tirto.id - Mempertebal rasa nasionalisme dan cinta tanah air bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menonton film yang mampu membangkitkan perasaan kebangsaan. Berikut ini daftar beserta sinopsis 5 film sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang menarik untuk disaksikan.
Film-film bertema perjuangan biasanya diputar oleh stasiun televisi dalam rangka memperingati hari proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945. Namun, tak sedikit pula film tentang sejarah kebangsaan yang dirilis tidak selalu bertepatan dengan peringatan hari kemerdekaan.
Banyak film Indonesia bertema nasionalisme yang sangat menarik untuk dinikmati dan tidak kalah dengan film-film bergenre serupa buatan luar negeri. Beberapa di antaranya adalah seperti yang akan sedikit diulas berikut ini:
Trilogi Merdeka (2009, 2010, 2011)
Trilogi Merdeka merupakan tiga rangkaian film mengenai perjuangan kemerdekaan RI yang disutradarai oleh Yadi Sugandi dan Conor Allyn, terdiri dari Merah Putih, Darah Garuda, dan Hati Merdeka. Tiga sinema layar lebar ini dirilis secara berurutan yakni pada 2009, 2010, dan 2011.
Sederet pelaku peran kenamaan tanah air dilibatkan dalam film trilogi ini, sebut saja Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Darius Sinathrya, Zumi Zola, Teuku Rifnu Wikana, Rahayu Saraswati, Rudy Wowor, Astri Nurdin, dan masih banyak lagi.
Trilogi Merdeka mengambil sisi kecil dalam kisah besar perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari Belanda yang ingin menjajah Indonesia lagi setelah proklamasi. Rangkaian cerita dalam film yang mengambil setting waktu pada 1947 ini mengisahkan tentang perjuangan 5 orang pejuang RI.
Kelima orang itu adalah Amir (diperankan Lukman Sardi), Tomas (Donny Alamsyah), Dayan (Teuku Rifnu),Soerono (Zumi Zola), dan Marius (Darius Sinathrya). Mereka semula dipertemukan di sebuah barak militer di Semarang, Jawa Tengah. Kisah awal ini terangkum dalam seri pertama yakni Merah Putih.
Selanjutnya adalah Darah Garuda atau Merah Putih 2. Masih dibintangi oleh tokoh-tokoh yang sama dengan latar belakang waktu yang serupa pula, film ini menceritakan tentang perjuangan 5 karakter utama tersebut yang harus menjalankan misi rahasia di Jawa Barat.
Bukan hanya serdadu Belanda yang mereka hadapi. Kelima pejuang ini juga harus berhadapan dengan gerombolan separatis DI/TII, bahkan kelompok pengkhianat. Tujuan yang hendak dicapai hanyalah satu: mewujudkan Indonesia yang benar-benar merdeka dan berdaulat penuh.
Seri terakhir berjudul Hati Merdeka. Berkisah tentang misi yang berujung tragis karena banyaknya anggota pejuang yang gugur. Drama terjadi ketika Amir mengundurkan diri dari kemiliteran. Film ketiga ini juga menceritakan misi berikutnya yang dijalankan di Bali.
Soekarno: Indonesia Merdeka (2013)
Film ini menceritakan tentang sosok Presiden RI pertama, Ir. Soekarno. Dirilis pada 2013, Soekarno: Indonesia Merdeka tidak hanya menceritakan mengenai Bung Karno sebagai proklamator dan presiden, juga masa-masa sebelum itu, yakni era kolonial.
Soekarno berjuang sejak masih muda dengan mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada era pergerakan nasional, lalu dipenjara oleh pemerintah kolonial Belanda di Bandung, juga pledoi pembelaannya yang terkenal: "Indonesia Menggugat".
Pemerintah Hindia Belanda kemudian mengasingkan Soekarno ke Ende (Flores) lalu ke Bengkulu. Selama masa pembuangan ini, Inggit Garnasih selalu setia mendampingi Bung Karno. Nantinya, menjelang kemerdekaan, pasangan ini terpaksa berpisah karena Soekarno jatuh hati kepada Fatmawati.
Battle of Surabaya (2015)
Film animasi ini menceritakan tentang Musa, anak muda yang bekerja sebagai tukang semir sepatu sekaligus menjadi kurir bagi para pejuang di Surabaya. Battle of Surabaya yang dirilis pada 2015 dan disutradarai oleh Aryanto Yuniawan ini mengambil latar belakang peristiwa 10 November 1945 di Surabaya yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Tokoh Musa membawa misi untuk membawakan pesan dan mengirimkan surat-surat rahasia arek-arek Suroboyo yang sedang berjuang hingga mengalami berbagai pengalaman hebat.
Battle of Surabaya memenangkan banyak penghargaan, termasuk dalam kategori "Best Animation" di tiga ajang internasional yang berbeda pada 2018, yakni Hollywood International Motion Pictures Film Festival, European Cinematography Awards, dan Amsterdam International Film Festival.
Jenderal Soedirman
(2015)
Sebagaimana judulnya, film ini menceritakan tentang kisah hidup dan perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman yang dirilis pada 2015. Sebagai sutradara adalah Viva Westi dengan penulis naskah Tubagus Deddy.
Soedirman diperankan oleh Adipati Dolken, didukung oleh aktor ternama yang memerankan tokoh-tokoh perjuangan pula, seperti Mathias Muchus (Tan Malaka), Baim Wong (Soekarno), Nugie (Mohammad Hatta), Ibnu Jamil (Tjokropranolo), Lukman Sardi (Joesoef Ronodipoero), Annisa Hertami (istri Soedirman), serta Landung Simatupang (Oerip Soemohardjo).
Film ini mengambil setting waktu setelah proklamasi atau pada masa perang mempertahankan kemerdekaan dan latar belakang tempat di Yogyakarta yang kala itu menjadi ibu kota RI sekaligus pusat perjuangan melawan Belanda.
Diceritakan perjuangan Jenderal Soedirman memimpin perang gerilya menghadapi Belanda meskipun dalam kondisi sakit parah lantaran terserang TBC. Pengorbanan Soedirman tidak sia-sia karena pada akhirnya Indonesia memperoleh pengakuan kedaulatan pada akhir 1949.
Wage (2017)
Wage juga film tentang sosok pahlawan, yaitu Wage Rudolf Soepratman yang selama ini kita kenal sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Rendra Bagus Pamungkas memerankan W.R. Soepratman dalam film sejarah yang disutradarai oleh John De Rantau dan dirilis pada 28 Oktober 2017, bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda.
Ya,Wage pertamakali memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan alunan biolanya saat Kongres Pemuda Kedua di Batavia (Jakarta) tanggal 28 Oktober 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda.
Wage bukan sekadar musisi, ia juga seorang pejuang yang berupaya memupuk kesadaran berbangsa rakyat Indonesia, termasuk lewat musik atau cara-cara lainnya.
“Aku harus ikut berjuang untuk kemerdekaan bangsa ini dengan lagu dan biolaku. Untuk itu, aku pun harus terlibat langsung dalam pergerakan kemerdekaan bangsa ini,” ucap Wage dalam film ini.
Penulis: Rachma Dania
Editor: Iswara N Raditya