tirto.id - Media sosial menjadi tempat beragam informasi tersebar luas. Salah satu isu yang banyak dibahas adalah tips dan trik terkait kesehatan. Sayangnya, beberapa tips kesehatan ini tidak berdasar fakta ilmiah atau bukti medis.
Medio Juni lalu, Tirto sempat memeriksa klaim soal larutan tepung sagu dan madu atau gula merah untuk mengatasi penyakit asam lambung atau GERD. Kami menemukan bahwa penggunaan tepung sagu dalam hal itu belum diteliti secara luas dalam skala besar. Nyatanya, klaim manfaat tepung sagu dalam mengatasi penyakit asam lambung hanya berdasarkan testimoni anekdotal, sehingga belum dapat disarankan sebagai terapi untuk mengatasi GERD.
Baru-baru ini, kembali muncul sebuah tips kesehatan yang menyebut bahwa mengonsumsi kuning telur ayam mentah dicampur gula aren dapat mengobati sesak napas pada bayi. Narasi tersebut diunggah oleh akun Facebook bernama “Muhammad Ridlo” lewat video reels yang diunggah pada Senin (1/7/2024).
“Ini pengalaman saya mengobati anak saya yang kena sesak nafas, batuk-batuk dan detak jantungnya berdebar cepat tak beraturan alhamdulillah sembuh total sampai sekarang. Waktu itu saya panik dan tidak tau apa obatnya akhirnya saya ketemu sama orang dikasih taunya bahwasanya untuk mengobatinya itu cukup pakai dua bahan ini (kuning telur dan gula aren).
Caranya ambil kuning telur ayam kampung kemudian tambahkan dengan gula aren seujung ibu jari yang sudah dihaluskan aduk sampai tercampur rata, kemudian minumkan sedikit demi sedikit kepada si bayi. Biasanyasi bayi gamau paksa aja ya buka mulutnya. Saya sudah buktikan sendiri atas izin Allah sembuh."
Sepanjang Senin (1/7/2024) hingga Selasa (9/7/2024), atau selama delapan hari tersebar di Facebook, unggahan ini telah memperoleh 20,7 ribu tanda suka, 366 komentar, dan telah dibagikan sebanyak 7,6 ribu kali.
Lantas, benarkah informasi tersebut?
Penelusuran Fakta
Tirto mencoba menelusuri klaim itu lewat penelusuran Google. Menukil artikel KlikDokter, yang sudah ditinjau oleh dr. Devia Irine Putri, ada beberapa penyebab dari bayi yang mengalami sesak napas, di antaranya bisa karena infeksi pada saluran pernapasan seperti pilek dan juga nyeri tenggorokan.
Lebih lanjut, penyebab lain bayi sesak napas adalah bakteri, seperti acute tonsillitis. Bakteri ini biasanya menyerang bagian atas pernapasan sehingga menyebabkan sesak dan kesulitan bernapas. Selain itu, sesak napas pada bayi bisa jadi juga merupakan gejala penyakit asma dan alergi yang diderita oleh bayi tersebut.
Atas dasar hal tersebut, orang tua perlu mengetahui penyebab penyakit terlebih dahulu untuk mengetahui cara mengatasi bayi sesak napas yang efektif. Oleh karena itu, menurut artikel tersebut, pemeriksaan ke dokter atau tenaga medis perlu dilakukan sebagai langkah awal.
Lebih lanjut, ada sejumlah tips untuk mengatasi sesak napas pada bayi jika gejalanya masih ringan. Jika ada lendir di hidung bayi, orang tua bisa menyedot lendir dan bersihkan hidung dengan cairan saline. Orang tua juga bisa memposisikan anak di tempat tidur yang nyaman, misalnya dengan menaruh bantal di posisi lebih tinggi. Bayi juga perlu diberikan cairan yang cukup, seperti ASI atau air putih, untuk mencegah dehidrasi, membantu lendir cepat keluar, serta meringankan nyeri di tenggorokan. Jika bayi sesak napas dan demam, orang tua bisa memberikan parasetamol dan ibuprofen setelah berkonsultasi dengan dokter demi keamanan.
Orang tua juga perlu menjauhkan si kecil dari polusi di rumah, terutama asap rokok, dan menempatkan bayi di ruangan yang bersih agar lebih mudah menghirup udara. Orang tua juga perlu memperhatikan kebersihan orang-orang di sekitar si kecil, memastikan mereka mencuci tangan secara rutin, dan menggunakan tisu bersih untuk mengusap ingus atau batuk saat bayi sedang mengalami flu.
Dari sejumlah tips tersebut, tidak ada satupun anjuran yang menyebut mengonsumsi kuning telur ayam mentah dicampur gula aren dapat mengobati sesak napas pada bayi. Kemudian, Tirto menelusuri sejumlah penelitian dan artikel kesehatan dari sejumlah sumber kredibel untuk menelusuri klaim tersebut.
Hasilnya, kami tidak menemukan adanya penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa mengonsumsi kuning telur ayam dan gula aren dapat mengobati sesak nafas pada bayi.
Senada, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, mengatakan bahwa memang belum ada penelitian yang dapat membuktikan klaim ini.
"Belum ada penelitian yang membuktikan bahwa mengonsumsi kuning telur dan gula aren dapat mengobati sesak nafas dari bayi. Jika mengalami sesak napas bayi dianjurkan untuk langsung diperiksa ke dokter," katanya pada Tirto, Selasa (9/7/2024).
Lebih jauh, Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K), FISQua juga menjelaskan bahwa gangguan pernapasan pada bayi dapat terjadi karena beberapa faktor. Penyebab tersering adalah infeksi yang menyebabkan peradangan paru dan mengganggu fungsi pernapasan.
Pada bayi prematur, kesulitannya sering kali berasal dari paru-paru yang belum matang. Batuk pada bayi umumnya muncul sebagai respons terhadap iritasi saluran nafas, seperti peradangan saluran udara dan produksi lendir. Alergi terhadap faktor lingkungan atau alergen yang dihirup juga dapat memicu episode batuk.
Peningkatan denyut jantung pada bayi dapat disebabkan oleh masalah umum seperti demam atau infeksi.
"Pengobatan setiap masalah tersebut disesuaikan untuk mengatasi penyebab-penyebab spesifiknya," katanya pada keterangan tertulis yang diterima Tirto pada Jumat (12/7/2024).
Sementara itu, dr. Ariani menambahkan, sebenarnya kuning telur adalah nutrisi yang sehat bagi bayi dan anak bersama dengan putih telur. Manfaatnya adalah memberikan nutrisi terutama protein berkualitas. Dengan protein berkualitas maka bayi sehat tidak mudah sakit dan bayi sakit lekas sembuh. Sama dengan protein berkualitas lain seperti daging sapi, daging ayam, ikan, dan protein nabati.
Namun, telur tidak boleh diberikan dalam keadaan tidak matang bagi bayi karena risiko tercemar kuman Salmonella yang dapat menyebabkan infeksi berat.
Gula merah, di sisi lain, memang lebih sehat daripada gula biasa, namun tidak memiliki manfaat spesifik bagi kesehatan bayi dan khususnya tidak ada bukti ilmiah dapat menyembuhkan penyakit tersebut pada bayi.
Ia juga mengingatkan, bayi di bawah 6 bulan tidak boleh diberikan makanan pendamping ASI kecuali dengan indikasi medis yang disarankan dokter.
"Penting sekali menghindari metode pengobatan yang belum terbukti dan memastikan konsultasi medis dilakukan tepat waktu untuk mencegah komplikasi," katanya.
Senada, menurut penjelasan dalam laman Alodokter, konsumsi kuning telur secara mentah justru sangat tidak dianjurkan dikarenakan adanya risiko infeksi bakteri salmonella yang merupakan bakteri penyebab tipes.
Terpisah, dr. Muhammad Iqbal Ramadhan, lewat KlikDokter, mengungkap bahwa gula merah memang dapat bermanfaat untuk mencegah asma, namun, ia menekankan bahwa gula merah tidak bisa mengatasi asma.
“Gula merah dan kaitannya mencegah asma karena adanya kandungan antihistamin atau antialergi di dalamnya. Akan tetapi perlu diingat, gula merah bukan untuk mengatasi asma, tapi mencegah asma," katanya pada unggahan bertanggal 29 Oktober 2021.
Khusus terkait asma, sebuah artikel yang dimuat di jurnal Nutrition Reviews pada November 2020 menyebut, untuk mengurangi gejala asma atau mengobatinya, direkomendasikan untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, sambil mengurangi asupan lemak jenuh dan produk susu. Tidak ada penyebutan soal gula aren maupun kuning telur ayam.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang dilakukan, tidak ditemukan keterangan resmi yang membenarkan klaim bahwa mengonsumsi kuning telur ayam mentah dicampur dengan gula aren dapat mengobati sesak napas pada bayi.
Tidak ditemukan penelitian ilmiah yang membenarkan klaim bahwa mengonsumsi kuning telur ayam mentah dicampur gula aren dapat mengobati sesak nafas pada bayi. Jadi, klaim yang menyebut bahwa mengonsumsi kuning telur ayam mentah dan gula aren dapat mengobati sesak napas pada bayi bersifat salah dan menyesatkan (false and misleading).
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email [email protected].
Editor: Farida Susanty