tirto.id -
Mulai dari harapan menjuarai pertandingan bulu tangkis tingkat dunia atau sekedar mencapai posisi karier yang diimpikan, atau juga angan-angan menjadi pemimpin negara.
Hal ini bersepakat dengan pesan Merry Riana. Ia menyarankan untuk mencoba mengubah ekspektasi tak terwujud itu menjadi sebuah apresiasi.
"Yes punya ekspektasi tinggi, tetapi ketika ekspektasi itu tidak berjalan sesuai yang kita harapkan, kita harus punya kemampuan mengubah ekspektasi menjadi apresiasi," kata dia, sebagaimana diwartakan Antara.
Ketika seseorang bisa melakukan hal tersebut, lanjutnya, maka perasaan dan perilakunya akan cenderung positif. Rasa syukur juga akan menyelimuti diri orang itu.
Terkait hal itu, Merry turut mengisahkan cerita pribadinya dalam upayanya memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya.
"Dulu saya merasa enggak bisa, saya enggak mampu mengubah keadaan keuangan keluarga, membayar utang-utang. Tetapi saat mulai berpikir apa yang saya mampu. Saya mampu mengubah cara pandang saya terhadap hidup," tutur dia.
"Kalau sebelumnya saya selalu menyalahkan keadaan, akhirnya saya mencoba mensyukuri apa yang masih ada. Walaupun saya harus merantau jauh dari orang tua, tetapi setidaknya saya masih mempunyai orangtua. Mereka masih hidup, masih sehat. Ini harus saya syukuri," sambung Merry.
Dia menegaskan tak ada yang namanya kegagalan di dunia ini, melainkan pembelajaran. Ketika seseorang bisa berpikir seperti itu, lagi-lagi perasaan dirinya juga akan berubah.
"Oh oke saya belum berhasil bukan berarti saya gagal, tetapi saya masih butuh waktu untuk belajar. Ketika kita mengubah itu, otomatis perasaan kita juga berbeda. Jadi, jangan berpikir 'Aduh apa yang salah', tetapi 'Apa yang saya dapatkan dari pembelajaran atas kegagalan ini'," papar Merry.
*) Isi artikel ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.