tirto.id - Puluhan ribu orang di Meksiko turun ke jalan untuk memprotes perubahan undang-undang pemilu pada Minggu, 26 Februari 2023. Para pengunjuk rasa memenuhi alun-alun utama Zocalo hingga tumpah ruah di jalan sekitarnya.
Reuters melaporkan, aksi protes ini menyusul persetujuan sebagian besar anggota parlemen (72 banding 50) atas perombakan kontroversial badan pengawas pemilihan Meksiko pada Rabu, 22 Februari 2023.
Para kritikus politik menilai, langkah tersebut akan melemahkan demokrasi menjelang pemilihan presiden tahun depan.
Pengesahan reformasi undang-undang tersebut didukung penuh oleh Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador. Dengan melakukan reorganisasi, kata dia, negara akan menghemat 150 juta dolar AS per tahun dan mengurangi pengaruh kepentingan ekonomi dalam politik.
Presiden Meksiko menyangkal argumen yang mengatakan: reformasi merupakan ancaman bagi demokrasi. Menurut dia kritik itu elitis. Ia menilai lembaga National Electoral Institute (NEI) menghabiskan terlalu banyak uang. Dana itu seharusnya digunakan untuk rakyat miskin.
Oleh karena itu, Lopez Obrador bertekad akan tetap menandatangai perubahan undang-undang tersebut meskipun akan menghadapi tantangan di pengadilan.
Di lain pihak, anggota parlemen oposisi dan masyarakat sipil akan menentang perubahan tersebut di Mahkamah Agung, dengan alasan bahwa pengesahan undang-undang tidak konstitusional.
AP News mewartakan, apabila undang-undang tersebut resmi diberlakukan, maka akan terjadi pemotongan gaji dan dana untuk pemilihan lokal dan pelatihan bagi warga yang bertugas mengawasi pemungutan suara. Regulasi tersebut juga akan mengurangi sanksi bagi kandidat yang tidak melaporkan pengeluaran kampanye.
National Electoral Institute menganggap reformasi ini adalah keputusan yang akan menimbulkan risiko bagi pemiliu di tahun depan. Sebab, pengawas pemilu yang berjumlah ribuan itu digaji demi menciptakan pemilu yang terpercaya.
"Reformasi berupaya memangkas ribuan orang yang bekerja setiap hari untuk menjamin pemilu yang dapat dipercaya, sesuatu yang tentu saja akan menimbulkan risiko bagi pemilu mendatang," kata Lorenzo Cordova, kepala National Electoral Institute.
Masih diberitakan AP News, pemilu di Meksiko mahal menurut standar internasional, karena hampir semua pembiayaan kampanye resmi, menurut undang-undang, disediakan oleh pemerintah.
Lembaga pemilu juga mengeluarkan kartu identitas pemilih yang aman. Ini merupakan bentuk identifikasi paling umum diterima di Meksiko, dan mengawasi pemungutan suara di seluruh pelosok negeri.
Lopez Obrador akan mengakhiri masa jabatannya pada tahun 2024. Sesuai dengan peraturan, Presiden Meksiko hanya boleh menjabat selama enam tahun.
Fernando Belaunzaran, seorang politisi oposisi yang membantu mengatur protes. Menurut dia, perubahan NEI melemahkan sistem pemilu dan meningkatkan risiko perselisihan yang mengaburkan pemilu 2024 ketika pengganti Lopez Obrador akan dipilih.
"Biasanya presiden mencoba untuk menciptakan pemerintahan dan stabilitas untuk suksesi mereka, tetapi presiden menciptakan ketidakpastian, dia bermain api" kata Belaunzaran.
Kronologi Puluhan Ribu Orang Protes Reformasi Pemilu Meksiko
Protes yang dilakukan puluhan ribu massa demonstrasi digadang-gadang sebagai aksi protes terbesar selama pemerintahan Presiden Andres Manuel Lopez Obrador.
Aksi demonstrasi ini tidak hanya dilakukan di Ibu Kota Meksiko, tapi juga digelar di sejumlah negara bagian termasuk Jalisco, Yucatan, Nuevo Leon, Queretaro, Guanajuato, dan Veracruz.
Sebagian besar pengunjuk rasa berpakaian putih dan merah muda, warna dasar dari National Electoral Institute. Mereka meneriakkan sejumlah yel-yel seperti "Jangan Sentuh Suara Saya!", “Viva Mexico!”, dan “Lopez keluar!”.
Reuters mewartakan seorang pengunjuk rasa di Kota Meksiko bernama Veronica Echevarria, yang bekerja sebagai psikolog berusia 58 tahun mengatakan, dia khawatir perombakan NEI oleh Lopez Obrador adalah upaya presiden untuk tetap berkuasa. Dia menyangkal ini.
"Kami berjuang untuk mempertahankan demokrasi kami," kata Echevarria, sambil mengenakan topi bertuliskan "Hands off the INE."
Antonio Mondragon, seorang pensiunan dokter gigi berusia 83 tahun yang memilih Lopez Obrador pada 2018, ikut dalam unjuk rasa, dia mengatakan orang muak dengan presiden yang berperilaku seperti "diktator."
"Kita harus kembali menjadi negara demokrasi, karena pria itu sudah gila" kata Mondragon.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Alexander Haryanto