tirto.id - Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019 akan dilakukanhanya dengan satu metode tes yaitu Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) mulai Maret 2019.
Ketua Humas Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Dr. Anwar Efendi menyebut bahwa perbedaan utama sistem baru tersebut adalah ujian masuk versi cetak telah resmi dihapus.
"Prinsipnya tidak ada ujian tulis berbasis cetak, dalam waktu bersamaan, seperti tahun lalu. [Tujuannya] agar tidak terjadi mobilisasi peserta di waktu yang sama," katanya kepada Tirto, Senin (22/10/2018).
Ia juga menjelaskan bahwa rencana tes akan dilaksanakan hari Sabtu dan Minggu dan dilaksanakan dua shift (pagi dan siang) setiap harinya.
"Info sementara rentang waktu tes selama 2 bulan setiap Sabtu dan Minggu," tambahnya.
Terkait hal ini, Ketua Panitia Pusat Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri (SNPMB PTN) 2018 Ravik Karsidi juga menyebut UTBK akan dilakukan selama 24 kali mulai Maret 2019.
“Kami akan menyelenggarakan [UTBK] selama 24 kali dalam setahun, dalam waktu 12 hari, yaitu Sabtu dan Minggu. Dimulai dari Maret nanti. Pelaksanaannya pada pukul 08.00 dan 13.00,” jelas Ravik dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (22/10/2018).
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) telah menetapkan kebijakan baru terkait Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2019.
Pelaksanaan SBMPTN 2019 hanya ada satu metode tes yaitu Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Metode Ujian Tulis Berbasis Cetak (UTBC) ditiadakan dan UTBK berbasis android sementara belum diterapkan.
Ravik juga menjelaskan, untuk hasil tes akan diinformasikan kepada peserta dan PTN tujuan.
“Untuk nilai tes akan dikirimkan secara online kepada peserta. Sedangkan diterima atau atau tidak, kami akan libatkan pers untuk mengumumkan,” ucap Ravik.
Terkait hal ini, Menristekdikti Mohamad Nasir menyebut, peserta tes dapat mengikuti tes UTBK maksimal sebanyak dua kali. Ia menyebut perubahan tersebut tujuannya ialah menjaring calon mahasiswa yang berkualitas.
“Jika kurang puas dengan hasil tes pertama, maka peserta boleh ikut tes lagi,” ucap Nasir.
Kemudian, lanjutnya, hasil kedua tes tersebut dapat dijadikan nilai acuan bagi PTN yang dituju.
Menteri Nasir mengatakan peserta dapat menggunakan nilai tertingginya dalam mendaftar program studi yang diinginkan. Dalam dua kali UTBK, jenis soal akan sama, namun pertanyaannya akan berbeda.
Menteri Nasir menambahkan, materi tes yang dikembangkan dalam UTBK 2019 adalah Tes potensial skolastik (TPS) dan Tes kompetensi akademik (TKA) dengan kelompok ujian saintek atau soshum.
Untuk TKA, lanjut Nasir, akan ada ujian Sains dan Teknologi (Saintek) serta Sosial Humaniora (Soshum). Tes ini mengukur pengetahuan materi yang diajarkan di sekolah dan yang diperlukan untuk berhasil di pendidikan tinggi, dengan soal High Order Thinking Skill (HOTS).
“Bagaimana kemampuan mereka untuk menganalisis, ini menjadi sangat penting,” imbuh Nasir.
Dalam TPS, peserta akan diukur kemampuan kognitif, penalaran dan pemahaman umum yang dianggap penting untuk keberhasilan di sekolah formal. Khususnya pendidikan tinggi dan berkembang dalam proses belajar juga pengalaman di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu, tidak diperlukan pre-tes seperti TOEFL sebelum mengikuti TPS.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani