tirto.id - Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Jenderal TNI (Purn) Moeldoko menanggapi nyanyian aktivis sekaligus dosen sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Robertus Robet yang menyindir Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) saat melakukan Aksi Kamisan di depan Istana Negara, Jakarta Pusat.
Dirinya mengatakan, jika saat ini Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah terlatih dikritisi oleh masyarakat.
"Saya katakan secara dalam konteks koreksi atau mengkritisi, TNI itu, TNI sudah terlatih dikritisi," ujarnya saat di Kantor Staf Presiden, Jakarta Pusat, Jumat (8/3/2019).
Moeldoko menuturkan, jika saat ini TNI secara psikologis sudah kuat untuk menerima kritikan dan masukan dari masyarakat.
Sehingga kata Moeldoko, bisa menahan diri dan tidak mudah marah ketika dikritisi oleh masyarakat, maupun nyanyian Robertus Robert pada saat aksi Kamisan kemarin.
"Secara psikologi juga sudah cukup kuat, tidak mudah lagi telinganya merah. TNI sekarang tidak seperti itu [Mudah marah]," tuturnya.
Tak hanya TNI, Moeldoko pun mengatakan jika pemerintah tidak merasa 'alergi' dengan kritikan yang diberikan oleh masyarakat.
Justru kata Moeldoko, pemerintah memberikan tempat khusus di depan Istana Negara untuk mengekspresikan kebebasan berpendapat.
"Mau ngomong apa aja disitu [Istana Negara], pemerintah juga tidak alergi kok dengan kritikan-kritikan, kebebasan berpendapat di Indonesia. Itu [kebebasan berpendapat] memiliki tempat yang istimewa," pungkasnya.
Pengajar Program Studi Sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Robertus Robet ditangkap kepolisian di rumahnya pada Kamis (7/3/2019) dini hari.
Penangkapan ini merupakan buntut dari orasinya di Aksi Kamisan pekan 576 pada 28 Februari 2018 lalu.
Sebagai pembuka orasi, Robet menyanyikan yel-yel pada masa reformasi 1998.
Yel-yel yang dimaksud adalah gubahan dari lagu Mars ABRI (sekarang TNI) yang populer di kalangan aktivis reformasi 1998.
Liriknya sebagai berikut. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia / tidak berguna / bubarkan saja / diganti Menwa (Resimen Mahasiswa) / kalau perlu diganti Pramuka.
Sebelum bernyanyi itu, Robet terlebih dulu mengatakan, “Untuk hari ini saya mengajak semua teman-teman muda di sini untuk mengingat satu lagu tahun 1998, ketika reformasi digulirkan.”
Videonya kemudian viral di dunia maya.
Kamisan pada pekan itu sendiri (pekan ke-576) mengangkat tema tolak dwifungsi TNI dengan berorasi menolak usulan menempatkan TNI di instansi-instansi sipil.
Orasi dan nyanyian Robet masih selaras dengan tema tersebut.
Robet sendiri sebetulnya telah memberikan klarifikasi. Lewat Facebook, dia mengatakan bahwa lagu tersebut tidak dibuat olehnya, dan memang demikian adanya.
“Lagu itu saya maksudkan untuk kritik ABRI di masa lampau, bukan TNI (Tentara Nasional Indonesia) di masa kini, apalagi dimaksudkan untuk menghina profesi dan institusi TNI,” kata Robet.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Nur Hidayah Perwitasari