tirto.id - Film pendek Singsot sangat relate dengan kehidupan di masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa. Sebagian orang Jawa menganggap singsot atau siul di saat dan tempat yang tidak tepat adalah pamali karena dipercaya mengundang malapetaka.
Film pendek Singsot menceritakan seorang anak yang sedang menginap di rumah kakek dan neneknya dan mengalami kejadian horor. Cerita ini berawal saat anak tersebut datang ke rumah kakek dan neneknya dan mengobrol dengan kakeknya saat mengurus burung yang dipeliharanya di teras rumah.
Merasa waktu sudah malam, kakek mengajak cucunya untuk masuk ke rumah. Sesampainya di dalam rumah, kakek dan cucunya tersebut masih memperhatikan burung yang dipeliharanya dan bersiul sebagai tanda komunikasi dengan burung tersebut.
Nenek dari anak tersebut mendengar aksi suami dan cucunya masih bersiul, kemudian menegurnya agar tidak bersiul bila sudah malam. Akhirnya kakeknya berhenti bersiul, tetapi si anak kecil masih bersiul karena masih belajar bersiul agar siulannya tersebut lancar dan baik sama seperti kakeknya. Neneknya pun kemudian kembali menegurnya dan menceritakan mitos bahwa tidak boleh untuk bersiul di malam hari karena dapat mengundang teror atau malapetaka.
Anak tersebut mempunyai sifat suka mengobrol dan ngeyel aliaskeras kepala. Adegan menunjukkan si anak tersebut langsung mengobrol dengan kakeknya di saat kakeknya sedang mengurus burung yang dimilikinya di teras rumah. Sifat keras kepala si anak nampak saat neneknya melarang si anak untuk bersiul bila sudah malam hari atau masuk waktu magrib karena terdapat sebuah mitos yang dapat mengundang teror. Tetapi si anak tetap tidak bergeming dan 'menantang' mitos tersebut.
Belakangan, saat kakek dan nenek akan pergi untuk mengikuti sebuah acara dan si anak tidak ingin ikut, saat itulah teror itu terjadi...
Film pendek ini diproduksi pada tahun 2016 oleh Ravacana Films dan disutradari oleh Wahyu Agung Prasetyo. Singsot mendapat berbagai pengharagaan seperti Winner Film Horor Terbaik Taman Film Festival Bandung 2017, Winner Jury Prize Taman Film Festival Bandung 2017, Winner Film Terbaik Fiagra Horor Film Festival 2016, dan Official Selection Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2017.
Penulis: Aditya Priyatna Darmawan
Editor: Agung DH