tirto.id -
Namun, benarkah lapar bisa menyebabkan seseorang mudah marah?
Terkait hal ini dokter spesialis gizi dari Rumah Sakit Pelni, dr Jovita Amelia menjelaskan bahwa lapar memang salah satu pemicu emosi seseorang.
"Iya bisa. Itu memang salah satu efeknya," ujarnya dilansir Antara.
Ia menjelaskan kadar glukosa yang turun bisa menjadi salah satu penyebab emosi seseorang tidak bisa dikontrol. Saat kadar gula turun tubuh dan otak kekurangan sumber energi untuk bekerja.
"Akibatnya jadi sulit konsentrasi, gampang melakukan kesalahan hingga mudah terpicu emosinya," kata dia.
Sementara itu, orang-orang yang lapar juga kerap merasakan emosi yang tidak menyenangkan seperti stres hingga rasa benci.
Saat kadar gula darah sangat rendah, tubuh mengeluarkan hormon-hormon stres antara lain kortisol dan adrenalin.
Kedua hormon ini biasanya lebih menyebabkan emosi dan respon negatif mudah terpicu.
Jovita menambahkan, tubuh manusia mengeluarkan protein lain benama neuropeptide saat lapar. Protein inilah yang berhubungan dengan munculnya kekuatan yang lebih agresif saat lapar.
"Neuropeptide ini memiliki fungsi untuk meningkatkan rasa lapar tetapi juga berhubungan dengan kekuatan yang lebih agresif," tutur dia.
Terkait hal yang sama, Amanda Salis peneliti dari Boden Institute of Obesity, Nutrition, Exercise and Eating Disorders di University of Sydney dalam laman Independent menyebut, rendahnya kadar glukosa juga menyebabkan seseorang sulit bertindak sesuai norma sosial yang berlaku, misalnya membentak.
Selain itu, faktor psikososial juga memiliki peran. Budaya mempengaruhi apakah Anda mengekspresikan agresi verbal secara langsung atau tidak langsung, misalnya.
"Dan karena kita semua berbeda di semua faktor-faktor ini, tidak heran ada perbedaan dalam bagaimana orang marah saat lapar," tutur Salis.
Tips agar tidak cepat marah saat puasa
Agar rasa marah tak muncul terutama saat lapar mendera di bulan Ramadhan, Jovita menyarankan Anda mencukupi kebutuhan nutrisi saat sahur, demi menghindari kadar gula turun.
Nutrisi yang Anda perlukan yakni karbohidrat (sebaiknya karbohidrat kompleks) 50-60 persen, protein (15-20 persen) dan lemak (20-25 persen).
"Sahurnya harus maksimal dalam arti yang dapat memberi nutrisi yang baik dan menahan lapar lebih lama sampai waktu berbuka," kata dia.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH