Menuju konten utama

Stan Lee dan Mimpi-Mimpinya yang Jadi Kenyataan

Stan Lee, kreator komik Marvel, meninggal pada 12 November 2018. Apa saja mimpinya yang jadi realita?

Stan Lee dan Mimpi-Mimpinya yang Jadi Kenyataan
Stan Lee tiba di pemutaran perdana "Spider-Man: Homecoming" di TCL Chinese Theatre di Los Angeles. (Foto oleh Jordan Strauss / Invision / AP, File)

tirto.id - Pada akhir Desember 1922 di Eurasia, belahan dunia yang menyatukan Asia dan Eropa, beberapa tokoh negara-negara Soviet tengah mendiskusikan pembentukan The Union of Soviet Socialist Republics (USSR). Di belahan dunia lain, tepatnya di Amerika Serikat, pada waktu yang sama lahir seorang bernama Stanley Martin Lieber.

USSR sukses menciptakan Soyuz, wahana antariksa yang membuat manusia bisa mengorbit Bumi. Lieber atau Stan Lee saat jadi editor Timely Comics 1942, Lee juga sukses melahirkan imajinasi kemunculan manusia-manusia super seperti Iron Man, Hulk, Spiderman, hingga Wolverine.

Kisah-kisah ciptaan Lee umumnya dibumbui unsur ilmiah juga fiksi. Lee pernah memasukkan unsur-unsur sains nyata ke dunia komik, misalnya dalam Superior Ironman #2, ada karakter asing yang sukses menembak Iron Man dengan peluru berbahan graphene.

Dilansir dari Wired, graphene merupakan “material yang sangat menarik.” Berbahan lapisan karbon yang mengandung hanya satu atom, graphene sangat kuat. Kekuatannya dihasilkan karena material ini memiliki elemen yang sangat fleksibel, dan dapat mengatur ulang elektron yang dimiliki untuk terhubung dengan dua, tiga, atau empat atom lain. Graphene adalah “material dua dimensi yang murni” yang diterjemahkan Lee sanggup menembus jirah Iron Man yang perkasa.

Michio Kaku, ilmuwan Fisika asal Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa fiksi ilmiah tidak bisa diremehkan hanya karena karangan tersebut mengandung “kemustahilan.” Dalam dunia fisika yang digelutinya, “kemustahilan” merupakan kata yang relatif. Artinya, kisah-kisah yang dituturkan Lee dalam komik-komiknya, semisal asisten digital bernama Jarvis, bukanlah sesuatu yang mustahil amat diciptakan di dunia nyata. Salah satunya dibuktikan Mark Zuckerberg, pendiri media sosial Facebook.

Dalam unggahan di laman pribadi Zuckerberg, alumni tidak lulus dari Harvard University itu tengah menciptakan Jarvis versi sederhana sebagai tantangan pribadinya di 2016 lalu. Menurut Zuckerberg, Jarvis yang dibuatnya “bisa berbicara pada ponsel sekaligus komputer pribadi, yang kemudian menyuruh untuk mengontrol rumah, seperti menghidupkan atau mematikan lampu, mengecek temperatur ruangan, menghidupkan berbagai peralatan rumah tangga, hingga memainkan musik.”

Dalam penciptaan Jarvis, Zuckerberg menggabungkan beberapa bahasa pemrograman, seperti Python, PHP, dan Objective C, yang digunakan untuk membuat natural language processing (NLP), speech recognition, face recognition yang menjadi dasar Jarvis. Lantas, Zuckerberg menggabungkannya dengan sistem milik perusahaan lain, semisal Crestron system, Sonos system, hingga Samsung system agar artificial intelligence (AI) sederhana itu bisa berkomunikasi dengan berbagai peralatan.

“(Dalam pembuatan Jarvis) saya menggunakan dua langkah, pertama saya membuat agar Jarvis bisa berkomunikasi dengan saya menggunakan teks, lalu saya menambahkan kemampuan berbicara yang membuat Jarvis bisa menerjemahkan perkataan saya menjadi teks,” cetus Zuckerberg dalam unggahannya.

