tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memperkirakan, belanja negara sampai dengan akhir tahun akan membengkak hingga Rp3.000 triliun lebih. Pembengkakan ini terjadi seiring dengan kenaikan harga energi dan pangan seecara global.
"Ini menyebabkan postur APBN dari Rp2.750 triliun jadi di atas Rp3.000 triliun," kata Sri Mulyani di acara Merdeka Belajar Episode 21: Dana Abadi Perguruan Tinggi di Jakarta, Senin (27/6/2022).
Dia mengatakan, kelebihan anggaran belanja ini tidak terlepas dari upaya pemerintah menambah alokasi anggaran untuk membayar kompensasi dan subsidi energi. Anggaran sendiri disetujui oleh DPR beberapa waktu lalu yang nilainya mencapai Rp380 triliun.
Tambahan anggaran tersebut diperlukan merespons kenaikan harga minyak dunia rata-rata sudah menyentuh 120 per barel dolar AS. Sementara dalam APBN 2022 harga minyak diasumsikan hanya 63 dolar AS per barel.
Tambahan subsidi dan kompensasi itu menjadi pilihan pemerintah untuk menahan kenaikan harga BBM, LPG hingga listrik di Tanah Air. Sehingga harganya tetap stabil di tengah kenaikan di pasar global.
"Kalau tidak, BBM ini sudah naik 2 kali lipat. Tapi kita tidak press itu dan tidak bisa dicover sendiri sama BUMN, makanya subsidi naik," kata dia.
Bendahara Negara itu mengklaim, berbagai subsidi energi tersebut telah dirasakan langsung oleh masyarakat Indonesia. Antara lain dalam bentuk konsumsi listrik dan BBM, termasuk para pengguna jenis pertamax.
"Kalau pakai pertamax juga itu bagian dari subsidi karena harga yang saat ini masih di bawah nilai keekonomiannya," pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz