Menuju konten utama

Puasa Nisfu Syaban: Jadwal Maret 2022, Dalil, dan Keutamaannya

Pada kalender masehi tahun ini, Nisfu Syaban jatuh pada Jumat siang sampai Sabtu sore 18-19 Maret 2022. Ini keutamaan puasa Nisfu Syaban.

Puasa Nisfu Syaban: Jadwal Maret 2022, Dalil, dan Keutamaannya
Ilustrasi Salat. foto/istockpphoto

tirto.id - Puasa sya’ban merupakan puasa sunnah yang pelaksanaannya pada bulan Sya’ban. Puasa Sya’ban sendiri dilaksanakan mulai dari 1 Sya'ban. Pada kalender masehi tahun ini, pertengahan Syaban (15 Syaban 1443H) jatuh pada Jumat, 18 Maret 2022. Malam nisfu syaban bertepatan dengan Kamis, 17 Maret sejak bakda maghrib.

Puasa tengah bulan atau puasa ayyamul bidh pada bulan Syaban disebut juga dengan puasa nisfu Syaban, yang dilaksanakan sebelum nisfu Syaban itu sendiri. Puasa ayyamul bidh adalah puasa sunah yang dianjurkan untuk dikerjakan setiap pertengahan bulannya berdasarkan kalender hijriah, yaitu pada 13, 14, dan 15 dari penanggalan komariah.

Adapun jadwal puasa ayyamul bidh yang bertepatan dengan bulan Syaban 1443 Hijriah adalah pada hari Rabu, Kamis, dan Jumat tanggal 16, 17, dan 18 Maret.

Kata sya’ban secara bahasa bermakna cabang, karena terdapat cabang dalam kebaikannya. Bulan Syaban mempunyai banyak keutamaan karena pada bulan iin Rasulullah lebih banyak melaksanakan puasa sunah dibandingkan bulan-bulan lainnya (kecuali Ramadan).

Dalil Puasa Syaban

Dalil pelaksanaan puasa Sya’ban adalah hadits shahih dari Nabi Muhammad saw: “Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, ia berkata: ‘Rasulullah saw sering berpuasa sehingga kami katakan: ‘Beliau tidak berbuka’; beliau juga sering tidak berpuasa sehingga kami katakan: ‘Beliau tidak berpuasa’; aku tidak pernah melihat Rasulullah saw menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadlan; dan aku tidak pernah melihat beliau dalam sebulan (selain Ramadhan) berpuasa yang lebih banyak daripada puasa beliau di bulan Sya’ban’.” (Muttafaqun ‘Alaih. Adapun redaksinya adalah riwayat Muslim).

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra, ia berkata: "… Rasulullah saw sering berpuasa Sya’ban seluruhnya; beliau sering berpuasa Sya’ban kecuali sedikit saja’.” (HR Muslim). Melansir dari laman NU Online, merujuk Imam an-Nawawi, para ulama menjelaskan bahwa redaksi kedua: “Beliau sering berpuasa Sya’ban kecuali sedikit saja”, merupakan penjelas bagi redaksi pertama, yaitu: “Rasulullah saw sering berpuasa Sya’ban seluruhnya”. Maksudnya, redaksi kedua itu menjelaskan, maksud Rasulullah saw sering berpuasa Sya’ban seluruhnya adalah berpuasa pada sebagian besarnya. (Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-Majmû’ Syarhul Muhaddzab, juz VI, h. 386).

Dikutip dari laman yang sama, ada hadis yang mengharamkan puasa pada separuh kedua bulan Sya’ban, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, sungguh Rasullah saw bersabda: ‘Ketika Sya’ban sudah melewati separuh bulan, maka janganlah kalian berpuasa.” (HR Imam Lima: Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah)

Puasa Sya’ban sendiri dilaksanakan mulai dari tanggal 1 atau paling maksimal tanggal 15. Dikutip dari laman NU Online, permasalahan ini secara lebih detail as-Sayyid al-Bakri menjelaskan tiga pengecualian keharaman puasa separuh kedua bulan Sya’ban.

