tirto.id - Seluruh masyarakat diminta agar tetap mewaspadai demam berdarah dengue (DBD) karena pasien COVID-19 juga memiliki risiko terinfeksi penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti itu. Hal tersebut disampaikan oleh Dokter Reisa Broto Asmoro.
"Puncak kasus DBD biasa terjadi menjelang pertengahan tahun seperti sekarang. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa wilayah dengan banyak kasus DBD merupakan wilayah dengan kasus COVId-19 yang tinggi," kata anggota Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 itu dalam konferensi pers di Graha BNPB yang dipantau di Jakarta pada Jumat (3/7/2020) lalu.
Dia memberi contoh beberapa provinsi dengan kasus DBD dan COVID-19 yang tinggi yaitu Jawa Barat, Lampung, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jawa Timur, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan.
Dia memperingatkan bahwa jumlah kasus DBD di Indonesia terus meningkat dengan data Kementerian Kesehatan memperlihatkan pada pekan ke-27 tahun ini terdapat lebih dari 70.000 kasus dan jumlah kematian hampir 500 orang.
"Fenomena ini memungkinkan seseorang yang terinfeksi COVID-19 juga berisiko terinfeksi DBD. Pada prinsipnya upaya untuk mencegahnya adalah menghindari infeksi, dan untuk DBD, gigitan nyamuk," tegas dia.
Dia mengingatkan warga untuk terus waspada karena pandemi membuat petugas sulit untuk datang langsung memberikan penyuluhan dan larvasida untuk memberantas jentik nyamuk. Warga juga disulitkan untuk melakukan pembersihan lingkungan karena pembatasan kegiatan akibat pandemi.
Karena itu, saat masyarakat sudah mulai dapat beraktivitas kembali Reisa berharap agar mulai memperhatikan tempat-tempat nyamuk bertelur seperti saluran air dan lokasi lain yang memiliki simpanan air.
Pemerintah Ingatkan Disiplin Protokol 3M
Pemerintah bersama Satgas COVID-19 terus gencar mengampanyekan #ingatpesanibu dengan penerapan perilaku disiplin 3M, yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan.
Selain itu, upaya lain yang bisa dilakukan untuk menekan penyebaran virus COVID-19 dapat ditambahkan dengan penerapan 3T, yaitu testing secara berkala, tracing (telusuri dan lacak kontak fisik), serta treatment (terapkan perawatan dan isolasi mandiri dalam ruangan).
-------------------------------
Artikel ini terbit atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB).
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Agung DH