Menuju konten utama

Seniman Yogya Gelar Doa bagi Warga Terdampak Bandara Kulon Progo

Sejumlah seniman di Yogyakarta menggelar pentas sebagai aksi solidaritas bagi warga terdampak bandara Kulon Progo.

Seniman Yogya Gelar Doa bagi Warga Terdampak Bandara Kulon Progo
Sejumlah seniman dan musisi menggelar acara bertajuk “Doa dan Solidaritas Bagi Warga Kulon Progo” yang diselenggarakan di Tugu Jogja, Selasa (5/12/2017). Foto/Riky Yonda

tirto.id - Sejumlah seniman dan musisi menggelar acara bertajuk “Doa dan Solidaritas Bagi Warga Kulon Progo” yang diselenggarakan di Tugu Jogja, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Selasa (5/12/2017) malam.

Salah satu musisi yang terlibat dalam acara itu, Deugalih menyatakan bahwa acara ini digagas oleh banyak organisasi dan anak muda. Mereka, kata dia, datang dari rasa yang sama, yakni ingin bersolidaritas terhadap warga Kulon Progo yang sedang tergusur.

“Bikin aku seram kalau Kulon Progo berhasil, tempat lain juga akan mengalami hal yang sama,” ujar pencipta lagu 'Tanahku Tidak Dijual' itu.

Senada dengan Deugalih, Bagus Dwi Danto dari Sisir Tanah juga menyatakan, sebagai musisi dirinya terdorong untuk ikut bersolidaritas. Bahkan, sehari sebelumnya mereka juga sudah membuat acara doa bersama untuk warga Kulon Progo.

“Ketika dihadapkan dengan sikap kita untuk bersolidaritas, selain berkontribusi melalui lagu, kita juga harus ikut dalam aksi langsung,” kata musisi yang banyak menyoroti persoalan sosial dan lingkungan ini.

Sementara vokalis dari Shoppinglist, Uwi Rahmanto menyatakan acara ini tidak mungkin terjadi jika tidak ada komitmen yang teguh. “Acara ini hanya disiapkan beberapa jam saja, kalau tidak punya solidaritas tidak akan terjadi,” kata dia.

Di sisi lain, Gonjes, vokalis Kepal SPI menyatakan solidaritas ini adalah rangkaian dari aksi setahun yang lalu. Ia bahkan mengaku telah menciptakan lagu khusus berjudul “Selamatkan Kulon Progo” agar bisa mengabarkan persoalan yang terjadi di sana.

Ia bahkan menyesalkan sikap pemerintah yang tidak mendengarkan keluhan masyarakat, terutama petani. Jika petani terus diintimidasi, kata dia, maka anak muda malas menjadi petani. “Karena ada rasa was-was tanahnya dirampas. Petani tidak ada masa depan, kalau petani tidak ada masa depan kita mau makan apa,” kata Gonjes menegaskan.

Pada Selasa siang sempat terjadi ricuh antara warga dan aktivis penolak bandara dengan pihak aparat keamanan. 15 aktivis diamankan pada Selasa pagi. "Benar, saat ini sedang ada pemeriksaan atas 15 orang di sini. Ini masih dimintai keterangan, sementara ini proses sudah cukup, malam ini sudah bisa kami lepaskan," ujar Kapolres Kulon Progo AKBP Irfan Rifai saat dihubungi Tirto, Selasa (5/12/2017).

Ke-15 aktivis baru dilepaskan pada Selasa malam setelah mereka menjalani pemeriksaan.

Baca juga artikel terkait BANDARA KULON PROGO atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Agung DH