Menuju konten utama

Sentuhan Tangan Perempuan di Jagat Teknologi

Persentase perempuan memang masih jauh di bawah pekerja laki-laki di perusahaan teknologi global. Namun, perlahan peranan perempuan terus bertambah termasuk mengisi pos-pos penting hingga kursi puncak perusahaan teknologi dunia.

Sentuhan Tangan Perempuan di Jagat Teknologi
Ilustrasi [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Jagat teknologi tak hanya akrab dengan sentuhan kaum pria tapi juga dihiasi oleh kalangan perempuan. Kaum hawa mulai bermunculan di berbagai perusahaan teknologi global dan menempati posisi strategis.

Siapa yang tak kenal Marissa Mayer, CEO Yahoo ini menjadi salah satu perempuan paling berpengaruh di dunia versi Majalah Forbes 2016. Marissa Mayer juga pernah mengisi daftar tahunan 50 wanita paling Fortune sejak 2008-2011. Posisinya berada di urutan 38 pada 2011. Ia termasuk wanita termuda yang masuk Fortune, saat usianya masih 33 tahun pada 2008.

Sebelum jadi CEO Yahoo, Marissa merupakan bagian dari perusahaan teknologi raksasa Google. Ia bergabung dengan Google sejak 1999 sebagai karyawan ke-20 dan menjadi insinyur perempuan pertama di perusahaan tersebut. Pada waktu itu, Google masih sebagai perusahaan startup, belum seperti sekarang ini.

Ia berperan penting dalam pengembangan Google, seperti Google Search hingga Gmail. Seiring dengan naiknya Eric Schmidt sebagai CEO, ia menjadi salah satu eksekutif Google yang paling sering terlihat di publik karena sering berbicara dalam konferensi bidang teknologi.

Selain Marissa Mayer, masih ada perempuan lain yang juga memilih untuk berkarier di bidang teknologi. Misalnya Kriti Sharma, Direktur Bots dan AI di perusahaan Sage. Perempuan muda berparas India ini adalah pengembang Pegg, Chatbot sebagai program komputer canggih.

"Saya selalu berkukuh bahwa Pegg, ChatBot pertama yang saya kembangkan di Sage, merupakan gender netral," ujar Kriti dikutip dari BBC.

Selain mereka berdua, masih ada ribuan perempuan lainnya yang juga memilih untuk berkarier di bidang teknologi. Rani Molla dan Renee Lightner dari The Wall Street Journal merangkum soal persentase pekerja laki-laki dan perempuan yang bekerja di perusahaan teknologi raksasa dunia dalam laporan Diversity in Tech.

Misalnya di Google. Staf yang membidangi teknologi di perusahaan ini pada 2015 terdiri dari sekitar 82 persen staf laki-laki dan 18 persen staf perempuan. Ini adalah persentase pekerja teknologi Google secara global. Perempuan yang membidangi teknologi Google biasanya menangani bidang software engineers, product managers, dan operation team.

Selain menjadi staf teknologi, perempuan juga mengambil posisi penting di Google. Pada 2015, perempuan yang mengambil bagian dalam kepemimpinan Google mencapai 22 persen. Posisi pemimpin meliputi posisi sebagai direktur dan posisi di atas direktur.

Di Apple Inc, pada 2015, perempuan yang bekerja di bidang teknologi mencapai 22 persen. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai engineers dan genius bar. Sedangkan perempuan-perempuan yang memiliki jabatan level direktur dan level di atasnya mencapai 28 persen. Persentase tersebut berasal dari semua staf Apple secara global.

Di perusahaan Intel yang juga salah satu perusahaan teknologi raksasa dunia juga mempekerjakan perempuan di bidang teknologi. Pada 2015, persentasenya mencapai 20 persen dari total pekerja yang membidangi teknologi. Perempuan juga dipercaya untuk menempati posisi direktur dan posisi yang lebih tinggi dari direktur, persentasenya mencapai 17 persen.

Ada juga Microsoft yang memberi peluang kepada para perempuan untuk mengambil bagian dalam pengembangan teknologi terkini. Jumlah staf perempuan yang membidangi teknologi sebesar 17 persen. Sedangkan mereka yang menduduki posisi direktur dan posisi yang lebih tinggi lainnya juga 17 persen.

Persentase perempuan memang masih jauh di bawah pekerja laki-laki di bidang teknologi. Ariane Hegewisch, direktur pada Institute for Women's Policy Research, mengungkapkan hal ini disebabkan oleh minimnya kesempatan bagi perempuan dan stereotipe negatif tentang kemampuan teknis anak perempuan, seperti dilaporkan Feweek.co.uk.

Masih minimnya perempuan di bidang teknologi pun mulai membuat perusahaan mengambil langkah dengan membuka peluang kerja bagi para perempuan. Sehingga di 2016 ini, peluang perempuan agar dapat bergabung dengan perusahaan teknologi terutama dalam pengembangan teknologi semakin terbuka lebar.

Perusahaan jejaring sosial Twitter misalnya, menargetkan sebanyak 16 persen staf teknologinya adalah perempuan dari total 35 persen pekerja perempuan Twitter secara global. Sedangkan pihak Facebook mengungkapkan bahwa tahun ini, persentase pekerja perempuannya mencapai 17 persen. Pihak Apple juga membuka peluang yang besar bagi perempuan tak hanya untuk sfat teknologi tapi untuk semua bidang. Apple mengungkapkan jumlah perempuan yang direkrut tahun ini mencapai 37 persen.

Kontribusi perempuan dibutuhkan dalam pengembangan teknologi. Berdasarkan penelitian terbaru National Assessment for Educational Progress (NAEP) atau yang dikenal sebagai National's Report Card menunjukkan anak perempuan di kelas delapan, secara keseluruhan melebihi anak laki-laki dalam bidang teknologi dan teknik rekayasa.

“Perempuan memiliki kemampuan dan keterampilan berpikir kritis untuk berhasil di bidang teknologi dan rekayasa” ujar Peggy Carr, dari National Center for Education Statistics dikutip dari Huffingtonpost.

Pertanyaannya kemudian adalah kemunculan perempuan di bidang teknologi apakah untuk mendominasi laki-laki? Sophie Vandbroek yang merupakan pimpinan teknologi di perusahaan foto copy, Xerox, dalam wawancaranya dengan tim BBC mengungkapkan, ini bukan persoalan perempuan atau laki-laki yang mendominasi industri teknologi global.

“Apa yang membuat perbedaan besar adalah menciptakan sebuah organisasi yang 'inklusif' untuk semua. Sebuah organisasi di mana semua pria atau perempuan bisa membawa mereka 'seutuhnya' untuk bekerja, kecerdasan dan hasrat mereka dihargai dan disalurkan secara efektif,” ujar Sophie.

Sehingga perusahaan teknologi kini tak hanya didominasi oleh laki-laki namun perlahan mulai dihiasi oleh wajah-wajah feminin yang telah dipercaya menduduki posisi penting dalam perusahaan teknologi. Jagat teknologi juga butuh sentuhan tangan perempuan.

Baca juga artikel terkait PEREMPUAN atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Teknologi
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Suhendra