Menuju konten utama

Stok Darah Menipis saat Pandemi Covid-19, Negara Perlu Bertindak

Dalam sepekan terakhir, stok darah di beberapa wilayah Indonesia makin menipis akibat dari meluasnya pandemi COVID-19 yang mengharuskan pembatasan aktivitas berkumpul.

Stok Darah Menipis saat Pandemi Covid-19, Negara Perlu Bertindak
Petugas melayani pendonor di ruang donor darah Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (19/3/2020). ANTARA FOTO/Moch Asim.

tirto.id - Pandemi Covid-19 (corona) yang makin meluas dan memakan korban jiwa di Indonesia berdampak pada pembatasan aktivitas berkumpul. Akibatnya, dalam sepekan terakhir, terjadi krisis stok darah di beberapa wilayah di Indonesia mengingat kegiatan donor darah mulai berkurang.

Dalam pemberitaan yang dihimpun Tirto hingga Minggu (22/3/2020), daerah yang mengalami kekurangan stok darah seperti Surabaya, Tangerang hingga Bandung.

Palang Merah Indonesia Kota Surabaya mengakui kekurangan stok darah akibat Covid-19. Jumlah pendonor di Kota Surabaya berkurang hingga 60 persen akibat pembatasan kegiatan sosial.

“Jika biasanya sehari kami bisa mendapat sekitar 450 pendonor, sekarang hanya 140-an pendonor," ujar Wakil Ketua PMI Kota Surabaya Tri Siswanto sebagaimana diberitakan Antara.

Pendonor yang terus berkurang bisa berimbas pada pasokan darah di Kota Surabaya. Sebab, kata Tri, PMI Kota Surabaya membantu juga daerah lain yang kekurangan stok darah.

PMI Kota Tangerang pun juga mengakui adanya pengurangan stok darah. Mereka bahkan mengimbau agar donor tetap berlangsung karena masih banyak rumah sakit membutuhkan transfusi darah. Namun, PMI Kota Tangerang tidak merinci detail kebutuhan darah dan jumlah stok darah.

“PMI tetap melayani pelayanan donor darah. Namun, dengan kondisi saat ini beberapa kegiatan donor darah yang diselenggarakan oleh lembaga instansi ada yang dibatalkan. Tentu hal ini sangat berpengaruh dengan stok darah di PMI,” ujar Ketua PMI Kota Tangerang Kuswarsa dalam keterangannya, Minggu sebagaimana dinukil dari Antara.

Pandemi Covid-19 juga membuat Kota Bandung mengalami penurunan permasalahan stok darah. Sebagaimana diberitakan Republika, Kota Bandung mengalami penurunan stok kantong darah.

"Terjadi penurunan signifikan, saya kaji seperti akhir bulan puasa, penurunan ini sepertiganya. Biasanya diperoleh 500 [kantong labu] memenuhi kebutuhan rumah sakit, sekarang hanya terpenuhi 167 unit," ujar Kepala Unit Transfusi Darah PMI Kota Bandung, Uke Muktimanah disela-sela penyemprotan disinfektan di Masjid Al-Ukhuwah, Kamis (19/3/2020).

Pemerintah Harus Jamin Stok Darah

Pengacara publik dari LBH Masyarakat Afif Abdul Qoyim mengingatkan kalau stok darah harus tetap terjaga. Ia berpendapat, penjagaan stok darah semakin penting, apalagi dampak Covid-19 membuat pendonor darah semakin minim.

“Persoalan stok darah kan harus dicek juga kebutuhan di lapangan yang meningkat usai kejadian DBD dan beberapa penyakit yang butuh transfusi darah semisal thalasemia. Nah, persoalannya, kebutuhan lapangan tidak sebanding dengan ketersediaan stok darah, bisa jadi karena pendonor yang minim, apalagi sekarang saat Covid-19 dan agenda karantina mandiri,” kata Afif kepada reporter Tirto, Sabtu lalu.

Afif meminta PMI dan pemerintah pro-aktif dalam mencari para pendonor darah. Ia meminta PMI pro-aktif dalam mencari orang yang mau mendonorkan darah. Ia juga meminta agar pemerintah juga menjamin kesehatan pendonor, termasuk memberikan insentif kepada pendonor agar stok darah tetap terjaga. Sebab, negara bertanggung jawab untuk menyediakan darah.

“Persoalan stok darah termasuk mendistribusikan kepada yang membutuhkan bagian dari peran pemerintah juga,” kata Afif.

Ketua Bidang Unit Donor Darah Pengurus Pusat PMI Linda Lukitari Waseso membenarkan kabar penurunan jumlah donor darah akibat Covid-19. Ia mengaku, Covid-19 telah membuat masyarakat membatalkan kegiatan donor darah. Ia mengaku, penurunan pendonor mencapai 50 persen akibat Covid-19.

