Menuju konten utama

PLTU Batu Bara Dinilai Tak Sejalan dengan Tujuan Pengembangan EV

Pemanfaatan energi terbarukan dalam proses produksi listrik untuk kebutuhan baterai kendaraan listrik bisa mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

PLTU Batu Bara Dinilai Tak Sejalan dengan Tujuan Pengembangan EV
Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan (kanan depan) bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kiri depan) mengendarai motor listrik di arena Pameran Kendaraan Listrik Masa Depan, kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (31/8/2019). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj.

tirto.id - Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menilai industri otomotif sebagai sektor yang relevan dalam hal adopsi energi terbarukan. Dia menuturkan kendaraan listrik bagian dari solusi mobilitas berkelanjutan, bergantung pada sumber energi terbarukan untuk mengisi daya baterai.

"Pemanfaatan energi terbarukan dalam industri otomotif adalah langkah sangat relevan yang sedang digencarkan saat ini. Industri otomotif saat ini sedang bertransformasi menuju kendaraan yang lebih ramah lingkungan dan berkinerja tinggi," kata Yannes dikutip dariAntara, Jumat (18/8/2023).

Yannes menilai, dengan memanfaatkan energi terbarukan seperti air atau surya dalam proses produksi listrik untuk kebutuhan baterai kendaraan listrik, Indonesia dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Sementara itu, dia menuturkan pemanfaatan energi terbarukan sebagai penghasil listrik juga dapat mengurangi secara perlahan 61 persen sumber listrik dari pembangkit listrik tenaga uap batu bara yang bersifat polutif.

"(Pemanfaatan energi terbarukan) mengurangi secara perlahan 61 persen sumber listrik Indonesia dari PLTU batu bara yang walaupun murah, tetapi, sangat polutif, yang tampaknya tidak sejalan dengan logika tujuan pengembangan EV (kendaraan listrik) jika ditujukan sebagai kendaraan bersih polusi tersebut," ujar Yannes.

Lebih lanjut, dia menuturkan strategi paling ekonomis untuk mengembangkan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia dapat melibatkan beberapa langkah transisi jangka panjang. Salah satunya, mulai menurunkan kapasitas PLTU batu bara secara bertahap dan menggantinya dengan sumber energi terbarukan.

Dia berharap Indonesia dapat memanfaatkan energi alternatif yang terbarukan serta ramah lingkungan seperti tenaga surya dan panas bumi. Lebih lanjut, dia menuturkan perlu ada komitmen yang kuat dari pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat karena pemanfaatan energi terbarukan untuk mengganti batu bara sebagai sumber energi fasilitas pembangkit listrik merupakan proses yang kompleks.

"Tentunya perlu renegosiasi dengan para investor raksasa luar negeri yang pastinya akan memerlukan upaya politik yang sangat kompleks," kata Yannes.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dalam pidato di Sidang Tahunan MPR dan Sidang bersama DPR dan DPD tahun 2023, Rabu (16/8), menyinggung peran ekonomi hijau dan hilirisasi melalui pemanfaatan energi terbarukan untuk mengembangkan sektor ekonomi baru. Dia menilai peran ekonomi hijau dan hilirisasi dapat dimanfaatkan sebagai peluang bagi Indonesia karena kekayaan sumber daya alam, termasuk sumber energi baru terbarukan yang melimpah.

"Ekonomi hijau dan hilirisasi sebagai window opportunity (kesempatan) kita untuk meraih kemajuan karena Indonesia sangat kaya sumber daya alam termasuk bahan mineral, hasil perkebunan, hasil kelautan, serta sumber energi baru dan terbarukan," kata Jokowi.

Baca juga artikel terkait KENDARAAN LISTRIK

tirto.id - Bisnis
Sumber: Antara
Editor: Intan Umbari Prihatin