tirto.id - Prahara keuangan yang menimpa Jiwasraya, perusahaan asuransi tertua di Indonesia, mengingatkan kembali kisah sejarah perseroan milik negara tersebut. Sepuluh tahun lalu Jiwasraya pernah terbelit utang Rp6,7 triliun. Pelan-pelan utang itu diklaim lunas pada 2014. Perusahaan merayakannya dengan syukuran besar-besaran serta mengubah logo.
Hendrisman Rahim, Direktur Utama Jiwasraya periode 2008-2017, dipuji Dahlan Iskan, Menteri BUMN saat itu, karena mampu menyelesaikan utang tanpa tambahan modal dari pemerintah.
Namun, dari penyelidikan kami, manajemen Hendrisman tidak benar-benar menyelamatkan keuangan Jiwasraya.
Dari penyisiran laporan keuangan perusahaan dan langkah investasi mereka, kami menyebut kepemimpinan Jiwasraya menggerogoti keuangan perusahaan lewat dana investasi. Salah satu imbasnya, lewat skema produk asuransi berbalut investasi bernama JS Proteksi Plan, Jiwasraya gagal membayar polis jatuh tempo kepada 1.286 pemegang polis senilai Rp802 miliar.
Bagaimana sejarah Jiwasraya?
Asal-usul perusahaan asuransi di Indonesia bisa ditarik sejak periode 1800-an di Hindia Belanda. Kedatangan administrasi kolonial Hindia Belanda telah menarik orang-orang Belanda datang ke wilayah yang kini disebut "Indonesia." Mereka adalah pedagang, pegawai, atau serdadu.
Banyak orang Belanda ini membuat beberapa perusahaan jasa, termasuk asuransi. “Kemudian maskapai-maskapai asuransi yang berkedudukan di Negeri Belanda meluaskan daerah operasinya ke Indonesia (yang masih disebut Hindia Belanda) dengan mendirikan cabang atau filial,” tulis Radiks Purba dalam Memahami Asuransi di Indonesia (1992).
Pada dekade era Tanam Paksa (1830-1870), perusahaan asuransi bermunculan di Hindia Belanda, menurut Radiks Purba. Ia menyebut beberapa nama perusahaan kerugian, di antaranya Bataviasche Zee en Brand Assurantie Maatschappij (1843), N.V. Assurantie Mij Nederlansche Lloyd (1853), serta Assurantie Mij Langeveld Schroeder dan Assurantie Mij Blom van der Aa.
Ada juga perusahaan asuransi kebakaran. Yang terkenal adalah Indische Lloyd, anak cabang N.V. Assurantie Mij Nederlansche Lloyd, yang eksis sejak 1 September 1916 dan bertahan dengan nama PT. Lloyd Indonesia.
Perusahaan asuransi jiwa yang dianggap tua (juga masih ada penerusnya hingga sekarang) adalah Nederlandsche Indische Levensverzekering en Lijfrente Maatschappij (NILMIJ), yang berdiri di Batavia pada 1859. Modalnya tergolong asing karena perusahaan ini sudah lebih dulu ada sebelum beroperasi di Batavia.
Selain NILLMIJ, menurut Rasyid Muhammad dalam Tata Cara dan Manfaat Asuransi Jiwa (1995), ada juga De Bataviasche Onderlinge Levensverzekerings Maatschappij, yang didirikan lewat modal orang-orang Belanda di Batavia.
Ada juga NV Levensverzekerin Maatschappij De Nederlanden van (1845), yang berpusat di Den Haag dan bercabang di Batavia; Onderling Levensverzekering Maatschappij Ons Belang (Levob) yang berpusat di Amersfooort; dan NV Levensverzekerin Maatschappij Hav Bank (Handelsvereniging Bank) yang berpusat di Schiedam.
Asuransi untuk Serdadu Belanda
NILLMIJ memasang iklan di koran-koran, termasuk koran untuk pensiunan KNIL bernama Trompet. Majalah ini tampaknya tak hanya dibaca kaum pensiunan, tapi juga keluarga dan serdadu-serdadu KNIL yang masih aktif.