“Hampir 50 persen. Jadi yang biasanya per hari ada 1.000 bisa cuma 600. Sekitar 500-600 karena banyak pembatalan-pembatalan yang mobile unit,” kata Linda kepada reporter Tirto, Sabtu.

Linda mengatakan, krisis terjadi di daerah pandemi Covid-19 seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Pembatalan terjadi umumnya di perusahaan-perusahaan yang sebelumnya langganan mendonorkan darah. Beberapa pendonor juga enggan mendonorkan darahnya akibat khawatir tertular Covid-19 karena aksi donor dilakukan bersama dengan orang-orang dalam jumlah banyak.

Penyakit di luar Covid-19, kata Linda, juga perlu mendapat perhatian pemerintah. Sebab, penderita thalasemia, kanker, kecelakaan maupun ibu hamil tetap memerlukan transfusi darah sementara stok darah berkurang. Ia mengaku, stok golongan darah A mulai dibutuhkan di masyarakat. Linda pun khawatir kebutuhan transfusi darah semakin meningkat karena Indonesia akan memasuki masa wabah penyakit demam berdarah.

“Jadi boleh dikata sekitar sehari bisa 800-1.000 kantong, malah lebih tergantung kalau outbreak demam berdarah biasanya puncaknya di antara Maret dan April, jelang musim kemarau. Jadi ini mesti kita waspadai. Kedua, kita mau masuki masa puasa, itu harus kita waspadai juga,” kata Linda.

Meski mengalami kendala, Linda mengaku PMI telah menyiasati agar stok darah tidak berkurang. Pertama, PMI meminta bantuan TNI-Polri untuk meminta kegiatan donor darah untuk menutupi kekurangan stok darah. Ia mengaku, PMI akan berkeliling di semua matra TNI-Polri untuk kegiatan donor darah.

Upaya PMI Tetap Stok Darah

Selain itu, PMI juga menerbitkan protokol dalam kegiatan donor darah. Ia menuturkan, protokol yang diterbitkan pada Rabu (18/3/2020) lalu menyatakan ketentuan dalam kegiatan donor darah di tengah pandemi Covid-19.

Ia mencontohkan, pelaksanaan pengambilan darah dilakukan petugas dengan menggunakan alat kesehatan seperti masker dan sarung tangan khusus. Para pendonor juga diminta mengisi dokumen kesehatan sebelum mendonorkan darah.

“Jadi ada prosedurnya, ada protokolnya sebelum masuk kita kasih hand sanitizer atau cuci tangan kita siapkan dengan air mengalir, terus ada mengisi tambahan dari surveillance misal informasi pernah di daerah terdampak covid-19 baik di dalam maupun di luar negeri, kemudian ada formulir yang memang biasa mereka isi yang punya PMI,” kata Linda.

Kemudian, PMI juga memberlakukan sterilisasi sebelum menggelar aksi donor darah. Mereka juga menerapkan jarak tertentu dengan jumlah pendonor terbatas pada saat aksi donor darah.

PMI juga menerapkan seleksi kesehatan sebelum aksi donor dimulai. “Nggak boleh yang sakit jadi kita informasikan dan dengan cara adalah mereka yang mau donor harus konfirmasi dulu kita ada orang menerima bahwa dia akan datang misal paling banyak seratus. Kita kasih waktu dan berjarak satu meter,” kata Linda.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan juga menyadari bahwa permasalahan stok darah menjadi perhatian pemerintah. Sebab, pemerintah mengeluarkan imbauan agar masyarakat tidak keluar rumah saat Covid-19. Akan tetapi, Kementerian Kesehatan memastikan kalau kekurangan darah tidak terjadi akibat Demam Berdarah.

“DBD [terjadi] karena vektor nyamuk Aedes Agypti di lingkungan rumah yang tidak bersih. Tidak semua kasus DBD butuh transfusi darah, menipisnya stok ya karena pendonor tidak datang untuk mendonorkan darah,” kata Direktur Pelayanan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan Saraswati kepada reporter Tirto, Minggu.

Saraswati mengatakan, pemerintah juga sudah mengantisipasi kekurangan darah dengan memperkuat komunikasi dengan komunitas donor darah. Menurut Saras, komunitas pendonor siap membantu apabila ada kekurangan darah.

“Yang sangat spesifik forum komunikasi darah tetap stand by termasuk komunitas golongan darah langka, at anytime selalu siap memberi dukungan dan sudah ada list anggotanya,” kata Saraswati.

Baca juga artikel terkait DAMPAK CORONA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri