tirto.id - Nama engkongnya yang kaya raya sudah lama jadi nama jalan. Engkongnya, Haji Ung, adalah nama jalan di kawasan Utan Panjang, Kemayoran. Seperti dirinya, engkongnya adalah seniman pertunjukan tradisional Dulmuluk. Nama sang cucu, Benyamin Syueb, yang lebih menasional, pun akhirnya menjadi nama jalan di kawasan strategis di Kemayoran juga.
Tepat di bekas landasan pacu utara-selatan Bandara Kemayoran, nama Benyamin Syueb diabadikan. Untuk mengenang kebesarannya sebagai seniman serba-bisa Betawi yang dikenal se-Indonesia. Meski sudah lebih dua dekade meninggal dunia, laki-laki kelahiran Kemayoran 5 Maret 1939 ini masih diingat. Ketika dia lahir Bandara Kemayoran masih dibangun.
Ben, begitu panggilannya, adalah seniman serba bisa. Mulai dari nyanyi, akting dan tentunya melawak. Dengan kehadirannya, sebuah film atau sinetron bisa hidup. Setelah bermain dalam puluhan film, Ben juga meramaikan layar kaca di tahun 1990an, melalui perannya dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Ia berperan sebagai Sabeni ayah Doel dengan panggilan Babe. Peran si Doel dimainkan oleh Rano Karno, yang merangkap produser dan sutradara.
Improvisasi Ben, yang sering merubah kata atau kalimat dalam skenario film yang dimainkannya, terjadi juga dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Keseleo lidah Ben itulah yang mencetuskan istilah "Tukang Insinyur" yang terkenal itu.
Rupanya pada 1973, Ben dan Rano sudah bermain bersama dalam film garapan sutradara Sjumandjaja, Si Doel Anak Betawi. Rano Karno yang masih kecil berperan sebagai Doel dan Ben sebagai babe si Doel juga. Ada kesamaan nasib si Babe yang diperankan Ben. Di dalam cerita, si Babe meninggal. Bedanya, dalam versi film meninggalnya Babe adalah bagian dari cerita. Dalam sinetron, tidak direncanakan. Ben meninggal setelah bermain bola pada 5 September 1995. Meninggalnya Ben pun mempengaruhi alur cerita Si Doel Anak Sekolahan.
Sebelum meninggal, Ben berpesan agar dimakamkan di sebelah Bing Slamet, juga seniman serba bisa seperti Ben, di pemakaman Karet Bivak. Bing bukan orang baru bagi Ben. Bing adalah idola, guru dan kawan seniman yang mengorbitkan Benyamin sebagai penyanyi.
Menurut buku Kompor Mleduk Benyamin S yang ditulis Wahyuni pada 2007, Ben yang sudah lama jadi penyanyi dikenalkan oleh Ateng dengan Bing Slamet awal tahun 1970an di studio rekaman miliki Dimita Record. Tak lama, Ben yang sudah menulis lagu sejak 1960an, memperkanalkan lagu Malam Minggu yang ditulisnya pada Bing. Ben ingin lagu yang ditulisnya itu dinyanyikan Bing sang idolanya. Dengan sedikit perubahan nada dan lirik, lagu itu pun ganti judul: Nonton Bioskop.
Setelah direkam, lagu itu meledak di pasaran. Setelah format piringan hitamnya, muncul juga format kasetnya. Ben yang ketika itu belum begitu terkenal diperkenalkan ke publik oleh Bing. Soal lagu Nonton Bioskop, Bing bilang, “Ini lagu milik adik saya, Benyamin.”
Ben menggila. Dia makin bersemangat menulis lagu. Dia menciptakan lagu dengan irama cepat, Si Jampang. Ben lagi-lagi minta Bing menyanyikan. Tapi Bing tak mau, karena irama itu tidak cocok dengannya. Dan Bing bilang ke Ben, “gua tau lu bisa nyanyi, coba aja....kalau kita mau nyanyi jangan malu-malu.”
