tirto.id - Jan Pieterszoon Coen adalah Gubernur Jenderal VOC yang pernah menjabat dua kali, yakni pada 1619-1623 dan 1627-1629. Lahir pada 8 Januari 1587 atau hari ini 431 tahun silam, J.P. Coen merupakan salah satu orang yang paling berpengaruh dalam perjalanan sejarah Nusantara selama berada dalam cengkeraman imperialisme Belanda.
Coen adalah orang yang menaklukkan Jayakarta dan mengambil-alih kota pelabuhan milik Kesultanan Banten itu pada 30 Mei 1619. Di atas puing-puing Jayakarta yang sebelumnya dikenal dengan nama Sunda Kelapa, didirikan kota baru yang kemudian diberi nama Batavia, cikal-bakal Jakarta.
Dilahirkan di Kota Hoorn, Belanda, Coen sejak remaja sudah mempelajari ilmu dagang di Roma, Italia, sekaligus memperdalam berbagai macam bahasa asing. Sempat pulang ke Belanda, Coen kemudian berlayar ke timur jauh.
Pelayaran perdana Coen itu terjadi pada 22 Desember 1607. Ia ikut dalam rombongan kapten kapal Belanda yang bekerja untuk VOC, Pieter Willemszoon Verhoeff, berniaga rempah-rempah hingga ke Nusantara. Inilah untuk pertama kali Coen menginjakkan kaki di tanah yang kelak bakal dikuasainya.
Dikutip dari buku The Revolt of Prince Nuku: Cross-Cultural Alliance-making in Maluku 1780-1810 (2009) karya Muridan Satrio Widjojo, perjalanan ke timur jauh ternyata tidak berjalan mulus. Pada 1609, Kapten Verhoeff terbunuh dalam ekspedisi ke Maluku lantaran terlibat perselisihan dengan warga lokal.
Coen menjadi saksi hidup tewasnya Kapten Verhoeff dan sejumlah orang Belanda lainnya di Kepulauan Banda. Mujur baginya, Coen bisa meloloskan diri dari aksi pembantaian itu.
Dari Jayakarta ke Batavia
Lolos dari maut di Banda, karier politik Coen selanjutnya justru melesat. Ia ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal VOC untuk menggantikan Laurens Reael. Reael mundur karena sudah tak mampu lagi menghadapi urusan dengan Kesultanan Banten yang dibantu Inggris, pesaing utama VOC.
Coen ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal pada 1618 meskipun baru diresmikan setahun berikutnya. Salah satu sasaran utama Coen adalah merebut Jayakarta, salah satu bandar dagang paling sibuk di Nusantara kala itu.
Armada tempur pimpinan Coen sempat kalah dalam pertempuran pada awal tahun 1619 dari pasukan Inggris yang membantu Banten. Namun, beberapa bulan kemudian, Coen kembali menyerang dengan kekuatan yang lebih besar, sekaligus memanfaatkan perpecahan yang mulai dialami kubu lawan.
Dan, ambisi Coen untuk menguasai Jayakarta terwujud pada 30 Mei 1619. VOC berhasil merebut kota pelabuhan yang amat potensial itu, bahkan dibumi-hanguskan oleh tangan-tangan Belanda.
Pada saat yang hampir bersamaan, tulis Joko Darmawan dalam buku Sejarah Nasional: Ketika Nusantara Berbicara (2017), Coen mengirimkan 17 kapal perang menyerang pelabuhan Banten. Belanda menang mutlak, Inggris kabur, Banten takluk, Jayakarta pun berpindah tangan.
Di atas puing-puing Jayakarta, Coen memerintahkan pembangunan benteng baru yang lebih besar dan kuat. Selain itu, ia juga membangun kota kecil untuk tempat bermukim orang-orang Belanda yang turut bertempur bersamanya.
Kota baru inilah yang kemudian diberi nama Batavia dan dikukuhkan pada 4 Maret 1621, demikian dituliskan Bernard H.M. Vlekke dalam buku Nusantara: Sejarah Indonesia (2008). Di hari yang sama, pemerintah Kota Batavia dibentuk dan sejak saat itu, Batavia resmi menjadi pusat kekuasaan VOC di Kepulauan Nusantara.
Delapan warsa kemudian, tanggal 21 September 1629, Coen meninggal dunia dalam usia 42 tahun. Beberapa referensi meyakini, sang pendiri Batavia ini tewas akibat wabah kolera yang disebarkan pasukan Sultan Agung dari Kesultanan Mataram Islam di Sungai Ciliwung.
Editor: Iswara N Raditya