tirto.id - Pandemi Covid-19 telah menggeser perilaku transaksi keuangan secara global, dari tunai ke nontunai. Di Indonesia, hal demikian terlihat pada hasil Consumer Payment Attitudes Study (CPAS) yang dirilis Visa, pemimpin dunia dalam perkara pembayaran digital.
“Dua dari tiga (67%) masyarakat Indonesia bersiap-siap untuk meninggalkan uang tunai, dan dari mereka yang telah mencoba menggunakan pembayaran non-tunai, Gen Z (78%), Gen Y (74%), dan kalangan affluent (73%) adalah yang terdepan,” bunyi keterangan yang diterima Tirto, awal Mei 2023.
Bagi generasi muda, garda depan masyarakat nontunai, kenyamanan dan keamanan merupakan dua variabel yang mengukuhkan pilihan mereka untuk beralih kepada transaksi nontunai—di samping kecepatan dan kemudahan yang dijanjikannya.
Betapa tidak, dengan menjamurnya telepon pintar dan kian meluasnya layanan internet, transaksi nontunai atau pembayaran digital memang memberikan daya tarik tersendiri. Sebagai gambaran, responden yang dilibatkan dalam studi tersebut menyebut bahwa membawa uang tunai terbilang kurang aman sebab bisa jatuh atau dicuri (56%) serta potensial menyebarkan penyakit (48%).
Pada saat bersamaan, 41% responden juga menyebut alasannya mengurangi membawa uang tunai karena uang tunai merepotkan sedangkan pihak-pihak yang menyediakan pembayaran cashless sudah banyak. Lantaran alasan-alasan itu pula, masuk akal jika 48% responden menyatakan sudah terbiasa menggunakan pembayaran nontunai baik lewat dompet digital, QR, maupun kartu kredit atau debit, termasuk kartu contactless.
Dalam gambaran yang lebih besar, penggunaan uang tunai menurun dari 87% pada 2021 menjadi 84% pada 2022.
"Masyarakat Indonesia kini semakin melangkah maju untuk meninggalkan uang tunai, seiring dengan meningkatnya adopsi metode pembayaran digital akibat pandemi. Pembayaran digital tidak hanya membuat transaksi keuangan menjadi lebih mudah diakses, lancar, dan aman, tetapi juga memberikan dampak positif bagi kehidupan sehari-hari masyarakat di era pascapandemi,” ungkap Riko Abdurrahman, Presiden Direktur Visa Indonesia.
Dalam konteks di atas, Visa melihat hal demikian sebagai peluang untuk meningkatkan kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan untuk memfasilitasi konsumen menggunakan pembayaran digital di setiap aspek kehidupan mereka.
“Kami terus bekerja sama dengan bank, merchant, fintech, dan mitra strategis lainnya untuk mendukung pembayaran digital dan mendorong pembayaran contactless sebagai fondasi pembayaran di masa kini dan masa depan," sambung Riko.
Komitmen Visa Tingkatkan Literasi Keuangan Masyarakat Indonesia
Salah satu metode pembayaran nontunai, kartu contactless, memang mendapatkan momentumnya pada masa pandemi. Dengan keunggulan tinggal tap kartu tiap kali melakukan transaksi—tanpa perlu mengandalkan jaringan internet sebagaimana dompet digital dan QR, misalnya—pembayaran contactless terbilang digemari. Studi Visa tersebut juga menunjukkan, pengguna kartu contactless adalah kalangan affluent (51%), Gen Y (41%), dan Gen X (32%).
Kartu contactless menggunakan Near Field Communication (NFC), salah satu inovasi teknologi yang berperan menghubungkan antarperangkat. Teknologi kartu contactless sendiri sudah digunakan untuk transportasi umum di lebih dari 500 negara. Sedangkan Visa, salah satu penyedia layanan kartu contactless, sudah diterima di lebih dari 200 negara dan 80 juta merchant di dunia.
Dengan jumlah demikian, wajar belaka jika kartu contactless digadang-gadang bakal menjadi salah satu gerbang menuju pembayaran masa depan secara global. Di Indonesia saat ini, fiturcontactless pada kartu baru bisa digunakan oleh kartu kredit, sementara kartu debit yang transaksinya sesuai regulasi harus menggunakan local spec, belum sepenuhnya bisa mengakomodir fitur contactless.
Untuk memungkinkan kartu debit Indonesia menggunakan contactless, maka local spec dalam kartu debit tersebut perlu di-upgrade supaya tidak ketinggalan dengan teknologi pembayaran global terkini.
"Masyarakat kini semakin beradaptasi dengan berbagai cara baru dalam bekerja, berbelanja, dan bersosialisasi. Banyak dari mereka yang beralih ke metode pembayaran digital, sehingga kesadaran akan manfaat transaksi nontunai semakin meningkat,” ungkap Riko Abdurrahman.
Studi Visa tersebut juga menyebut imbas pandemi membuat setidaknya 8 dari 10 orang Indonesia menabung lebih banyak untuk masa depan. Generasi muda khususnya, ingin lebih siap menghadapi tantangan keuangan yang tidak terduga dengan meningkatkan tabungan mereka.
Terkait hal tersebut, Riko juga menyebut bahwa kemudahan dan kenyamanan pembayaran digital juga memudahkan masyarakat untuk melacak pengeluaran mereka dan mengelola anggaran, sehingga meningkatkan literasi keuangan mereka. “Visa berkomitmen terus untuk mendukung Indonesia dalam digitalisasi pembayaran dan keuangan, baik melalui produk dan solusi kami, serta melalui best practices sharing," pungkas Riko.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis