tirto.id - Kapal motor Lestari Maju tenggelam di perairan sekitar Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Selasa (3/7/2018). Insiden itu diduga menyebabkan empat orang meninggal dunia.
“Baru informasi awal ada empat orang meninggal dunia termasuk salah satu bayi,” kata Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Dicky Sondani kepada Tirto, Selasa siang.
Menurut Dicky, polisi sedang mencari tahu penyebab pasti insiden tersebut. Sejauh ini, polisi menduga kapal tersebut mengalami kebocoran di bagian lambung kapal.
Dicky menyebut korban tewas dalam insiden diduga karena mereka menjatuhkan diri atau terjatuh ke laut, saat nahkoda mencoba membawa kapal tersebut kapal ke salah satu pulau dekat perairan.
Saat ini, kata dia, proses evakuasi kecelakaan kapal itu tengah berlangsung. Menurut Dicky, kejadian kali ini tidak akan seperti kecelakaan Kapal Motor Sinar Bangun yang karam hingga ke dasar laut. Kapal itu sudah dalam proses evakuasi.
“Sekarang sedang evakuasi korban. Akan dicek berapa korban selamat dan berapa meninggal dunia,” tegasnya lagi.
Evakuasi sendiri dilakukan Basarnas Makassar. Komandan Jaga Basarnas Makassar Aryanto mengatakan timnya sudah sampai di lokasi kejadian. “Sudah turun tim dari Basarnas, dari pos Selayar juga sudah ada di lokasi,” kata Aryanto saat dihubungi. Tim yang diterjunkan ke lokasi adalah satu regu Basarnas beserta kapal besar.
Insiden tenggelamnya kapal ini pertama kali disampaikan kepala Basarnas Sulsel, Amiruddin seusai menerima laporan sekitar pukul 13.48 WITA.
Menurut laporan yang diterima Amiruddin, KMP Lestari Maju sedang melakukan perjalanan dari pelabuhan Bira, Kabupaten Bulukumba menuju Pelabuhan Pamatata, Kabupaten Selayar. Kapal ini berangkat pukul 10.00 WITA.
Akan tetapi, kapal ini mengalami kerusakan yang menyebabkan air laut masuk ke bagian dek lantai bawah sekitar pukul 13.40 WITA. Nahkoda kemudian memutuskan merapat ke pantai Pabbadilan, Desa Bungayya, Kecamatan Bontomatene, Kabupaten Kepulauan Selayar.
“Sekitar jarak 15 menit sebelum pantai, kapal sudah karam dulu,” kata Amiruddin.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Mufti Sholih