tirto.id - Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (Mabes TNI) meralat rotasi dan mutasi Pati Angkatan Darat berdasarkan Kep/872/VIII/2019 tanggal 14 Agustus 2019. Perubahan dilakukan berkaitan dinamika konflik Papua dan Papua Barat yang memanas setelah insiden aksi rasialis di asrama Papua, Surabaya pada Agustus 2019 lalu.
Mabes TNI meralat penunjukan Mayjen Joppye Onesimus Wayangkau yang sebelumnya ditunjuk sebagai Pangdam XVIII Kasuari menjadi Pangdam XVII Cendrawasih dan penunjukan Mayjen TNI Santos G. Matondang dari Wadan Sesko TNI menjadi Pangdam XVIII Kasuari. Per surat keputusan Panglima TNI Nomor Kep/872.a/VIII/2019, Joppye batal dimutasi dan tetap menjadi Pangdam Kasuari.
Sementara itu, Santos yang sebelumnya ditunjuk menjadi Pangdam Kasuari dipindah menjadi Aspam Kasad. Kursi Pangdam Cendrawasih diserahkan kepada Pangdam XII/Tanjungpura saat ini, yakni Mayjen TNI Herman Asaribab. Sementara itu, Aspam Kasad saat ini, yakni Mayjen TNI Muhammad Nur Rahmad ditunjuk sebagai Pangdam Tanjungpura. Keputusan diberlakukan per tanggal 30 Agustus 2019 dan ditandatangani Kasetum TNI Brigjen Kukuh Surya dan Panglima TNI Jenderal Hadi Tjahjanto.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Mayjen Sisriadi membenarkan penerbitan SKEP tersebut. Sisriadi mengatakan, perubahan rotasi pejabat TNI di tanah Papua dilakukan karena TNI ingin meningkatkan pendekatan kultural dalam penyelesaian konflik Papua.
"untuk meningkatkan efektivitas pendekatan kultural, jadi dua-duanya (yaitu pak Joppye dan Asaribab) sekarang adalah perwira Tinggi TNI yang berasal dari Papua sehingga lebih mudah ereka berdua melakukan pendekatan kultural," kata Sisriadi kepada tirto, Senin (2/9/2019) malam.
Sebagai inforrmasi, Mayjen Joppye Wayangkau merupakan prajurit TNI kelahiran Papua. Ia lahir di Serui, Papua pada 17 Juli 1962. Ia menjabat sebagai Pangdam Kasuari sejak Oktober 2016 lalu. Sementara itu, Herman Asaribab merupakan kelahiran Jayapura, 10 Juni 1964. Selain putera daerah, Herman pernah menjabat sebagai Kasdam Cendrawasih.
Sisriadi mengatakan, permasalahan Papua tidak bisa didekati dengan pendekatan keamanan saja. TNI juga mengedepankan pendekatan komprehensif berupa pendekatan kultural dan ekonomi demi pemulihan Papua.
Penunjukan kedua pejabat, yakni Joppye dan Asaribab pun bukan lah asal-asalan. Sisriadi mengatakan, kedua tokoh memang punya kapasitas dalam memimpin pasukan dan putra daerah. Ia mencontohkan, Herman Asaribab pernah menjadi Dandim di Jakarta Timur.
Pria yang pernah aktif sebagai Kapuskom Kemenhan ini mengatakan, kehadiran dua personel dari putra daerah Papua cukup jarang karena tidak banyak putera Papua yang punya karir seperti kisah Laksamana Madya (Laksdya) Freddy Numberi. Semenjak TNI mereformasi proses rekrutmen dan memperbanyak penerimaan putra daerah, TNI mendapatkan talenta berbakat dari masing-masing daerah. Kini, kehadiran Joppye dan Herman yang pandai dan mencapai jabatan pangdam sehingga membuat TNI yakin menempatkan kedua jenderal tersebut di Papua dan Papua Barat.
"sekarang kan muncul yang pintar-pintar pak Joppye, pak Herman jadi mereka pas jadi pangdam yaudah pas cocok," kata Sisriadi.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Andrian Pratama Taher