tirto.id - Inflasi kumulatif dari awal Januari hingga Agustus 2018 mencapai 2,13 persen. Kementerian Keuangan mencatat realisasi ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu 2,53 persen.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa stabilitas ekonomi masih tetap terjaga dengan perkembangan laju inflasi yang terkendali, meskipun masih terdapat tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Target inflasi hingga akhir 2018 3,5 plus minus 1 persen. Dengan demikian, terdapat ruang gerak inflasi sebesar 1,37 persen.
"Terkendalinya laju inflasi didukung oleh relatif stabilnya inflasi komponen inti serta terjadi tren perlambatan inflasi administered price di tengah tren meningkatnya komponen volatile food yang disebabkan kenaikan harga pangan, terutama beras di awal tahun," ujar Sri.
Secara bulanan, pada Agustus 2018 saja disebutkan Sri terjadi deflasi sebesar 0,05 persen yang dipengaruhi oleh penurunan harga produk peternakan, yaitu telur dan daging ayam ras, serta produk hortikultura, seperti aneka bawang, cabai, dan sayuran seiring melimpahnya pasokan pasca panen.
"Deflasi bulan ini juga didukung oleh masih berlanjutnya normalisasi tarif angkutan udara setelah liburan panjang Lebaran," ujar Sri.
Kendati demikian, Sri mengatakan masih terdapat tekanan inflasi yang berasal dari kenaikkan biaya sekolah seiring masuknya tahun ajaran baru, serta peningkatan tarif kontrak dan sewa rumah yang disebabkan kenaikkan ongkos pemeliharaan rumah.
Dengan pencapaian laju inflasi hingga Agustus 2018 ini, Sri optimis inflasi pada akhir 2018 akan mencapai 3,5 persen sesuai dengan sasaran yang telah diterapkan.
"Namun dengan tetap mewaspadai risiko-risiko yang berpotensi menekan laju inflasi, seperti faktor depresiasi rupiah, kenaikan harga pangan karena faktor pergantian musim, serta peningkatan permintaan di akhir tahun, adanya Natal dan Liburan," ujar Sri.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Yandri Daniel Damaledo