tirto.id - Umat Kristiani merayakan Hari Paskah pada Minggu, 31 Maret 2024. Hari Paskah memiliki makna kemenangan atas kebangkitan Yesus Kristus.
Maka itu, perayaan hari ini memberikan harapan baru bagi umat Kristiani untuk memulai kehidupan baru dan selalu percaya pada setiap janji-janji-Nya.
Melalui peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, menunjukkan bahwa kehidupan manusia akan kekal, melampaui dosa, dan maut.
Melalui kebangkitan-Nya, Ia juga membuktikan bahwa dirinya adalah anak Allah yang datang ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa dan maut.
Rangkaian Peringatan Paskah dan Maknanya
Berdasarkan Liturgi Gereja Katolik, perayaan Paskah diawali dengan Trihari Suci. Pekan Suci atau Trihari Suci ini terdiri dari Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci.
Selama merayakan Pekan Suci, gereja memperingati dan mengenang misteri terbesar karya penebusan, mulai dari sengsara, wafat, hingga kebangkitan Yesus. Semula Trihari suci adalah hasil perkembangan siklus Paskah pada abad ke-4.
Kala itu, Agustinus menetapkan bahwa Jumat Agung hingga Paskah merupakan Trihari terkudus untuk peristiwa penyaliban, pemakaman, kebangkitan Yesus.
Perayaan Hari Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci menjadi perayaan yang berkolerasi dan bukan menjadi kisah yang berbeda.
Kamis Putih
Pada perayaan hari ini, semua umat mengenang momen saat Yesus sedang makan bersama murid-murid-Nya.
Saat itu, Yesus mengungkapkan kata-kata yang dijadikan sebagai kata konsekrasi di Perayaan Ekaristi pertama kali yakni, ”Inilah tubuhKu yang diserahkan bagimu” dan “Inilah darahKu, darah perjanjian baru dan kekal, yang akan ditumpahkan bagimu, dan bagi semua orang, demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini, untuk mengenangkan Daku”.
Selain itu, Kamis Putih juga merupakan hari rekonsiliasi. Pada hari ini, gereja akan menyambut orang-orang yang bertobat untuk kembali berdamai dengan Allah dan umat.
Setelah Perayaan Ekaristi meriah, diadakan perarakan Sakramen Mahakudus dan tuguran (malam berjaga) di hadapan Sakramen Mahakudus.
Perayaan Kamis Putih ditata sebagai berikut: Pembukaan, Liturgi Sabda, Pembasuhan Kaki, Liturgi Ekaristi, dan Pemindahan Sakramen Mahakudus.
Jumat Agung
Jumat Agung merupakan hari kedua dari Trihari Suci. Pada hari ini, tidak ada misa yang ada hanyalah rangkaian ibadat sabda yang diadakan pukul 15.00 sore bertepatan dengan jam di mana Yesus wafat di kayu salib.
Ibadat Jumat Agung terdiri dari tiga bagian, yaitu Liturgi Sabda, Penghormatan Salib, dan Komuni. Pada Hari Jumat Agung ini, Gereja Katolik mengenang sengsara dan wafat Yesus.
Gereja juga menjalani puasa Paskah yang dipandang penting. Jika memungkinkan, puasa ini diperpanjang sampai hari Sabtu Suci agar umat dapat merayakan kegembiraan kebangkitan Tuhan.
Sabtu Suci
Perayaan Sabtu Suci atau Malam Paskah merupakan malam suci kebangkitan Tuhan yang juga menjadi puncak dari rangkaian Trihari Suci. Pada malam ini, gereja dan umat berjaga-jaga demi menantikan kemenangan Yesus melawan maut.
Pada malam Sabtu Suci, gereja juga membaptis para katekumen. Perayaan ini didasarkan pada keyakinan bahwa dengan dibaptis para katekumen akan ambil bagian dalam misteri Paskah, yakni mati dan bangkit bersama Kristus.
Sebagaimana Kristus wafat, dikubur, lalu bangkit, begitu juga para baptisan mati terhadap dosa, dikuburkan (ditenggelamkan dalam air), dan bangkit (keluar dari air) untuk hidup baru sebagai anak Allah.
Kisah Wafatnya Yesus Kristus
Kisah Wafat Yesus Kristus dimulai ketika Ia menyelesaikan perjamuan terakhir bersama para murid-Nya. Saat itu, Yesus diserahkan oleh murid-Nya sendiri, yaitu Yudas Iskariot.
Ia dibawa ke hadapan Imam Besar Kayafas dengan tuduhan telah menghujat Allah. Begitu pula khalayak umum yang berteriak bahwa ia harus dihukum mati.
Kendati begitu, hukuman mati hanya boleh dilakukan oleh pemerintah Romawi, sehingga Ia dibawa ke hadapan Pontius Pilatus. Nahasnya, seorang penjahat malah dibebaskan sementara Yesus diserahkan untuk disalib.
Saat itulah, kesengsaraan Yesus dimulai. Yesus disiksa dengan cambukan dan mesti memanggul salib hingga ke puncak Golgota sebelum akhirnya mati di kayu salib.
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Yandri Daniel Damaledo