tirto.id - Ratusan suporter PSM Makassar turun ke jalan, Senin (12/5/2025) dalam aksi damai bertajuk “Tribute to Yuran”. Aksi ini digelar sebagai bentuk dukungan moral kepada sang kapten, Yuran Fernandes, sekaligus sebagai bentuk protes atas sanksi berat yang dijatuhkan oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menyusul pernyataannya di media sosial beberapa waktu lalu.
Aksi tersebut berlangsung di bawah kolong fly over Jalan AP Pettarani, salah satu titik strategis dan simbolik di Kota Makassar. Para suporter datang dengan mengenakan atribut kebesaran PSM dan membawa berbagai spanduk bertuliskan “KAMI BERSAMA YURAN FERNANDES” dan “PSSI ANTI KRITIK”, sebagai simbol perlawanan terhadap kebijakan yang dinilai mengekang kebebasan berbicara.
Tidak hanya berorasi, para suporter juga membacakan secara bergantian kutipan dari unggahan terakhir Yuran di media sosial—sebuah kritik terbuka terhadap kualitas kepemimpinan wasit dalam pertandingan terakhir PSM. Meski bersifat kritik membangun, unggahan tersebut justru berujung pada sanksi larangan bermain selama 12 bulan dan denda sebesar 25 juta rupiah, yang diumumkan oleh Komdis PSSI pekan lalu.
Keputusan itu menuai reaksi keras dari berbagai kalangan, termasuk komunitas suporter.
“Ini bukan hanya soal Yuran. Ini soal bagaimana federasi memperlakukan pemain yang bersuara. Masak orang yang mengkritik malah dihukum seolah-olah dia musuh negara? Kritik itu bagian dari cinta,” ujar Tejo, salah satu pentolan suporter PSM dalam orasinya.
Sebagai bentuk protes kreatif, para suporter juga menggelar aksi simbolik dengan bermain sepak bola di tengah jalan, menggambarkan bagaimana dunia sepak bola di Indonesia saat ini sedang ‘dimainkan’ oleh keputusan-keputusan sepihak yang tidak berpihak pada keadilan.
Aksi berjalan dengan tertib dan penuh solidaritas. Di akhir kegiatan, seluruh peserta menggelar doa bersama untuk Yuran dan membacakan pernyataan sikap resmi. Dalam pernyataan itu, mereka mendesak Komdis PSSI untuk segera mencabut sanksi, memulihkan nama baik Yuran Fernandes, serta meminta permohonan maaf secara terbuka atas keputusan yang dinilai tidak adil dan mencederai semangat sportivitas.
Mereka juga menyampaikan bahwa aksi ini bukan aksi terakhir.
“Kami akan terus bersuara, turun ke jalan, bahkan ke Jakarta jika perlu. Bagi kami, suara pemain dan suara suporter adalah nyawa sepak bola,” tutup Tejo di tengah sorakan solidaritas rekan-rekannya.
Aksi “Tribute to Yuran” hari ini menjadi bukti bahwa sepak bola bukan hanya tentang pertandingan di lapangan, tetapi juga soal keadilan, keberanian bersuara, dan solidaritas tanpa batas.
Penulis: Viralin Makassar
Editor: Fransiskus Adryanto Pratama
Masuk tirto.id


































