tirto.id - Shalat tarawih formasi 23 rakaat merupakan salah satu bentuk shalat tarawih yang banyak digunakan di Indonesia, terutama oleh pengikut Mazhab Syafi'i. Apa dalil pengerjaan sholat tarawih 20 rakaat ditambah 3 witir dan bagaimana tata cara shalat tarawih sejumlah rakaat tersebut?
Pelaksanaan shalat tarawih formasi 23 rakaat ini disandarkan kepada salat tarawih pada masa Khalifah Umar bin Khattab yang telah disepakati oleh mayoritas sahabat dan umatnya.
Salat tarawih merupakan salah satu ibadah khusus yang dikerjakan pada malam hari bulan Ramadan. Pelaksanaan salat tarawih hukumnya adalah sunnah muakkad, jadi sangat dianjurkan untuk ditunaikan.
Umat Islam setiap malam bulan Ramadan umumnya akan berbondong menuju tempat ibadah seperti musala dan masjid untuk melakukan shalat tarawih secara berjamaah. Meskipun demikian, salat tarawih tetap dapat ditunaikan munfarid (sendiri), jika berhalangan untuk berjamaah.
Istilah salat tarawih baru muncul pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Sebelumnya salat tarawih hanya dianggap sebagai salat sunah yang dikerjakan ketika malam hari Ramadan oleh Nabi Muhammad saw.
Salat sunah tarawih pada masa Umar bin Khatab dikerjakan untuk pertama kalinya secara berjamaah sebanyak 20 rakaat tanpa witir. Kesepakatan pelaksanaan 20 rakaat pada masa ini juga diikuti oleh mayoritas para sahabat dan telah disepakati oleh umatnya.
Dilansir dari lamanNU Online, kesepakatan itu datang dari mayoritas ulama salaf dan khalaf, mulai masa sahabat Umar sampai sekarang ini, bahkan ini sudah menjadi ijma’ sahabat dan semua ulama mazhab: Syafi’i, Hanafi, Hanbali, dan mayoritas mazhab Maliki.
Meskipun, terdapat ulama mazhab Maliki yang memiliki perbedaan pendapat antara 20 rakaat atau 36 rakaat. Sementara itu, Imam Malik memilih menggunakan salat tarawih sebanyak 8 rakaat. Akan tetapi, mayoritas mazhab Maliki bersama mayoritas mazhab Syafi’i, Hanbali, dan Hanafi sepakat jika salat tarawih dikerjakan sebanyak 20 rakaat.
Hal yang melatarbelakangi pengambilan inisiatif salat tarawih secara berjamaah pada masa Umar bin Khattab adalah karena pelaksanaan umatnya yang tidak kompak. Ada yang melakukan sendiri, ada pula yang berjamaah.
Perihal ini dijelaskan dalam riwayat Abdirrahman bin ‘Abdil Qari’ sebagai berikut, "Dari ‘Abdirrahman bin ‘Abdil Qari’, beliau berkata, "Saya keluar bersama Sayyidina Umar bin Khattab ra. ke masjid pada bulan Ramadhan. (Didapati dalam masjid tersebut) orang yang shalat tarawih berbeda-beda. Ada yang shalat sendiri-sendiri dan ada juga yang shalat berjamaah.
Lalu Sayyidina Umar berkata, "‘Saya punya pendapat andai mereka aku kumpulkan dalam jamaah satu imam, niscaya itu lebih bagus.” Lalu beliau mengumpulkan kepada mereka dengan seorang imam, yakni sahabat Ubay bin Ka’ab.
Kemudian satu malam berikutnya, kami datang lagi ke masjid. Orang-orang sudah melaksanakan shalat tarawih dengan berjamaah di belakang satu imam. Umar berkata, ‘Sebaik-baiknya bid’ah adalah ini (shalat tarawih dengan berjamaah),” (HR Bukhari).
Semenjak saat itu, salat tarawih secara berjamaah dilaksanakan secara teratur setiap malam bulan Ramadan. Adapun dalil pelaksanaan salat tarawih 20 rakaat pada masa Umar bin Khattab sebagai berikut:
“Dari Yazid bin Ruman telah berkata, ‘Manusia senantiasa melaksanakan shalat pada masa Umar ra. pada bulan Ramadhan sebanyak 23 rakaat (20 rakaat tarawih, disambung 3 rakaat witir),” (H.R. Malik)
Selain itu, dalam sebuah sumber dalil lain riwayat Sa’id bin Yazid juga dikatakan, bahwa pelaksanaan salat tarawih pada masa Umar bin Khattab sebanyak 20 rakaat sebagai berikut:
“Para sahabat melaksanakan shalat (tarawih) pada masa Umar ra di bulan Ramadhan sebanyak 20 rakaat,” (HR. Al-Baihaqi, sanadnya dishahihkan oleh Imam Nawawi dan lainnya).
Bacaan Niat Shalat Tarawih 23 Rakaat
Salat tarawih 20 rakaat umumnya dikerjakan dalam 2 rakaat dengan 1 kali salam. Dengan demikian, jumlah salat tarawih yang akan dilaksanakan sebanyak 10 kali.
Niat pelaksanaan salat tarawih menggunakan formasi ini, munfarid, sebagai imam atau makmum sebagai berikut:
1. Niat Salat Tarawih 2 Rakaat Sendirian
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
Arab Latin: Ushalli sunnatat tarāwīhi rak‘atayni mustaqbilal qiblati adāan lillāhi ta‘ālā.
Artinya: “Aku berniat salat sunah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai karena Allah SWT.”
2. Niat Salat Tarawih 2 Rakaat bagi Imam
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا ِللهِ تَعَالَى
Arab Latin: Ushalli sunnatat Tarāwīhi rak‘atayni mustaqbilal qiblati adā’an imāman lillāhi ta‘ālā.
Artinya: “Aku berniat salat sunah Tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai imam karena Allah SWT.”
3. Niat Salat Tarawih 2 Rakaat bagi Makmum
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Arab Latin: Ushalli sunnatat Tarāwīhi rak‘atayni mustaqbilal qiblati adā’an ma’mūman lillāhi ta‘ālā.
Artinya: “Aku menyengaja sembahyang sunnah Tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah SWT.”
Tata Cara Shalat Tarawih 20 Rakaat
Berikut ini tata cara shalat Tarawih 20 rakaat, yang dilanjutkan dengan 3 rakaat shalat witir.
- Mengucapkan niat sholat tarawih dua rakaat sesuai posisinya (sebagai imam atau makmum)
- Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram dan bersamaan dengan mengucap takbir
- Membaca Surat Al-Fatihah dan kemudian membaca salah satu surat dalam Al-Qur'an
- Rukuk
- Itidal
- Sujud pertama
- Duduk di antara dua sujud
- Sujud kedua
- Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua
- Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua
- Melakukan hal yang sama seperti rakaat pertama (mulai dari baca Al-Fatihah hingga sujud kedua)
- Duduk tasyahud akhir dan salam pada rakaat kedua.
- Kemudian kembali melaksanakan sholat tarawih 2 rakaat dengan satu salam hingga 10 kali.
- Berikutnya, mengerjakan shalat witir 3 rakaat dengan formasi 2 rakaat, dilanjutkan 1 rakaat.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fitra Firdaus