Dalam beberapa edisi majalah Trompet, antara 1939 dan 1940, NILLMIJ pasang iklan. Harapannya, banyak serdadu KNIL mau jadi pemegang polisnya.
Serdadu, tentu, adalah profesi yang dekat dengan kematian dan cacat. Serdadu juga manusia dan, karena itu, mereka punya keluarga. Jika si serdadu mampus demi Ratu Belanda atau setidaknya cacat, dalam sebuah pertempuran lawan pemberontak, anak-istrinya bisa ditimpa kemalangan.
Hidup serdadu berpangkat di atas kopral tentu lebih baik daripada serdadu berpangkat rendahan biasa. Banyak serdadu gagal mencapai pangkat kopral setelah hampir tiga dekade berdinas. Dan tak semua serdadu bawahan mengerti pentingnya tabungan di masa depan.
Banyak serdadu KNIL bawahan hanya berpikir untuk hidup hari ini. Di masa tuanya, ketika pensiun atau setelah kematiannya, keluarganya harus menanggung susah.
Dalam sebuah iklan di Trompet (nomor 65, Juni 1939), uang tanggungan yang diberikan jika terjadi hal tak diinginkan setidaknya mulai dari 100 gulden. Saat itu uang 100 gulden sangatlah besar. Gaji serdadu rendahan saja sekitar 10 gulden.
Pengajuan polisnya bisa dilakukan lewat kepala pengurus maupun pengurus cabang dari Bond van Inheimsche Gepensionneerde Militaire (Perkumpulan Pensiunan Militer Pribumi). Perkumpulan ini diisi banyak serdadu dari suku Jawa dan lainnya.
Kehadiran NILLMIJ agaknya bisa membantu Kerajaan Belanda dalam mengucapkan terima kasih kepada para serdadu jika tertimpa celaka. Setelahnya, NILLMIJ bisa membantu mengurusi keluarga yang ditinggalkan.
“Demikianlah, kamu sudah mempertahankan tanah airmu [...] Demikian pulalah hendaknya caranya kamu sekarang menjaga anak istrimu,” tulis iklan NILLMIJ. Dan, bukan cuma serdadu yang jadi pasar nasabah NILLMIJ.
Nasionalisasi: Jadilah Jiwasraya
NILLMIJ bertahan hingga hari ini. Perusahaan asuransi yang didirikan pada 31 Desember 1859, dengan akta Notaris William Hendry Herklots bernomor 185, ini dikenal dengan nama Asuransi Jiwasraya. Namun, NILLMIJ bukan satu-satunya yang menjadi cikal-bakal perusahaan Asuransi Jiwisraya yang sekarang.
NILLMIJ bernasib seperti kebanyakan perusahaan Belanda lain di zaman nasionalisasi perusahaan asing. Pada 17 Desember 1960, NILLMIJ dinasionalisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 1958.
NILLMIJ menjadi satu dari sembilan perusahaan asuransi yang disatukan setelah Hindia Belanda bubar.
Kesembilan perusahaan itu, seperti tercantum dalam situs web resmi Jiwasraya, digabung dalam sebuah Perusahaan Negara (PN) dengan nama Asuransi Djiwa Eka Sedjahtera. Nama itu hanya bertahan sebentar. Pada 1 Januari 1965, berdasarkan Keputusan Menteri PPP Nomor BAPN 1-3-24, namanya diubah menjadi Perusahaan Negara Asuransi Djiwa Djasa Sedjahtera.
Tepat setahun kemudian, berdasarkan SK Menteri Urusan Perasuransian Nomor 2/SK/66, namanya menjadi Perusahaan Negara Asuransi Djiwasraja, setelah PT Pertanggungan Djiwa Dharma Nasional diambilalih oleh pemerintah dan digabungkan ke dalamnya.
Perusahaan ini sempat menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Jiwasraja. Pada 1984, ia berubah menjadi PT Asuransi Jiwasraya.
Editor: Fahri Salam