Jarvis versi Zuckerberg belum sesempurna seperti kepunyaan Tony Stark dalam Ironman. Menurut suami dari Priscilla Chan ini “sepertiga dari kemampuan otak manusia didedikasikan untuk aspek visual, dan ada banyak masalah di AI yang berhubungan tentang memahami aspek-aspek visual seperti di gambar atau video.”

Zuckerberg tak sendirian soal upaya menghadirkan hal-hal fiksi dalam kisah superhero ke dunia nyata. Hyperloop Transportation Technologies, startup yang berupaya mengembangkan sistem transportasi masa depan berbasis ide yang dilontarkan Elon Musk, melahirkan Vibranium ke dunia.

Dalam kisah captain America atau Black Panther, Vibranium merupakan material kuat yang ditambang dari Wakanda. Material fiksi ini terkenal karena memiliki kemampuan luar biasa dalam memanfaatkan termodinamika untuk menyerap, menyimpan, dan melepaskan energi kinetik secara terkontrol. Hyperloop, bekerjasama dengan perusahaan material asal Slovakia bernama c21, menciptakan material “mirip,” material yang, sebagaimana diwartakan Engadget, diklaim 10 kali lebih kuat daripada baja dan lima kali lebih ringan dibandingkan alumunium.

Vibranium versi Hyperloop berbeda. Itu bukan merupakan material murni, yang ditambang dari lokasi tertentu. Vibranium ala Hyperloop merupakan material yang dibuat dari carbon fiber composite dengan tambahan sensor yang bisa mengukur kekuatan, temperatur dari si Vibranium.

Infografik Mimpi stan Lee di dunia nyata

Kisah Fiksi (Stan Lee) Penting

Sophia Brueckner, seorang peneliti, sebagaimana dikutip dari laman Smithsonian, mengatakan, “pengarang telah mengeksplorasi topik fiksi ilmiah dalam kedalaman yang luar biasa, dan saya merasa ketika membaca tulisannya akan terasa sama pentingnya seperti membaca makalah penelitian.”

Jan Pater, akademisi dari Masaryk University, dalam papernya berjudul “Impact of Science Fiction Literature on Science and Technology” menyebutkan secara tersirat keunggulan kisah fiksi adalah kemampuan menciptakan suatu dunia yang ajaib hanya bermodalkan pemikiran dan pena. Ini membuat seseorang yang menciptakan fiksi harus benar-benar berpikir keras, bukan sebatas menghayal. Saat terbit, kisah fiksi bukan semata milik si pengarang, tapi juga dunia. Ini misalnya bisa dilihat dari fiksi soal robot.

Dalam paper itu, Pater menyebut “robot” dalam dunia fiksi dikisahkan pertama kali oleh Karel Capek. Robot berakar dari kata robota, yang artinya kerja atau pekerja. Perlahan-lahan, oleh banyak pengarang sesudahnya, robot menjelma dari hanya “mesin pekerja” yang cuma mengerjakan suatu hal secara repetitif berjalan menjadi mesin pekerja yang dibumbui perasaan.

Fiksi ilmiah penting bukan hanya penting untuk menginspirasi penciptaan teknologi, tetapi juga soal pendidikan. Hikmet Surmeli dalam paper berjudul “Examination The Effect of Science Fiction Films on Science Education Students Attitudes Towards STS Course” menyebut kisah fiksi memberi implikasi baik bagi pembelajar. Dalam penelitian terhadap 36 mahasiswa sains di Mersin University, Turki, Surmeli berkesimpulan “para pelajar setuju bahwa kisah fiksi memberikan mereka semangat untuk belajar sains lebih lanjut.” Fiksi ilmiah, membuat mahasiswa lebih memahami materi pelajaran yang diajarkan di universitas.

Membuat kisah fiksi ilmiah bisa saja dilakukan sembarang orang. Namun, di tangan Stan Lee, ia tak hanya sukses menciptakan semesta lain selain Bumi. Ciptaannya tentang dunia-dunia imajiner melalui komik-komik Marvel sukses menginspirasi dunia nyata.

Baca juga artikel terkait STAN LEE atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra