Menuju konten utama

Saling Lempar Tanggung Jawab Soal Macet Parah Brebes Timur

Gerbang Tol Brebes Timur menjadi titik kemacetan terparah pada arus mudik Lebaran 2016. Berharap lancar dan nyaman, hampir semua pemudik dengan kendaraan pribadi memilih lewat jalan tol tanpa putus dari Jakarta hingga Brebes. Pemerintah yang sejak awal sudah memprediksi kemacetan di Brexit ternyata tak punya solusi.

Saling Lempar Tanggung Jawab Soal Macet Parah Brebes Timur
Antrean kendaraan di pintu keluar tol Pejagan, Brebes, Jawa Tengah. Antara Foto/Rosa Panggabean

tirto.id - Gerbang tol Brebes Timur kini menjadi sebuah momok bagi para pemudik yang melewati jalur Pantai Utara Jawa (Pantura). Mereka terjebak macet berjam-jam karena tersendat di gerbang tol yang baru saja diresmikan ini.

Surojo warga Bogor yang mudik Idul Fitri dari Bogor menuju Yogyakarta juga mengeluhkan gerbang tol Brebes Timur yang membuatnya harus tertahan selama 12 jam di jalan tol. “Saya kecewa mudik lewat jalur tol kalau ternyata harus 'menginap' di tol menuju Pejagan dan Brexit,” katanya kepada tirto.id, pada Senin (4/6/2016) sore.

Penyebab utama kemacetan di gerbang tol Brebes Timur disebabkan kendaraan dari jalur pantai utara (Pantura) dan kendaraan yang keluar jalan tol, yang sama-sama mengarah ke Semarang, berebut masuk ke jalur yang lebih sempit atau mengalami bottleneck.

Wajar Surojo kecewa. Dia melalui Gerbang Tol Ciperna pada Minggu (3/7/2016) pukul 23.30 dan baru sampai Gerbang Tol Pejagan pada Senin (4/7/2016) pukul 13.00. Pada Minggu siang, kemacetan menuju Gerbang Tol Pejagan memang mengular hingga 20 kilometer.

Mengetahui kemacetan parah berikutnya menghadang di gerbang tol Brebes Timur, Surojo pun memutuskan keluar Pejagan ke selatan menuju Purwokerto. Namun, keputusannya ternyata tak menyelesaikan masalah. Keluar dari Pejagan, dia justru terjebak kemacetan lain di Kubangjati menuju Slawi.

Rupanya kemacetan di Tol Cipali yang rata-rata 16 jam telah membuat banyak mobil menipis persediaan BBM-nya. Mereka pun memilih keluar Pejagan untuk mencari pom bensin. Akibatnya, terjadi antrean panjang di pom bensin yang menjadi penyebab kemacetan baru.

“Beberapa pom bensin kehabisan stok. Parah ini, masa keluar Pejagan jam 13.00, jam 19.30 masih di Kubangjati. Padahal jaraknya cuma 5 kilometer,” keluhnya, pada Senin malam.

Apa yang dirasakan Surojo agaknya juga dialami ratusan ribu pemudik lainnya. Berdasarkan data pengelola Tol Cipali PT Lintas Marga Sedaya dan Polda Jabar, pada Sabtu (2/7/2016), jumlah kendaraan yang melewati Gerbang Tol Palimanan mencapai 60.800 kendaraan. Jika setiap kendaraan rata-rata diiisi empat orang, maka minimal sebanyak 243.200 orang tersiksa di kemacetan.

Parahnya kemacetan di GT Pejagan dan Brebes Timur dibenarkan Wakapolri Komjen Budi Gunawan yang sidak ke lokasi. "Dari udara kita pantau, ada dua titik sumbatan. Di tol exit Pejagan dan Brebes Timur. Setelah keluar tol itu, relatif landai," kata Budi Gunawan, pada Senin (4/7/2016) kemarin.

Instruksi Jokowi Buat Jonan

Sebelumnya, pada Kamis (30/6/2016), Presiden Jokowi sudah memberi instruksi khusus kepada Menteri Perhubungan Ignasius Jonan terkait antisipasi macet ini. Instruksinya tegas dan jelas. Pertama, hilangkan kemacetan pada arus mudik dan balik. Kedua, tingkatkan keselamatan para pemudik.

