tirto.id - Prediksi awal puasa 2024 kemungkinan akan jatuh pada Senin (11/3/2024) atau pada Selasa (12/3/2024). Kepastian kapan hari pertama Ramadhan 1445 H akan ditentukan pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) dalam sidang isbat pada Minggu, 10 Maret 2024. Apakah pada tanggal tersebut hilal sudah terlihat?
Penentuan awal bulan di kalender Hijriah yang menggunakan sistem penanggalan kamariah, berbeda dengan sistem penanggalan syamsiah seperti Masehi. Awal hari dalam penanggalan kamariah dimulai sejak matahari terbenam hari sebelumnya, bukan pada pukul 00.00 dini hari.
Jumlah hari dalam penanggalan kamariah hanya 29 atau 30 hari. Sebuah bulan normalnya berlangsung selama 29 hari. Namun, apabila pada hari ke-29 tersebut didapati bahwa syarat-syarat datangnya bulan baru belum terpenuhi, akan ada pembulatan hari bulan tersebut jadi 30 hari.
Dalam konteks Syaban menuju Ramadhan 1445 H, terdapat 2 kemungkinan. Jika pada saat matahari terbenam Minggu, 10 Maret 2024 (bertepatan dengan 29 Syaban 1445 H) belum terpenuhi syarat datangnya bulan baru, maka Syaban akan digenapkan jadi 30 hari. Dengan demikian, 1 Ramadhan akan jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.
Namun, jika pada saat matahari terbenam Minggu (10/3), syarat datangnya bulan baru terpenuhi, Syaban akan tetap 29 hari. Dengan demikian, 1 Ramadhan akan berlangsung keesokan harinya pada Senin, 11 Maret 2024. Ibadah sholat sunnah tarawih pertama akan digelar pada Minggu (10/3).
Terpenuhinya syarat bulan baru didasarkan pada metode yang dipakai oleh sebuah institusi. Misalnya, Muhammadiyah dengan hisab hakiki wujudul hilal. Sementara itu, pemerintah melalui Kemenag RI menggabungkan hasil hisab dengan rukyatul hilal.
Pengumuman hari pertama puasa oleh Kemenag RI akan ditentukan berdasarkan sidang isbat pada Minggu (10/3/2024).
Kapan Puasa Ramadhan Muhammadiyah Dimulai pada 2024?
Muhammadiyah jauh-jauh hari sejak Januari lalu sudah memastikan bahwa awal puasa Ramadhan 1445 H akan jatuh pada Senin (11/3). Organisasi ini juga telah menentukan hari jatuhnya Idulfitri dan Iduladha ada 2024. Dalam menghitung kapan awal bulan baru, Muhammadiyah berpedoman pada hisab hakiki wujudul hilal.
Hisab hakiki wujudul hilal berpatokan pada gerak matahari dan bulan secara faktual. Untuk memastikan datangnya bulan baru, ada 3 kriteria yang semuanya harus terpenuhi. Yang pertama sudah terjadi ijtimak atau konjungsi antara bulan dan matahari. Kedua, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam. Ketiga, ketika matahari terbenam dan bulan belum terbenam, atau bulan masih berada di atas ufuk.
“Apabila ketiga kriteria tersebut sudah terpenuhi maka dikatakanlah hilal sudah wujud dan sejak saat terbenam matahari tersebut sudah masuk bulan baru,” keterangan dalam Maklumat PP Muhammadiyah 1/MLM/1.01/E/2024.
Muhammadiyah menjelaskan, ijtimak jelang Ramadan 1445 Hijriah terjadi pada Minggu (10/3) pukul 16.07.42 WIB. Menurut Muhammadiyah, ijtimak tersebut juga terjadi di seluruh dunia dengan perbedaan waktu saja.
“[Kriteria ke-2 mudah diketahui] karena kalau ijtimak terjadi pada pukul 16.07.42 WIB sudah dapat dipastikan terjadi sebelum terbenam matahari pada hari dan tanggal tersebut (Senin-red),” terang Muhammadiyah.
“Kriteria ketiga juga sudah terpenuhi karena berdasarkan perhitungan tersebut, pada saat terbenam di Yogyakarta (titik pantauan Muhammadiyah) tanggal 10 Maret 2024 itu bulan masih di atas ufuk dengan ketinggian 00°, 56’, 28”. Artinya pada saat matahari terbenam, bulan belum terbenam. Jadi hilal sudah wujud,” sambung keterangan Muhammadiyah.
Perhitungan Muhammadiyah sendiri menggunakan marjak Yogyakarta dengan koordinat lintang=-07° 48’ dan bujur=110° 21’ BT. Dari perhitungan Muhammadiyah, terbenamnya matahari di Yogyakarta terjadi pada pukul 17.55.25 WIB.
Puasa Tanggal Berapa Menurut NU: Jatuh Pada 12 Maret?
Pemerintah belum menentukan jatuhnya hari pertama puasa Ramadhan 1445 H. Dalam menentukan awal Ramadhan, Kemenag RI berpedoman pada Fatwa MUI Nomor Nomor 20 Tahun 2004, yaitu memadukan antara hisab dan rukyatul hilal.
Sementara itu, Nahdlatul Ulama (NU) yang menggunakan rukyatul hilal, memperkirakan puasa tidak akan jatuh pada Senin (11/3). Melainkan, pada keesokan harinya.
Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar NU (LF PBNU), Sirril Wafa menyatakan puasa kemungkinan dimulai pada Selasa (12/3). Berdasarkan pengalaman atau tajribah, Sirril berpendapat hilal tidak mungkin dapat di-rukyat pada 29 Syakban 1445 Hijriah atau bertepatan dengan Minggu, (10/3).
"Untuk awal Ramadhan tahun ini, dengan memperhatikan posisi hilal baik tinggi maupun elongasinya, secara pengalaman atau tajribah, hilal tak mungkin dapat dirukyat pada Ahad sore 10 Maret," kata Sirril dilansir NU Online, Jumat (23/2).
"Jadi langkah ikmal/istikmal Syakban sebagaimana tertulis di almanak PBNU sudah benar. Insyaallah fiks 1 Ramadan 1445 H bertepatan dengan 12 Maret 2024," tambah Sirril.
LF PBNU menerangkan, berdasarkan data perhitungan falak LF PBNU, tinggi hilal 0 derajat 11 menit 25 detik pada Minggu (10/3). Ijtima atau konjungsi terjadi pada Minggu (10/3) pukul 16:00: 50 WIB. Titik markaz berada di Jakarta berlokasi di Gedung PBNU Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat (Jakpus) koordinat 6º 11' 25" LS 106º 50' 50" BT. S
Sementara itu, letak matahari terbenam berada pada posisi 3 derajat 55 menit 36 detik selatan titik barat, sedangkan letak hilal pada posisi 5 derajat 7 menit 23 detik selatan titik barat. Kedudukan hilal berada pada 1 derajat 11 menit 27 detik selatan matahari dalam keadaan miring ke selatan dengan elongasi 2 derajat 30 menit 25 detik.
Namun demikian, NU tetap akan melakukan rukyatul hilal pada Minggu (10/3) mendatang. Tim LF PBNU akan melakukan pemantauan di 50 hingga 60 titik di seluruh Indonesia, meliputi bagian barat, tengah, hingga timur. LF PBNU akan bekerjasama dengan tim rukyat dari petugas Kemenag sekaligus dari BMKG.
BMKG, dalam Informasi Prakiraan Hilal Saat Matahari Terbenam Tanggal 10 dan 11 Maret 2024 Penentu Awal Bulan Ramadan 1445 H, memaparkan data peta ketinggian hilal dan sudut elongasi, baik pada Minggu 10 Maret 2024 maupun pada Senin, 11 Maret 2024.
Menurut BMKG, perkiraan ketinggian hilal di Indonesia saat matahari terbenam pada Minggu (10/3) berkisar antara -0,33 derajat di Jayapura, Papua hingga 0,87 derajat di Tua Pejat, Sumatera Barat.
Sebaliknya, pada Senin (11/3), ketinggian hilal di Indonesia saat matahari terbenam berkisar antara 10,75 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 13,62 derajat di Sabang, Aceh.
Menurut BMKG, elongasi di Indonesia saat matahari terbenam pada Minggu (10/3) berkisar antara 1,64 derajat di Denpasar, Bali sampai dengan 2,08 derajat di Jayapura, Papua.
Pada Senin (11/3) sudut elongasi bulan di Indonesia saat matahari terbenam berkisar antara 13,24 derajat di Jayapura, Papua sampai dengan 14,95 derajat di Banda Aceh.
BMKG menyatakan, secara astronomis, pelaksanaan rukyat hilal penentu awal bulan Ramadan 1445 adalah setelah matahari terbenam pada Minggu (10/3) bagi yang di tempatnya konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam. Atau, pada Senin (11/3) bagi yang konjungsinya terjadi setelah matahari terbenam.
Apakah Hilal Ramadhan Sudah Terlihat pada Senin 10 Maret?
Bagi institusi yang berpegang pada rukyatul hilal, terlihat atau tidaknya bulan berpengaruh pada keputusan kapan awal bulan dimulai.
Kemenag RI memiliki pedoman kesepakatan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS). Bulan baru, terjadi dengan syarat tinggi hilal kala matahari terbenam minimal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
Kriteria 3-6,4 ini didasari alasan kondisi fisis bulan mengatasi cahaya syafaq (senja). Tinggi hilal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat ini adalah batas minimal agar bulan bisa teramati, baik dilihat dengan mata telanjang, maupun dilihat dengan bantuan alat.
"Tidak ada data rukyat yang sahih yang tingginya di bawah 3 derajat. Jika di bawah 3 derajat, cahaya syafaq cukup kuat sehingga tidak mungkin hilal yang tipis bisa mengalahkan cahaya yang kuat tersebut," papar Thomas Djamaluddin dalam sidang isbat penentuan Ramadhan 1443 H pada Jumat (1/4/2022).
Dengan mempertimbangkan data BMKG bahwa tinggi hilal saat matahari terbenam di Indonesia pada Minggu (10/3), angkanya di bawah 3 derajat, yaitu -0,33 derajat di Jayapura, Papua hingga 0,87 derajat Tua Pejat, Sumatera Barat. Hilal akan sulit teramati pada hari tersebut.
Sebaliknya, pada Senin, 11 Maret 2024, ketinggian hilal di Indonesia saat matahari terbenam sudah jauh lebih tinggi daripada syarat yang ditetapkan. Kisarannya merentang dari 10,75 derajat di Merauke, Papua hingga 13,62 derajat di Sabang, Aceh. Jumlah derajat tersebut menunjukkan bahwa secara hitungan, hilal semestinya sudah bisa dilihat pada hari tersebut.
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Fitra Firdaus