tirto.id - Yuwol: The Boy Who Made The World Dance merupakan film pendek Korea yang diproduksi pada tahun 2019 dengan durasi 25 menit. Film garapan Beff (Lee Byeong Yoon) ini diproduksi untuk memenuhi proyek akhir perkuliahan di jurusan Film Universitas Seni Nasional Korea (Korea National University of Arts), Korea Selatan.
Film ini diperankan oleh Sim HyunSeo sebagai seorang murid SD bernama Yuwol dan Choi Min sebagai guru wali kelasnya bernama Hyelim, film ini fokus dengan tema tarian.
Film ini bercerita tentang seorang anak yang gemar menari, bahkan saat pelajaran masih berlangsung. Dimulai dengan pembelajaran di kelas, Hyelim yang bertugas untuk mengawasi kegiatan belajar mandiri, mendapati beberapa murid yang tidak belajar. Ia kemudian meminta murid yang merasa melakukan kesalahan untuk menerima hukuman, termasuk Yuwol.
Ketika waktu istirahat tiba, sebuah virus tiba-tiba menyerang murid-murid di sekolahnya. Virus itu membuat penderitanya menari tiada henti. Oleh guru wali kelasnya, ia dianggap sebagai penyebab dari virus menari tersebut.
Wali kelasnya bersama 4 guru lainnya berusaha menangkap Yuwol dan menghukumnya. Namun, Yuwol melarikan diri hingga keluar area sekolah. Setiap orang yang dilewatinya kemudian tertular virus dan menari di tengah pekerjaan yang mereka lakukan.
Tempat pertama yang ia lewati adalah taman sekolah. Di sana, ia menularkan virus menari kepada guru yang sedang minum kopi dan tukang kebun. Ketiganya kemudian menari bersama-sama, hingga Yuwol menyadari bahwa guru-gurunya masih mengejar.
Ia pun melanjutkan pelariannya. Namun, ketika salah satu guru yang mengejar melewati tukang kebun dan guru yang sudah tertular, ia juga turut terinfeksi.
Yuwol terus berlari, melewati toko roti dan menularkan virus menari kepada pembeli di sana. Kemudian, ia melewati jalan yang sedang dalam perbaikan dan menaiki ekskavator untuk menyelamatkan diri, meninggalkan tukang bangunan dan satu orang gurunya yang juga tertular.
Ia melanjutkan perjalanannya dengan masuk ke studio acara masak dan menularkan virus tersebut kepada juru kamera dan juru masak. Ketiganya pun menari bersama-sama di tengah kekacauan studio.
Pelariannya berlanjut ke ruang latihan taekwondo. Sama seperti sebelumnya, ia menularkan virus kepada anak-anak di sana, termasuk salah satu gurunya yang berhasil masuk. Ketika berhasil keluar dari gedung, ia baru menyadari bahwa virus menari sudah menyebar ke mana-mana. Bahkan pembawa berita yang sedang live turut menjadi korbannya.
Setelah menyadari bahwa ia adalah sumber virus tersebut, ia kembali di sekolah. Ia menemui ibu wali kelas di ruang guru dan mendapati sepasang sepatu balet di mejanya. Kepada wali kelas, ia mengatakan tidak apa-apa dan mendorongnya untuk mengeluarkan semuanya tanpa ditahan. Akhirnya, mereka menari bersama-sama dengan teman-teman sekelasnya.
Sejalan dengan tema, film yang sudah mencapai 3 juta penonton sejak dirilis pada 1 Februari 2020 lalu ini menonjolkan adegan tari-tarian. Sepanjang film, penonton akan disuguhi adegan menari dari berbagai genre dari Yuwol dan teman-temannya.
Dengan dialog yang minim, film ini menitipkan pesan secara implisit untuk mendorong kebebasan berekspresi yang tidak terbatas oleh usia dan umur. Seperti kata Yuwol kepada wali kelasnya, “Siapa yang peduli? Tidak apa-apa, lepaskan saja dan jangan ditahan.”
Penulis: Frizka Amalia Purnama
Editor: Agung DH