tirto.id - Tim Unit Disaster Victim Investigation (DVI) dan Indonesia Automatic Finger Print Identification System (INAFIS) Polri mengevakuasi dan mengidentifikasi potongan tubuh istri terduga teroris Husain atau Abu Hamzah.
“Hari ini akan dilakukan proses identifikasi, juga potongan tubuh yang ada di tempat kejadian akan dievakuasi oleh tim,” ujar Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Kamis (14/3/2019).
Dedi menegaskan istri Abu Hamzah melakukan tindakan bom bunuh diri. Berdasarkan pemeriksaan kepolisian, tim menemukan empat bom aktif yang dimiliki oleh si istri.
Abu Hamzah juga mengaku kepada kepolisian jika istrinya lebih keras dan militan terkait ideologi radikalisme. Maka, menurut Abu, hal itu menjadi salah satu pemicu sang istri meledakkan diri bahkan polisi juga sempat bernegosiasi selama 10 jam terhadap sang istri.
“Terduga bilang ke Densus 88 Antiteror bahwa istrinya lebih militan,” kata Dedi.
Negosiasi dilakukan usai bom meledak pertama kali sekitar pukul 14.50 WIB ketika polisi menggeledah rumah Abu Hamzah. Pihak aparat, pemda dan tokoh masyarakat yang mencoba membujuk sang istri.
Tapi negosiasi itu diacuhkan oleh perempuan berusia sekitar 30 tahun itu, malah ia nekat meledakkan diri bersama anaknya yang berusia dua tahun.
“Negosiasi itu dipimpin oleh kapolda, kapolres, bupati serta komandan kodim, menggunakan pengeras suara masjid,” ujar dia di Mabes Polri, Rabu (13/3/2019).
Lokasi kediaman pelaku terletak di depan Masjid Al-Mukhlisin, bahkan seorang tokoh agama setempat yakni Ustaz Zainun Sinaga juga membujuk istri Abu Hamzah agar menyerah dan tidak nekat meledakkan diri.
Namun, bujukan itu tidak berhasil. “Istrinya nekat untuk melakukan bom bunuh diri, padahal kami meyakinkannya bahwa di situ ada anak,” sambung Dedi.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Maya Saputri