembagian kategori berdasarkan berat badan.
Perbedaan Wushu Sanda dan Taolu secara ringkas bisa disimak melalui tabel di bawah ini:
Wushu Sanda | Wushu Taolu |
Pertarungan fisik satu lawan satu | Tidak melibatkan pertarungan fisik apapun |
Bebas melakukan teknik dasar wushu beragam gaya tanpa aturan atau koreografi | Harus mempraktikkan teknik dasar wushu dengan koreografi dan terkonsep |
Penilaian juri berdasarkan teknik dan jumlah pukulan yang mendarat ke tubuh lawan | Penilaian juri berdasarkan keindangan dan tingkat kesulitan teknik |
Harus menggunakan perlengkapan pelindung | Tidak perlu menggunakan perlengkapan pelindung |
Rawan cedera fisik | Cedera fisik cenderung minim |
Ada pembagian kategori berdasarkan berat badan | Tidak ada pembagian kategori berdasarkan berat badan |
Teknik Dasar Wushu Sanda
Dalam pertandingan Wushu Sanda, kemenangan pertandingan ditentukan oleh banyaknya serangan yang dilayangkan ke lawan. Berikut ini penjelasan tentang teknik dasar Wushu Sanda untuk pukulan dan tendangan yang sering dilakukan dalam kompetisi.
1. Teknik dasar Wushu Sanda kategori pukulan
Gerakan wushu kategori pukulan dibedakan menjadi empat, meliputi:a. Jab
Teknik dasar wushu yang disebut jab ini merupakan teknik pukulan lurus menggunakan tangan kiri. Bagi atlet yang kidal, pukulan dapat dilakukan dengan menggunakan tangan kanan. Target pukulan jab adalah wajah dan tubuh bagian depan.b. Straight
Straight adalah pukulan lurus dari arah belakang dengan menggunakan tangan lain yang tidak digunakan dalam pukulan jab. Bila teknik dasar wushu pukulan jab menggunakan tangan kiri, pukulan straight menggunakan tangan kanan. Begitu pun sebaliknya. Target pukulan lurus ini sama dengan jab yaitu wajah dan tubuh bagian depan.c. Hook
Teknik dasar wushu hook adalah teknik pukulan menyamping dengan target pukulan mengarah ke wajah dan tubuh bagian samping.d. Uppercut
Teknik dasar wushu uppercut merupakan pukulan dari bawah ke atas. Target pukulan ini memiliki cakupan yang luas yaitu tubuh bagian samping maupun depan. Selain itu, dagu juga bisa menjadi target dalam pukulan uppercut.2. Teknik dasar Wushu Sanda kategori tendangan
Gerakan Wushu Sanda kategori tendangan juga dibedakan menjadi empat, yakni:a. Tendangan arah bawah
Teknik dasar wushu tendangan ini mengarahkan kaki lurus ke depan setinggi pinggang. Target tendangan ini yakni bagian bawah pinggang.b. Tendangan arah perut
Tendangan arah perut adalah teknik dasar wushu menggunakan tendangan kaki lurus ke depan setinggi pinggang hingga ketiak. Target dari gerakan tendangan ini adalah tubuh bagian tengah.c. Tendangan arah kepala
Tendangan arah kepala adalah gerakan wushu tendangan tinggi dengan target bagian kepala. Kekuatan tendangan ini selain dari lecutan lutut juga sangat didukung oleh putaran pinggang yang sebenarnya merupakan penyaluran tenaga dari masa badan.d. Tendangan arah depan
Tendangan dengan sentakan lutut ke arah depan menggunakan bantalan telapak kaki bagian depan. Tendangan kaki ini gerakannya seperti mendorong. Gerakan ini bisa dilakukan lurus ke depan maupun ke arah bawah dan atas.Editor: Fadli Nasrudin