Ben yang ragu pun menyanyikan lagu itu untuk rekaman. Dan meledak lagi. Lagu-lagu yang dinyanyikan Ben bermacam-macam. Ben bisa menyanyikan jazz, blues, gambang kromong, juga Rock. Ketika Rock n'roll dianggap musik setan ngak ngik nguk, Ben pun sempat dalam bahaya. Ketika itu masih jadi anak band dan belum terkenal. Nama band tempatnya bermain ketika itu Melody Boyz, karena politik anti barat bergulir, maka nama band diganti menjadi Melody Ria.
Setelah rock dilarang, Ben bermain Gambang Kromong yang nampaknya cocok dengan gayanya. Dia bermain rock lagi setelah orde lama tumbang. Lagu rock n'roll terkenal yang dinyanyikan Ben adalah Kompor Mleduk (1970). Lagu ini di urutan 12 dalam 150 Lagu Terbaik Indonesia versi Majalah Rolling Stone Indonesia tahun 2009. Selain bernyanyi solo, pernah bersama Rita Zahara dan Lilis Suryani, namun duetnya dengan Ida Royani juga sohor. Lagu terkenal mereka adalah Hujan Gerimis, Tukang Kridit dan Ondel-ondel.
Dari benyanyi, Ben pun juga bermain film. Seperti juga Bing yang jadi idolanya. Bersama sang idola pula, Ben ikut bermain dalam film Ambisi (1970) dan Bing Slamet Setan Djalanan (1972). Tak hanya dalam bernyanyi, dalam beberapa filmnya, Ben kadang bersama Ida Royani juga. Dalam beberapa film Ida Royani berperan sebagai perempuan cantik yang ditaksir Ben. Seperti gosip di luar film, Ben diam-diam juga naksir Ida.
Dari sekian banyak filmnya Ben terlihat kocak. Film-film terkenalnya antara lain: Intan Berduri (1972), Benyamin Biang Kerok (1972), Biang Kerok Beruntung (1973), Cukung Blo'on (1973), Tarzan Kota (1974), Si Doel Anak Modern (1976), Betty Bencong Slebor (1978) dan lainnya. Meski lebih sering terlihat kocak, namun aktingnya dalam film Intan Berduri dan Si Doel Anak Modern diganjar Piala Citra.
Dalam film-film terkenalnya pula, Ben lebih sering menampilkan dirinya sebagai orang Betawi. Seperti dalam film Si Doel Anak Modern, Ben tampil sebagai anak Betawi yang tergusur ke Cibinong, yang kemudian terjebak dalam budaya urban Jakarta. Doel, dalam film yang ditonton 92.251 penonton itu, digambarkan naik motor besar, berambut kribo dan jatuh cinta pada Nonon si anak gedongan, yang diperankan Christine Hakim. Dalam film yang digarap Sjumandjaja ini, kebanggaan pada Taman Siswa, tempat Ben dan Sjumandjaja pernah sekolah, ditonjolkan.
Selain kesan Betawi, Ben dikenal sebagai peran sebagai laki-laki dengan tampang pas-pasan atau ndeso, yang tak jarang banyak akal. Bahkan penuh akal bulus. Dalam Benyamin Biang Kerok, Ben berperan sebagai Pengki, sopir pribadi Johan dan keluarganya yang cerewet. Pengki sering mengerjai keluarga majikannya itu. Jika majikan tak ada, Pengki bisa mendadak tampil ala orang kaya dengan mobil atau apapun yang dimiliki majikannya untuk menggaet gadis-gadis. Satu di antara gadis-gadis itu diperankan oleh Ida Royani. Pengki pun memakai nama Franky Johansyah. Mirip nama majikannya. Begitulah akal bulus sopir pribadi bermuka pas-pasan untuk menggaet gadis kece.
Jadi, sebelum ada Tukul Arwana punya citra muka ndeso rezeki kota, tanpa harus mendaulat Benyamin sudah lebih dulu. Dari film-film dan lagu-lagunya, Ben tentu kaya raya seperti engkongnya. Ben, yang pernah sebentar menjadi kondektur bis PPD dan pegawai sipil KODAM Jaya ini, punya perusahaan film dan radio. Nama perusahaan yang memproduksi film, diambil dari nama kakeknya Haji Ung, yang disingkat Jiung.
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Zen RS