Pertama, ​​​​​​disambung dengan puasa pada hari-hari sebelumnya, meskipun dengan puasa tanggal 15 Sya’ban. Semisal orang puasa pada tanggal 15 Sya’ban, kemudian terus berpuasa pada hari-hari berikutnya, maka tidak haram.

Kedua, bertepatan dengan kebiasaan puasanya. Semisal orang biasa puasa Senin Kamis atau puasa Dawud, maka meskipun telah melewati separuh Sya’ban ia tetap tidak haram berpuasa sesuai kebiasaannya.

Ketiga, merupakan puasa nazar atau puasa qadha’, meskipun qadha dari puasa sunnah. Bila demikian maka tidak haram. (Zainuddin bin Abdil Aziz al-Malibari, Fathul Mu’în pada I’ânatut Thâlibîn, [Beirut, Dârul Fikr], juz II, h. 273-274).

Keutamaan Puasa Nisfu Syaban

Puasa sunah pada bulan Syaban memiliki keutamaan. Mengutip dari laman NU Online, keutamaan pertama, yakni agar umat muslim tidak lalai. Bulan Sya’ban adalah bulan yang sering dilalaikan manusia sebab terjepit di antara dua bulan mulia yaitu Rajab dan Ramadhan, sehingga disunnahkan puasa Sya’ban agar tidak lalai. Selain itu, bulan Syaban merupakan bulan ketika amal ibadah manusia dilaporkan kepada Allah Subhanu wa Ta’ala sehingga disunnahkan puasa Sya’ban agar saat laporan tahunan tersebut orang dalam keadaan berpuasa.

Kedua, mendapatkan syafaat dari Rasulullah. Keutamaan ini telah dijelaskan dalam sebuah hadis: “Puasa sunnah yang keduabelas adalah Puasa Sya’ban, karena kecintaan Rasulullah saw terhadapnya. Karenanya, siapa saja yang memuasainya, maka ia akan mendapatkan syafaat belau di hari kiamat.” (Muhammad bin Umar Nawawi al-Jawi, Nihâyatuz Zain fi Irsyâdil Mubtadi-în, [Bairut, Dârul Fikr], h. 197).

Ketiga, bulan melatih diri sebelum berhadapan dengan bulan Ramadan. Dilansir dari laman PN Cilacap, bulan Sya’ban adalah bulan latihan, pembinaan dan persiapan diri agar menjadi orang yang sukses beramal shalih di bulan Ramadhan. Hendaknya bulan Sya'ban diisi dengan amalan-amalan sunah agar siap menyambut bulan suci Ramadhan.

Keempat, menyirami amal salih. Dilansir ari laman PN Cilacap, saat bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak amalan sunah seperti membaca Alquran, berdzikir, beristighfar, salat tahajud dan witir, shalat dhuha, dan sedekah. Kita perlu berlatih agar mampu melakukan hal itu semua dengan ringan dan istiqamah.

Oleh karena itu, bulan Sya’ban menempati posisi yang sangat urgen sebagai waktu yang tepat untuk berlatih membiasakan diri beramal sunah secara tertib dan berkelanjutan. Melalui latihan tersebut, Ramadhan kita akan terbiasa dan merasa ringan untuk mengerjakan amalan pada bulan Ramadan. Dengan demikian, tanaman iman dan amal shalih akan membuahkan takwa yang sebenarnya.

Abu Bakar Al-Balkhi berkata: “Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman. Dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen hasil tanaman.” Beliau juga berkata: “Bulan Rajab itu bagaikan angin. Bulan Sya’ban itu bagaikan awan. Dan bulan Ramadhan itu bagaikan hujan.”

Baca juga artikel terkait NISFU SYABAN atau tulisan lainnya dari Nurul Azizah

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Nurul Azizah
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Yulaika Ramadhani