tirto.id - Dirjen Kelistrikan Kementerian ESDM Andy Noorsaman Sommeng mengungkapkan hingga November 2017 program listrik 35 ribu megawatt (MW) yang sudah beroperasi baru 3 persen atau sekitar 1.061 MW.
Menurut Andy masih ada kekurangan sekitar 33.939 MW, terbagi atas 16.992 MW (47 persen) pembangkit yang masuk dalam tahap konstruksi. Sedangkan ada 12.726 MW (36 persen) pembangkit yang sudah melalui tahap perjanjian jual beli (power purchase agreement/PPA), tapi belum konstruksi. Selain itu, tahap pengadaan 2.790 MW (8 persen) dan perencanaan 2.228 MW (6 persen).
Program 35 ribu MW ini sendiri telah dirilis pertama kali oleh pemerintah pada Mei 2015. Namun,perkembanganya berlangsung lambat. "Kan awalnya perencanaan dulu. Ada perencanaan, pengadaan. Lalu PPA, kemudian konstruksi, dan terakhir COD," ujar Andy di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jakarta pada Rabu (10/1/2018).
Andy meneruskan bahwa butuh 1-2 tahun untuk merampungkan 16.992 MW pembangkit listrik yang saat ini masuk dalam tahap konstruksi. Artinya, proyek ini bisa tidak selesai di penghujung masa jabatan presiden Joko Widodo.
Namun, Andy mengatakan jangka waktu konstruksi pembangkit listrik itu dapat lebih cepat menjadi 8 bulan hingga 1 tahun, jika dibangun dengan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
Ia mengatakan sistem tersebut difokuskan untuk pembangunan pembangkit listrik di daerah Indonesia Timur. "Saat ini kan untuk Indonesia Timur kita bangun dengan power plan power plan yang small scale dengan menggunakan tandem gas bumi dan EBT (Energi Baru Terbarukkan). Jadi, akan ditambah (capaian operasinya) dalam 1 hingga 2 tahun ke depan cukup besar," ucapnya.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Agung DH