Presiden Jokowi rupanya bukan tak memrediksi kemungkinan macet di sekitar Brebes. “Dari kalkulasi perhitungan kita, memang di Brebes sampai Tegal, itu nanti yang kemacetan padatnya paling tinggi di situ,” ujarnya di situs resmi Sekretaris Kabinet.

Jika memang presiden sudah memrediksi seperti itu, mengapa kemacetan parah tetap saja terjadi?

Sayangnya, Menteri Jonan justru terkesan menyalahkan Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). “Saya minta sejak tiga bulan lalu, tol itu tidak boleh transaksi tunai. Pak Menteri PU minta dua tahun. Saya kira kelamaan," kata Jonan saat diwawancarai tvOne, pada Minggu (3/7/2016).

Sementara itu, Kepala Biro Informasi dan Komunikasi Kemenhub, Hemi Pamuraharjo saat diihubungi tirto.id, menyebut beberapa hal penyebab kemacetan. Pertama, tingginya volume kendaraan. Kedua, tidak tertibnya pengguna jalan.

Tentang kemacetan di Brebes Timur, Hemi mengatakan, disebabkan antrean di pom bensin pasca Gerbang Tol Brebes Timur. “Brexit (Brebes Exit atau gerbang tol Brebes Timur) macet panjang disebabkan antrean panjang pom bensin setelah Brexit. Selain di kota Brebesnya sendiri juga padat,” katanya, pada Senin (4/7/2016).

Masih menurut Hemi, pihak Kemenhub sudah mengestimasi kemungkinan macet di sekitar Brebes Timur. “Sudah ada estimasi dan rekayasa. Namun ternyata banyak hal yang berada di luar dugaan kita di lapangan. Seperti yang saya jelaskan tadi, salah satunya ketidaktertiban pengguna jalan,” ujarnya menyalahkan pemudik.

Ipoeng Purnomo, Presidium Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), mengatakan bahwa hampir semua pemudik tertarik lewat ruas jalan tol tanpa putus hingga Brebes. “Semua orang tertarik masuk lewat Cipali karena dipikirnya panjang dan lancar. Padahal sangat parah karena antisipasi resikonya tak ada,” kataya kepada tirto.id, pada Senin (4/7/2016).

Masih menurut Ipoeng, kemacetan Cipali sebenarnya sudah bisa diprediksi. “Ini Brebes timur sudah saya prediksi sebelumnya bakal jadi neraka dari macet yang tidak umum. Sampai 28 jam di daerah Brexit itu kan tidak umum. Kalau 28 menit masih mungkin,” katanya.

Nada kritis juga disampaikan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang menyebut pembangunan tol tidak menyelesaikan kemacetan saat mudik. Jakarta menuju Brebes yang harusnya ditempuh empat jam, para pemudik harus menempuhnya 24 jam.

“Ini namanya kemacetan berbayar! Dulu macet total di jalan Pantura kita tidak bayar karena jalan non tol. Sekarang kemacetan berpindah di tol yang berbayar. Konsumen dirugikan dua kali,” kata Tulus Abdi, Ketua Pengurus Harian YLKI, pada Senin (4/7/2016). Dia pun menyebut hanya pengelola tol yang diuntungkan.

Jika gerbang tol Brebes Timur terbukti menjadi neraka saat arus mudik, bagaimana saat arus balik nanti? “Untuk solusi arus balik ya sama saja sih, masih seperti agenda awal, yakni rekayasa jalan, info jalan alternatif dan info kemacetan,” kata Hemi Pamurahardjo. Artinya, para pemudik harus siap-siap kembali terjebak kemacetan saat balik.

Jika arus balik benar-benar terjebak kemacetan, Menteri Jonan agaknya harus bersiap melapor ke Presiden Jokowi bahwa tugas pertamanya menghilangkan kemacetan saat mudik dan balik gagal total.

Baca juga artikel terkait MUDIK atau tulisan lainnya dari Kukuh Bhimo Nugroho

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Kukuh Bhimo Nugroho
Penulis: Kukuh Bhimo Nugroho
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti