Menuju konten utama

Pokja Genetik UGM: Jangan Meremehkan Varian Omicron

Varian Omicron meski memiliki gejala ringan, tapi penyebarannya sangat cepat.

Pokja Genetik UGM: Jangan Meremehkan Varian Omicron
Petugas kesehatan menyiampak vaksin dosis ketiga atau booster COVID-19 sebelum disuntikkan kepada warga di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/1/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.

tirto.id - Omicron, varian baru Covid-19 semakin luas saja penyebarannya, hingga Rabu (26/1/2022), jumlah pasien Omicron yang dirawat di seluruh rumah sakit di Indonesia telah mencapai 7.688 orang.

Karenanya, masyarakat diharapkan selalu waspada dan tidak menganggap enteng serta tetap mewaspadai penularan Covid-19 varian Omicron.

Demikian disampaikan Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr. Gunadi,

Menurutnya, meskipun infeksi varian ini menunjukkan gejala umum yang tidak berat, namun bukan berarti tidak ringan.

“Omicron ini gejala umumnya tidak berat, tetapi tidak jinak. Jika kena yang rentan bisa menjadi berat,” ujar Gunadi melalui keterangan tertulis yang diterima Tirto, Kamis (27/1/2022).

Ia menyebutkan, varian Omicron telah menyebabkan kenaikan okupansi rumah sakit dan ICU di Amerika Serika dan negara-negara maju.

Kondisi ini patut diwaspadai oleh pemerintah dan seluruh elemen masyarakat di tanah air. Di Indonesia jumlah pasien 7.688 orang tersebut dirawat dari total ketersediaan tempat tidur isolasi yang mencapai 80 ribu unit.

Selain memiliki kemampuan penyebaran yang cukup tinggi, varian Omicron disebutkan Gunadi juga mampu mengelabuhi sistem imun tubuh.

Varian ini mampu menurunkan kadar antibodi dalam tubuh baik setelah vaksinasi maupun mereka yang pernah menjadi penyintas.

“Jangan sampai karena menganggap kurang berat jadi kurang waspada. Varian Omicron memiliki transmisi 70 kali lebih cepat dari varian Delta," paparnya.

Jika mengenai orang di sekitar kita, lanjutnya, itu menjadi lebih berat terutama pada lansia, komorbid dan mereka yang belum mendapatkan vaksin atau belum divaksin karena alasan kesehatan.

Oleh sebab itu, Gunadi kembali mengimbau masyarakat untuk terus wasapada dengan menerapkan protokol kesehatan, melakukan vaksin hingga dua dosis dan booster untuk meningkatkan antibodi Covid-19.

Langkah-langkah tersebut penting dilakukan tidak hanya sebagai upaya perlindungan diri, tetapi juga melindungi masyarakat yang masuk kelompok rentan.

Kasus Anak Meningkat

Gunadi mengatakan kasus Covid-19 pada anak akibat varian Omicron meningkat di beberapa negara.

Namun demikian perlu adanya penelitian lebih mendalam terhadap fatalitas yang ditimbulkan oleh varian baru ini.

“Karena data masih minimal yang bisa dilakukan kita semua termasuk pemerintah adalah melakukan vaksinasi pada anak. Harapannya anak di bawah usia 6 tahun, tapi ini masih menunggu WHO semoga bisa segera approve untuk kelompok ini,” katanya.

Ia menyebutkan adanya populasi yang belum tervaksin menjadi sisi rentan. Populasi ini menjadi titik dimana virus bersirkulasi.

Apabila virus semakin sering bersirkulasi di masyarakat maka semkain besar peluang timbulnya mutase-mutasi baru virus corona.

“Ini terjadi pada Omicron dan Delta dimana virus bersirkulasi cepat maka timbul mutasi baru,” tukasnya.

Baca juga artikel terkait KASUS OMICRON atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Iswara N Raditya