Menuju konten utama
23 Agustus 1998

Sejarah Partai Amanat Nasional dan Sepak Terjang Amien Rais

Amien Rais menjadi salah satu pendiri PAN pada 1998 setelah usulan agar Muhammadiyah terjun ke politik praktis ditolak.

Sejarah Partai Amanat Nasional dan Sepak Terjang Amien Rais
Ilustrasi Mozaik PAN. tirto.id/Sabit

tirto.id - Partai Amanat Nasional (PAN) adalah salah satu anak kandung reformasi yang terus eksis dengan segala dinamikanya. Sejarah mencatat, hanya tiga bulan setelah Orde Baru bubar seiring lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan, Amien Rais dan sejumlah tokoh lainnya mendeklarasikan PAN pada 23 Agustus 1998, tepat hari ini 23 tahun lalu.

Kelahiran PAN berawal dari Majelis Amanat Rakyat (MARA) yang dibentuk tanggal 14 Mei 1998 atau hanya beberapa hari sebelum Soeharto lengser. Digagas oleh beberapa tokoh nasional, termasuk Amien Rais, MARA diharapkan bisa menjadi motor perjuangan bagi keadilan dan demokrasi di Indonesia.

Berakhirnya Orde Baru melahirkan kembali dinamika perpolitikan di tubuh Muhammadiyah. Dalam Sidang Tanwir di Semarang pada 5-7 Juli 1998 yang dihadiri seluruh jajaran pimpinan dari tingkat pusat hingga provinsi, menguat desakan agar Muhammadiyah tampil di panggung politik, atau setidaknya membidani lahirnya sebuah partai politik.

Hasil Sidang Tanwir itu menegaskan, Muhammadiyah tetap tidak akan berpolitik praktis sesuai dengan keputusan Muktamar 1971 di Makassar. Namun, Muhammadiyah membebaskan anggotanya untuk menentukan pilihan dan berpartisipasi dalam setiap perhelatan politik di tanah air.

Dari sinilah, PAN lantas digagas sebagai salah satu pilihan wadah aspirasi politik warga Muhammadiyah kendati terbuka pula untuk semua kalangan. PAN tampaknya sekaligus menjadi puncak hasrat politik Amien Rais yang pada 1998 itu juga masih menjabat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah.

Eksistensi PAN & Amien Rais

Selain Amien Rais yang tampil sebagai salah satu tokoh reformasi paling populer pada 1998, pembentukan PAN juga digawangi oleh beberapa sosok nasional lainnya, seperti Faisal Basri, A.M. Fatwa, Hatta Rajasa, Rizal Ramli, Emil Salim, Zoemrotin, Alvin Lie, hingga Toety Heraty, Albert Hasibuan, Abdillah Toha, serta Goenawan Mohamad.

PAN pun terus beredar di belantika politik tanah air. Debutnya pada Pemilu 1999, PAN meraup 7,1 persen suara dan memperoleh 34 kursi di DPR. Sedangkan di Pemilu 2004, parpol berlambang matahari putih bersinar ini mendapatkan 6,4 persen suara dan 53 kursi di parlemen.

Di Pemilu 2004 itu, Amien Rais maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Siswono Yudohusodo. Namun, pasangan ini hanya berada di urutan ke-4 dari 5 pasangan kandidat dengan mengumpulkan 14,66 persen suara. Pemenangnya adalah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK).

SBY terpilih kembali sebagai presiden pada Pemilu 2009, yang kali ini berpasangan dengan Boediono selaku wakil presiden. Sementara PAN menjadi parpol di peringkat ke-5 dengan meraih 6,0 persen suara dan 43 kursi di DPR.

Selanjutnya, pada Pemilu 2014, Ketua Umum PAN saat itu, Hatta Rajasa, maju sebagai cawapres berpasangan dengan capres Prabowo Subianto dari Gerindra dan mendapat dukungan dari partai-partai besar. Namun, yang menang adalah pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla. Kendati begitu, perolehan suara PAN mengalami kenaikan dengan meraup 7,6 persen dan 48 kursi di DPR.

Infografik Amien Rais

Infografik Amien Rais

Diminta Mundur dari Politik

Setelah Pemilu 2014 hingga menjelang Pemilu 2019 seolah menjadi masa kebangkitan Amien Rais yang sempat menyepi dari ingar bingar perpolitikan nasional. Amien Rais dan PAN mendukung pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang berhadapan dengan Jokowi dan K.H. Ma’ruf Amin.

Politikus kawakan ini berulang kali melontarkan kritikan keras terhadap pemerintahan Jokowi, bahkan lagi-lagi ingin mendorong Muhammadiyah untuk terjun langsung ke ranah politik praktis, termasuk pernyataannya yang akan "menjewer" Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Natshir jika tidak berperan aktif dalam Pilpres 2019.

Sepak terjang Amien Rais kerap menggemparkan dan tak jarang memantik kegaduhan publik. Inilah yang membuat sejumlah pendiri PAN menulis surat terbuka tertanggal 26 Desember 2018. Surat yang ditulis atas nama Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Goenawan Mohamad, Toeti Heraty, dan Zoemrotin ini bahkan menuntut Amien Rais mundur dari PAN dan meninggalkan panggung politik nasional.

Belakangan, Amien Rais mendirikan Partai Ummat yang diisi oleh mereka yang tak mendapatkan jabatan apapun setelah perhelatan Pilpres 2019. Mereka antara lain Agung Mozin, mantan anggota DPR dari PAN yang menjadi Wakil Ketua Umum I Partai Ummat; Sugeng, mantan Ketua Majelis Pertimbangan PAN Provinsi Jawa Timur yang menjabat Wakil Ketua Umum II Partai Ummat; dan M.S. Kaban, mantan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) sebagai Wakil Ketua I Majelis Syuro Partai Ummat.

==========

Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 26 Desember 2018. Redaksi melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.

Baca juga artikel terkait PAN atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Politik
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Irfan Teguh