Menuju konten utama
Seni dan Budaya

Sejarah Tradisi Kupatan & Makna Filosofi dari Sunan Kalijaga

Sejarah tradisi kupatan, salah satu budaya masyarakat Jawa yang pertama kali diajarkan oleh Sunan Kalijaga. Apa makna filosofi kupatan?

Sejarah Tradisi Kupatan & Makna Filosofi dari Sunan Kalijaga
Warga membuat cangkang kupat dari daun kelapa di Kampung Kubang, Serang, Banten, Sabtu (7/3/2020). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/ama.

tirto.id - Kupatan salah satu budaya masyarakat Jawa yang pertama kali diajarkan oleh Sunan Kalijaga. Kupatan erat kaitannya dengan hari raya Idul Fitri.

Menurut laman Nahdlatul Ulama NU Online Banten Ketupat menjadi simbol perayaan hari raya Idulfitri pada masa kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah.

Kata kupat berasal dari akronim dari bahasa Jawa ngaku lepat yang artinya mengaku salah. Kata kupat juga dimaknai berasal dari kata dasar khufadz yang memiliki arti menjaga.

Sehingga jika disimpulkan adalah ketika seseorang mengakui kesalahannya, diharapkan ke depannya dia akan menjaga diri dan tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. Inilah mengapa masyarakat Jawa saat hari raya Idul Fitri mengadakan prosesi sungkeman kepada orang tua untuk memohon ampun atas kesalahan yang telah atau mungkin diperbuat.

Tradisi ini oleh Sunan Kalijaga kemudian dimanifestasikan dalam pembuatan ketupat, ketupat berbentuk segi empat melambangkan empat arah mata angin (kiblat papat).

Maksudnya, dari empat penjuru mata angin manusia ada yang menjaga dan mengikuti yang dikenal dengan sebutan sedulur papat dalam pandangan kosmologi manusia Nusantara. Wali Songo mengingatkan bahwa kehidupan ini senantiasa diawasi dan dicatat oleh malaikat atau sedulur papat.

Mengutip laman Syiar Karya Literasi (Syakal) IAIN Kediri bahwa kala itu Sunan Kalijaga membudayakan dua kali Bakda, yaitu Bakda Idul Fitri dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Idul Fitri.

Pada hari yang disebut Bakda Kupat tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda.

Setelah selesai dianyam, ketupat diisi dengan beras kemudian dimasak. Ketupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambang kebersamaan.

Makna dan Filosofi Ketupat

KIRAB BAKDA KUPAT

warga berbusana adat jawa mengikuti kirab bakda kupat di kampung pandeyan, umbulharjo, di yogyakarta, sabtu (16/7). kirab tersebut diselenggarakan sebagai ajang silaturahmi warga kampung pandeyan sesudah hari raya idulfitri, sekaligus untuk mengenang perjuangan wali songo dalam menyebarkan islam. antara foto/hendra nurdiyansyah

Dirangkum dari laman NU Banten bahwa ketupat memiliki makna dan filosofi tersendiri mulai dari proses pembuatan hingga pada saat ketupat di santap.

Ketupat dibuat dengan menggunakan janur, yang berasal dari kata jaa nur yang berarti datangnya cahaya. Melambangkan saat Idul Fitri tiba setelah menuntaskan ibadah puasa, seseorang mendapatkan cahaya dan kembali bersih.

Masyarakat juga percaya bahwa janur memiliki kekuatan magis sebagai sarana tolak bala.

Janur kemudian dianyam sedemikian rupa dengan anyaman yang cukup rumit. Ini melambangkan kehidupan manusia yang senantiasa penuh lika-liku.

Anyaman ini akan membentuk empat sudut yang juga menjadi simbol empat nafsu dunia manusia yaitu nafsu amarah, nafsu memuaskan rasa lapar, nafsu memiliki suatu yang indah, dan nafsu memaksa diri.

Orang yang memakan ketupat setelah menunaikan ibadah puasa digambarkan sebagai orang yang mampu mengendalikan keempat nafsu tersebut.

Ketupat diisi dengan beras sebagai lambang harapan tentang kehidupan, warnanya yang putih sebagai simbol hati yang bersih di hari yang fitri.

Menikmati hidangan ketupat tak lengkap jika tidak dipadukan dengan sayur atau sesuatu yang berkuah yang biasanya berbahan dasar santan. Santan dalam bahasa jawa acap dituturkan dengan sebutan santen yang juga berbari pangapunten atau memohon maaf atas kesalahan.

Baca juga artikel terkait TRADISI JAWA atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Yulaika Ramadhani