tirto.id - Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena berjanji untuk melakukan perombakan besar-besaran terhadap keamanan negara setelah kegagalan mencegah serangan teror bom pada Minggu Paskah yang menewaskan 359 orang.
Presiden dalam pidato yang disiarkan di televisi negara itu pada Selasa (23/04/2019) mengatakan akan membuat, “Perubahan besar dalam kepemimpinan pasukan keamanan dalam 24 jam ke depan."
Dia juga berjanji “merestrukturisasi total” polisi dan pasukan keamanan dalam “minggu-minggu mendatang,” hal tersebut karena dugaan kegagalan pejabat intelijen dalam memberi tahu informasi sebelumnya mengenai kemungkinan serangan.
“Para pejabat keamanan yang mendapat laporan intelijen dari negara asing tidak membagikannya dengan saya,” kata Sirisena seperti dilansir Aljazeera.
Dalam pidatonya, Menteri Pertahanan Negara Ruwan Wijewardene mengatakan ada kelemahan dalam aparat keamanan Sri Lanka yang menyebabkan kegagalan untuk mencegah sembilan pengeboman.
“Sekarang telah diketahui unit intelijen mengetahui serangan ini dan sekelompok orang yang bertanggung jawab diberitahu tentang serangan yang akan datang,” kata Wijewardene Dilansir dari Associated Press News (AP News).
“Namun, informasi ini telah diedarkan hanya di antara beberapa pejabat,” tambahnya.
Menurut tiga sumber dengan pegetahuan langsung tentang masalah ini mengatakan pejabat intelijen Sri Lanka telah diberi tahu tentang serangan yang akan terjadi beberapa jam sebelum ledakan hari Minggu tersebut.
Para perwira intelijen India telah menghubungi rekan-rekan mereka di Sri Lanka dua jam sebelum serangan pertama dengan memperingatkan adanya ancaman khusus terhadap gereja.
Perdana Mentri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, juga mengatakan ia tidak menerima informasi mengenai kemungkinan serangan dari para pejabat keamanan, tetapi telah mengkonfirmasi pihak berwenang telah menerima informasi dari intelijen tentang ledakan yang melanda geraja-gereja dan hotel-hotel mewah itu.
Berbicara pada konferensi pers, Wickremesinghe juga memperingatkan lebih banyak bahan peledak dan calon penyerang masih berada “di luar sana” setelah pengeboman pada hari Minggu.
Kegagalan Sri Lanka untuk merespons ancaman secara efektif telah memicu kekhawatiran karena keretakan hubungan anatara Wickremesinghe dan Sirisena yang merusak kemanan nasional.
Sebelumya, Sirisena memecat Wickremesinghe Oktober lalu karena perbedaan politik. Namun, Sirisena mengembalikan Wickremesinghe setelah bermingu-minggu ditekan oleh Mahkamah Agung Sri Lanka.
Menurut Wijewardene, pemerintah memiliki bukti pengeboman Minggu Paskah dilakukan oleh “kelompok fundamentalis Islam” sebagai pembalasan atas penembakan di masjid Christchurch, Selandia Baru, yang menewaskan 50 orang pada 15 Maret. Namun, ia tidak mengungkapkan bukti atas tuduhannya itu.
Editor: Dipna Videlia Putsanra