tirto.id - Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla, bersama, Menteri Riset dan Dikti, Menteri Pertanian, Menteri Komunikasi dan Informatika dan keluarga meluangkan waktu untuk menonton bersama film "BANDA The Dark Forgotten Trail" pada Sabtu, (12/8/2017) malam.
Menurut Wapres JK, film "BANDA The Dark Forgotten Trail digarap dengan baik". "Film ini bercerita tentang bagian sejarah yang menarik dan penting untuk bisa diketahui lebih banyak oleh masyarakat Indonesia. Sejarah menjadi pintu masuk untuk bisa menjadi bahan diskusi lebih lanjut mengenai berbagai hal lainnya" ujar Wapres JK.
Film dokumenter ini berdurasi sekitar 1,5 jam. Bercerita tentang fragmen penting dalam sejarah bangsa di Banda. Banda sebagai salah satu jalur rempah menjadi denyut ekonomi dunia yang menggerakkan perubahan peradaban sekaligus menorehkan kekelaman akibat kolonisasi demi monopoli perdagangan pala oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie).
Fragmen kebangsaan juga diceritakan ketika empat pendiri negara seperti Hatta, Sjahrir, Iwa Kesuma dan Cipto Mangunkusumo dibuang ke Banda. Di Banda itulah ide-ide kebangsaan itu lahir. Mereka melihat Banda sebagai miniatur Indonesia dengan keberagaman etnis dan suku serta budayanya.
Film ini disutradarai oleh Jay Subyakto dan diproduksi oleh Sheila Timothy (Lifelike Pictures), naskah ditulis oleh Irfan Ramly. Sementara itu Reza Rahadian menjadi narator dalam film ini.
Film ini sempat mendapatkan penolakan dari sekelompok masyarakat pada 31 Juli silam. Keluarga besar Wandan Banda Eli-Elat dan anak cucu Mboyratan menuntut film agar batal ditayangkan karena dapat menciptakan instabilitas di Maluku.
"Kami juga mengutuk keras pernyataan Jay Subyakto melalui salah satu media sosial yang mengatakan kalau orang asli Banda telah habis dibantai dan punah dalam perang genosida tahun 1621," kata ketua Dewan Pengurus Ikatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Wandan, Kamaludin Rery di Ambon, Senin (31/7).
Baca:
Namun tim Film Banda membatah tuduhan itu. Mereka menegaskan, sejak awal dan telah disebutkan dalam narasi di film bahwa mereka tidak pernah memberikan pernyataan bahwa suku Banda asli musnah dari muka bumi.
“Penulis dan tim sejak awal mengetahui dan mengakui eksistensi kelompok masyarakat Banda Eli dan Elat sebagai kelompok masyarakat Banda yang bermigrasi ketika terjadi kolonialisasi di Banda tahun baik sebelum tahun 1621 maupun sesudah tahun tersebut,” demikian yang diungkapkan tim film Bandamelalui rilis pers yang diterima Tirto, Selasa (1/8/2017)
Baca: